Keraton Kaibon, Berarsitektur Unik dan Modern
Keraton Kaibon menghadap ke barat dan terdapat kanal di bagian depannya. Kanal inilah yang berfungsi sebagai media transportasi yang menghubungkan Keraton Kaibon dengan Keraton Surosowan. Pada halaman bagian depan Keraton, terdapat lima pintu yang bermakna jumlah shalat dalam satu hari. Gerbang tersebut memiliki ciri khas arsitektur Jawa dan Bali sehingga disebut juga gerbang bersayap dengan deretan candi bentar khas Banten.
Memasuki halaman kedua, terdapat pintu berukuran besar yang dikenal dengan nama Pintu Paduraksa khas Bugis dengan bagian atasnya yang tersambung. Ruang utama Keraton merupakan ruangan kamar tidur Ratu Aisyah yang dibangun dengan menjorok ke tanah dan dilengkapi pula dengan pendingin ruangan. Pendingin ruangan tersebut bekerja dengan cara mengalirkan air di dalamnya dan pada bagian atasnya diberi balok kayu sebagai dasar lantai.
Gaya arsitektur Keraton Kaibon terbilang unik dan modern untuk zaman dulu karena sekeliling keraton terdapat saluran air yang membuat keraton ini terlihat dibangun di atas air. Keraton pun tak lepas dari nilai-nilai keislaman yang tinggi, terlihat dari bangunan berupa masjid yang terletak di sisi kanan gerbang. Pilarnya masih utuh serta mimbar yang masih berdiri kokoh di dalamnya memperlihatkan bahwa Kesultanan Banten pada Keraton Kaibon ini memang bernapaskan budaya dan agama Islam.
Kini Keraton Kaibon hanya meninggalkan sebagian puing bangunan karena dihancurkan pemerintah Belanda tahun 1832, bersamaan dengan Keraton Surosowan. Peristiwa penghancuran keraton, berawal dari penolakan Sultan Syafiudin untuk meneruskan proyek pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan dan pelabuhan armada Belanda di Teluk Lada. (IG)*