Jejak Historis Prasasti Batutulis di Bogor

Oo wang na pun ini sakakala, prebu ratu purane pun, diwastu Diya wingaran prebu guru dewataprana diwastu diya dingaran sri baduga maharaja ratu haji di pakwan pajajaran sri sang ratu deWata pun ya nu nyusuk na pakwan diya anak rahyang dewa nis-kala sa(ng) sidamokta dimguna tiga, i(n) cu rah rahyang niskala wastuka(n) cana sa(ng) sidamokta ka nusalarang, ya siya nu nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyan sa(ng)hyang talaga rena mahawijaya, ya siya pun 00 1 saka, panca pandawa e(m) ban bumi 00

JELAJAH NUSA - Penggalan teks di atas merupakan isi dari Prasasti Batutulis yang digoreskan pada sebuah monolit, dari batu andesit berwarna abu-abu kehitaman berbentuk segi tiga pipih menyerupai gunungan. Memakai aksara Jawa Kuna dan Bahasa Sunda Kuna, inskripsi terdiri dari sembilan baris,  berukuran tinggi 1,82 meter, lebar atas 27 cm, lebar bawah 1,52 meter dan tebal 15 cm.

Berdasarkan kajian teks para ahli yang berhasil disusun kembali oleh Saleh Danasasmita pada tahun 1981-1984. Terjemahan dari isi prasasti tersebut berbunyi, "Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum, Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana, dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan. Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang. Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida[2], membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam (tahun) Saka "Panca Pandawa Mengemban Bumi".

Menurut catatan sejarah, Prasasti Batutulis dibangun Prabu Surawisesa pada tahun 1533 berdasarkan angka yang tertera di prasasti berbentuk candrasangkala "panca pandawa ngemban bumi" setara dengan tahun 1455 Saka atau 1533 M.

Tujuan pembuatannya sebagai tanda memperingati 12 tahun meninggal ayahandanya, Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran yang memerintah pada tahun 1482 - 1521. Raja sakti mandraguna itu dinobatkan dengan gelar Prabu Guru Dewata Prana, lalu bergelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.

Kini, situs Prasasti Batutulis menjadi daya tarik wisata sejarah Kota Bogor yang berlokasi di Jalan Raya Batu Tulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Tempat ini dianggap masih in situ, yakni masih terletak di lokasi aslinya dan tepat berada di situs ibu kota Pakuan Pajajaran. Batu prasastinya dilindungi dalam sebuah bangunan tembok berukuran 18 m².

Jika datang ke lokasi ini, pengunjung dapat melihat sekitar 15 peninggalan berbentuk terasit, batu yang terdapat di sepanjang Sungai Cisadane. Ada enam batu di dalam cungkup, satu di luar teras cungkup, dua di serambi dan enam di halaman. Satu batu bercap alas kaki, satu batu bercap lutut, dan satu batu besar lebar yang berisi tulisan Pallawa dan berbahasa Sanskerta. (IG)*

Share this Post:

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae