De Vries, Toserba Pertama di Kota Bandung

img-20151008-wa0005JELAJAH NUSA - De Vries, begitulah nama akrab gedung anggun yang satu ini. Terletak di pusat Kota Bandung, tepatnya Jalan Asia Afrika.

Gedung yang dirancang tahun 1909 tersebut, kerap dijadikan latar berfoto meski hanya dari luar. Entah itu masyarakat yang tengah bertamasya ataupun yang sekadar hangout menghabiskan malam. Tak cuma kawula muda, tapi juga menjadi tempat favorit keluarga untuk berfoto selfie atau wefie. Terlebih, ketika kawasan di sekitar itu dipercantik kala penyelenggaraan Peringatan Konperensi Asia Afrika 60 tahun.

Menurut pemerhati wisata Bandung, Harris Zulkifli (58), Gedung de Vries dulunya warenhuis alias toko serbaada pertama di Kota Bandung. Nama toko diambil dari nama pemiliknya, Klaas de Vries, orang Eropa ke-1.500 yang datang ke De Bloem der Indische Bergsteden (julukan Kota Bandung masa itu) pada 1899. Waktu itu, toko menyediakan berbagai macam keperluan sehari-hari mulai dari peralatan dapur, makanan dan minuman, sepatu hingga parfum.

Pada zaman Belanda, de Vries pernah menjadi tempat bersantai para elite Belanda sebelum akhirnya pindah ke gedung Societeit Concordia (kini Gedung Merdeka). Kepindahan mereka semata-mata karena Gedung de Vries dianggap terlalu kecil di tengah berkembangnya anggota komunitas elite tersebut, di masa Bandung tempo dulu.

Kisah lainnya, gedung ini dirancang Edward Cuypers pada 1909. Bangunan seperti terlihat sekarang adalah bergaya Klasik Eropa dengan menara di sudut utara sebelah timur bangunan. Bahkan sejak lama bangunan tersebut menjadi penanda (marker) di sekitar persimpangan Jalan Asia dan Jalan Braga.

Bila diperhatikan, di bagian depan bangunan tertulis "Landbouw Benoodigdheben Import Commissionairs Venduhouders Warenhuis de Vries Export Kunst Boek - Paper Handel". Tulisan itu kira-kira bermakna, de Vries adalah tempat yang dibangun pemiliknya untuk berniaga atau berjualan.Pada masa jayanya, Gedung de Vries pernah menjadi toko serbaada yang ramai. Pernah pula berubah fungsi menjadi pertokoan modern, toko meubel hingga diskotik.

Agak tragis memang, gedung itu sempat tak terawat dalam waktu yang cukup lama sampai akhirnya sebuah bank mengambil alih pengelolaannya hingga sekarang. De Vries adalah bangunan tua yang punya daya tarik tersendiri. Kini, kisah "toko serbaada" itu hanya tinggal kenangan di balik wajahnya yang menawan. (IA)

 

Share this Post:

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae