BI Jawa Barat Sebut Potensi Transaksi di WJ DIGISEF 2024 Mencapai 100 Miliar

KLIKNUSAE.com - Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Muslimin Anwar mengemukakan bahwa ada potensi transaksi sebesar Rp 100 miliar lebih pada event WJ DIGISEF 2024.

Hal itu ia sampaikan saat membuka talk show West Java Digital & Sharia Economic Festival (WJ DIGISEF) 2024 di Cihampelas Walk, Bandung, Jumat, 9 Agustus 2024.

"Ada sekitar 45 ribu pengunjung yang akan datang di acara ini (WJ DIGISEF) selama tiga hari. Dengan transaksi bisa mencapai Rp 100,5 miliar," jelas Muslim Anwar.

 

Menggandeng UMKM

Acara ini sendiri menggandeng pelaku usaha dari berbagai sektor. Mulai dari perbankan hingga usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Muslim Anwar, mengungkapkan bahwa meski ekonomi syariah sudah lama diangkat di Indonesia, perkembangannya masih tertinggal. Setidaknya,  dibandingkan negara lain yang justru memiliki populasi muslim lebih kecil.

BACA JUGA: Bank Indonesia dan Dishub Jabar Kolaborasi Rancang Digitalisasi Bidang Transportasi

"Mengapa kita peduli? Karena secara global, banyak negara non-Muslim justru menjadi pengekspor terbesar busana Muslim dan daging halal. Termasuk ke Timur Tengah," ungkapnya.

"Australia, misalnya, kini menjadi pemasok utama daging sapi untuk kebutuhan kurban dan konsumsi umat Muslim di seluruh dunia," sambung Anwar.

Ruang Pertumbuhan Ekonomi Syariah

Oleh sebab itu Anwar menambahkan, ekonomi syariah di Indonesia masih memiliki ruang yang luas untuk berkembang.

Tahun ini, sektor ini diharapkan tumbuh hingga 5,5 persen, meningkat dari 4,7 persen pada tahun sebelumnya.

BACA JUGA: Ketua GIPI Haryadi Sebut Rendahnya Investasi Sektor Pariwisata Karena Pandangan Bank Seperti Ini

Di sektor pembiayaan syariah, kredit diproyeksikan naik dari 10 persen menjadi 12 persen pada akhir tahun. Pertumbuhan ini didukung oleh kemudahan pembayaran digital seperti QRIS, yang memudahkan transaksi syariah.

"Jadi, sekarang kita tidak perlu khawatir dalam bertransaksi. Karena sudah bisa menggunakan QRIS atau transfer melalui ponsel. Semua ini difasilitasi oleh Bank Indonesia," jelasnya.

Sementara itu, Ekonomi syariah di Indonesia, lanjut Anwar, juga dapat diperkuat melalui pemberdayaan UMKM.

Pelaku usaha kecil memiliki peran vital dalam menyerap tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Anwar menegaskan, pelaku UMKM syariah harus didorong untuk masuk ke pasar ekspor, mengingat potensi besar yang ada.

Pada 2020, nilai pasar keuangan syariah mencapai 2,19 miliar dollar AS (sekitar Rp32 triliun). Dan angka ini diprediksi meningkat sepuluh kali lipat menjadi 15 miliar dollar AS pada 2026.

BACA JUGA: West Java Investment Summit Tawarkan Megah Proyek Rp 33 Triliun

Sumber Ekonomi Baru

"Dengan populasi Muslim terbesar di dunia, ekonomi syariah bukan hanya persoalan agama. Namun, sudah menjadi sumber ekonomi baru. Bahkan, banyak non-Muslim yang turut memanfaatkan sistem ini," tegasnya.

Sementara itu, Kepala Biro Perekonomian Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Yuke Mauliani Septina, menekankan pentingnya literasi keuangan syariah.

Menurutnya, masyarakat di Jawa Barat, khususnya, masih banyak yang belum memahami manfaat ekosistem keuangan syariah.

Yuke juga menyoroti program pengembangan ekonomi di pondok pesantren (ponpes) yang tengah digalakkan oleh pemerintah daerah.

BACA JUGA: West Java Festival 2024 Usung Konsep yang Berbeda, Catat Tanggalnya

Produk berkualitas dari santri ponpes, kata dia, bisa menjadi andalan untuk memperkuat ekonomi syariah.

"Kami berharap Bank Indonesia dan sektor keuangan lainnya dapat meningkatkan literasi keuangan syariah. Yakni, melalui program yang berkesinambungan," katanya.

Dan, tentu saja juga harus  berkolaborasi dengan berbagai institusi.

"Khususnya dalam pengembangan ekonomi digital di Jawa Barat," pintanya.

Ditempat yang sama, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat Dodi Ahmad Sofiandi memberikan apresiasi kepada BI Jawa Barat yang telah menggelar event tersebut.

"Dari event ini kita berharap ada dampak signifikan terhadap sektor pariwisata. Paling tidak bisa menarik kunjungan wisatawan untuk datang ke Kota Bandung, selama event berlangsung," ujarnya. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya