Jangan Dulu Plesiran ke Barcelona Kalau Tak Ingin “Ditembaki”, Lho Kenapa?

KLIKNUSAE.com – Hari-hari ini cobalah berpikir ulang kalau ada keinginan plesiran ke Barcelona, Spanyol. Pasalnya, warga disana sedang tidak bersahabat dengan turis asing.

Ya, kejenuhan warga Barcelona terhadap maraknya wisatawan sudah mencapai puncaknya. Mereka mulai turun ke jalan dengan senjata sederhana: pistol air.

Sambil menembaki  turis yang tengah bersantai di kafe dengan pistol air, para demonstran meneriakkan seruan keras, "Turis pulang!"

Aksi protes ini berlangsung sepanjang distrik tepi laut Barcelona, dengan 2.800 orang membawa spanduk bertuliskan "Cukup! Mari kita batasi pariwisata".

BACA JUGA: Spanyol Berikan Akses Khusus Untuk 10.000 Turis Asal Jerman

Video yang beredar menunjukkan bagaimana pengunjuk rasa menyemprotkan air ke arah turis, disertai teriakan-teriakan yang menginginkan pengurangan jumlah wisatawan.

Masyarakat dan Mass Tourism

Unjuk rasa ini mencerminkan kecemasan warga lokal terhadap pariwisata massal dan dampak negatifnya bagi kehidupan sehari-hari.

Selama ini Barcelona, dengan pesona La Sagrada Familia dan karya-karya Antoni Gaudi. Seperti Park Güell dan Casa Batlló, menarik lebih dari 12 juta wisatawan setiap tahunnya.

Namun, popularitas ini membawa konsekuensi serius.

BACA JUGA: Spanyol, Destinasi Wisata Moslem Friendly Populer di Eropa

Jordi Guiu, sosiolog berusia 70 tahun, menyuarakan keresahannya bahwa ia sebenarnya tidak menentang pariwisata.

“Tapi di Barcelona, kami menderita karena banyaknya wisatawan yang membuat kota kami tidak dapat ditinggali,” ungkapnya.

Dengan spanduk "Kurangi pariwisata sekarang!", para demonstran juga berhenti di depan hotel-hotel, mengejutkan para tamu. Bahkan mereka yang sedang plesiran ke Barcelona juga ketakutan.

Salah satu dampak paling nyata adalah melonjaknya harga properti. Data otoritas setempat mencatat harga perumahan naik 68 persen dalam satu dekade terakhir.

BACA JUGA: Indonesia Harus Belajar Dari Spanyol Dalam Menggaet Wisman

Masa Depan Barcelona

Membuat warga lokal kesulitan membeli atau menyewa rumah.

Sementara itu, Isa Miralles, musisi berusia 35 tahun yang tinggal di Distrik Barceloneta, menambahkan toko-toko lokal tutup untuk memberi jalan.

“Khususnya, bagi toko-toko yang tidak melayani kebutuhan kami. Masyarakat tidak mampu membayar sewa,” ujarnya.

Kebijakan Baru untuk Pariwisata

Untuk mengatasi dampak negatif pariwisata massal, dewan kota yang dipimpin oleh Sosialis Jaume Collboni mengumumkan larangan penyewaan apartemen turis mulai tahun 2028.

BACA JUGA: Jemput 100.000 Wisman Spanyol, Kemenpar Gelar Sales Mission Di Madrid

Kebijakan ini bisa menimbulkan perselisihan hukum dan ditentang oleh asosiasi apartemen wisata, yang menyatakan bahwa langkah tersebut hanya akan menguntungkan pasar gelap.

Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah apartemen jangka pendek di Barcelona naik 68 persen. Sedangkan  biaya pembelian rumah melonjak 38 persen.

Ini menambah kesulitan penduduk lokal dalam memiliki hunian, dan memperparah kesenjangan bagi kaum muda.

BACA JUGA: Indonesia dan UNWTO Jajaki Kolaborasi Pengembangan Desa Wisata

Dengan janji untuk menghapuskan izin tinggal jangka pendek bagi turis dalam lima tahun ke depan, Wali Kota Barcelona berupaya meredam ketidakpuasan warga.

Termasuk, mengembalikan kota ini kepada penduduknya. Apakah langkah-langkah ini akan cukup untuk mengatasi dampak pariwisata massal?

Hanya waktu yang bisa menjawab. Namun, satu hal yang pasti: warga Barcelona siap untuk berjuang demi kotanya. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya