Domba Garut Bukan Sekedar Ikon, Kini Didorong Jadi Kekuatan Eskpor

KLIKNUSAE.com  – Domba Garut bukan sekedar ikon, tapi hewan bertanduk cantik ini sekarang menjadi salah satu andalan ekonomi masyarakat.

Mendampingi  ‘Dodol Picnic’- sebagai kuliner khas daerah yang dikenal sebagai Swiss van Java ini, domba Garut terbukti mampu menarik banyak wisatawan.

Tak heran jika Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno tidak ingin melewatkan moment ‘mengulik’ keberadaan Domba Garut dalam kunjungan kerjanya, Minggu 22 Agustus 2021.

“Melalui event kontes kecantikan dan ketangkasan domba, Garut mampu menarik banyak wisatawan. Secara tidak lansung, sudah menggerakan ekonomi masyarakat desa, membuka lapangan kerja,” kata Sandiaga seperti dikutip Kliknusae.com dari akun Instagramnya, Senin  23 Agustus 2021.

BACA JUGA: Dari Steak Domba Garut Sampai Domba Guling Australia

Sandiaga mengomentari, sudah sejak lama heman ini menjadi produk peternakan unggulan, bahkan belakangan masuk ke dalam produk yang diekspor ke berbagai negara.

“Semoga semakin banyak produk peternakan dan pertanian kita yang bisa Go-Internasional, menjadi kebanggaan dan menbantu pemulihan ekonomi nasional. Kita akan dorong terus,” tulisnya.

Domba Garut Memiliki Banyak Keunggulan Dibanding Spesies Sejenisnya

Sebagaimana diketahui, Garut memang cukup kenal akan dombanya. Hewan yang merupakan sumber genetik ternak asli Indonesia ini memiliki bentuk yang khas.

Termasuk banyak keunggulannya dibanding spesies hewan serupa lainnya di Indonesia, bahkan dunia.

BACA JUGA: Merasakan Pemandian Air Panas dan Steak Domba di Cipanas Garut

Itu sebabnya, hewan peliharaan masyarakat Garut tersebut kemudian dikategorikan sebagai sumber genetik ternak terbaik.

"Salah satu ciri khas pada hewan ini terdapat genetik link pada kuping dan ekor," ujar dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (Unpad) Denie Heriyadi satau penelitian yang dirilis beberapa waktu lalu.

Denie mengatakan, bentuk kuping dan ekornya memiliki kombinasi, yaitu kombinasi kuping rumpung atau ngadaun hiris dengan ekor ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong.

“Kebaruan ini digali dari khazanah yang ada di masyarakat,” jelasnya.

BACA JUGA: Menparekraf, Sandiaga Uno: Jawa Barat Layak Masuk Dalam Destinasi Unggulan

Sumber genetik terbaik ini terlihat dari tingkat prolifikasi atau kesuburannya. Tingkat prolifikasi paling tinggi di antara spesies lain.

Bahkan, hampir tidak ada spesies yang mampu menyaingi tingkat prolifikasi domba garut di Indonesia, kecuali spesies domba barbados blackbelly.

Tingkat kepualaman dagingnya juga berbeda. Itu disebabkan jenis pakan yang unik dan tingkat keaktifan yang berbeda.

Sebagai pemakan segala macam hijauan, membuat kualitas dagingnya menjadi khas.

BACA JUGA: Wisata Garut Menjadi Perhatian Sandiaga, Siap Fasilitasi Pengembangan

Di sisi lain, ia memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Harganya yang cukup bersaing mampu memutar roda ekonomi lebih baik.

Denie menjelaskan, bisnis domba memiliki pangsa pasar tersendiri. Hal ini dinilai mampu menghidupi masyarakat, bahkan pada masa pandemi sekalipun.

Pertukaran Kerajaan Mataram dan Sunda

Denie membeberkan bukti autentik yang menggambarkan bahwa domba garut benar-benar spesies asli Indonesia.

Bukti tersebut terlihat dari adanya pahatan dua domba Garut yang ditemukan di relief Candi Sewu komplek Candi Prambanan, Yogyakarta.

Candi yang diperkirakan dibangun pada pertengahan abad ke-7 Masehi ini menggambarkan sepasang domba saling berhadapan di tengah pohon kalpataru.

BACA JUGA: Sandiaga Minta Bendera Putih Garut Diganti Merah Putih, Ini Alasannya

Dalam analisis Denie, pada zaman tersebut terjadi pertukaran benda ataupun komoditas terbaik antar dua kerajaan, yaitu kerajaan Mataram dan kerajaan di wilayah Sunda.

Hal ini terlihat dari bentuk garis muka ngabenguk, kuping yang rumpung, tanduk ngabendo, hingga potongan rambut nyinga yang secara persis menggambarkan bentuk domba garut.

“Sehingga kalau kita pahami persis, sebetulnya itu adalah domba asli dari Garut,” kata Denie.

Tidak hanya budaya, Denie juga mengungkapkan bahwa hewan ini berkontribusi memperkaya khazanah bahasa Indonesia.

Beragam istilah domba garut dalam bahasa Sunda telah menjadi pengaya bagi khazanah kosakata baru bahasa Indonesia maupun sudah digunakan menjadi istilah internasional.

“Beberapa istilah seperti rumpung, ngadaun hiris, ngabuntut bagong, dan ngabuntut beurit itu sudah menjadi bahasa Indonesia dan sudah jadi bahasa internasional,” kata Denie. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae