Virtual Hotel Hadir Karena Banyak Penginapan Perlu Merek Untuk Bernaung

Kliknusae.com - Teknologi digital telah merubah banyak orang untuk menjalankan bisnis. Tidak saja dalam mengelola atau menaikan suatu brand, tetap juga mempermudah jangkauan dengan cepat.

Seperti halnya dalam usaha perhotelan, di era sebelum tahun 2015 cara memasarkan hotel masih cukup konvensional. Bagi hotel bintang 4 dan 5 mungkin tidak begitu kesulitan karena telah memiliki jaringan luas.

Tetapi bagi hotel non bintang pada saat itu agak berat untuk menjangkau pasar lebih luas. Satu jalan yang bisa dilakukan yakni dengan mengandalkan offline, seperti menyebarkan flyer.

Namun kini semua berubah, setelah hadirnya virtual hotel. Pemilik hotel tak perlu lagi melakukan promosi dengan mengirimkan tenaga marketingnya untuk memasarkan kamar dan fasilitas lainnya.

Cukup menjadi member virtual hotel, jangkaun market pun bisa disentuh hingga ke ujung dunia.

Ya, Hotel virtual adalah penginapan yang dikelola virtual hotel operator. Pemesanan hotel ini dapat dilakukan melalui online dan offline.

Virtual Hotel Operator (VHO) sendiri merupakan platform online yang bekerjasama dengan penginapan sekaligus menghubungkan properti mereka dengan konsumen.

Konsep tersebut menurut Widiastuti dan Susilowardhani dalam Virtual Hotel Operator: Is It Disruption For Hotel Industry (2016: 203) mulai masuk ke Indonesia ditandai dengan munculnya beberapa operator seperti Nidia Rooms, Airy Rooms, RedDoorz dan lainnya.

Untuk segi bangunannya, jelas bangunan hotel virtual sama saja seperti hotel biasa. Perbedaan dari hotel virtual dengan hotel konvensional hanya terletak pada sisi manajemen pemasarannya.

Dan, keberadaan hotel virtual juga diakui masih eksis hingga sekarang. Vice President of Operations RedDoorz Adil Ali Mubarak sebagaimana dikutip Kompas belum lama ini membeberkan alasan, mengapa virtual hotel tetap menjadi andalan pengelola hotel.

Menurutnya, VHO menawarkan penginapan dengan kualitas setara hotel bintang 4 dan 5. Lanjutnya, VHO mampu melihat peluang kekosongan di pasar hotel, salah satunya minimnya standar kualitas.

"Terlebih harga penjualan kamar terkadang kurang jelas. Harga dan kualitas tidak konsisten. Kami (pelaku VHO) melihat hal tersebut sebagai sebuah peluang untuk membantu mereka (hotel dengan standar kualitas minim)," kata Adil di Ecology Bistro & Lounge, Jakarta.

Ciri khas hotel virtual, dilihat dari adanya tambahan nama operator pada nama hotel.

Kelebihan lain, tamu atau wisatawan dapat membedakan mana hotel virtual dan hotel konvensional. Jika melakukan pemesanan melalui VHO, maka  akan terlihat bagaimana nama hotel tersebut, selalu diiringi identitas nama VHO-nya.

Menurut Adil, hal ini bermula dari banyak penginapan yang tidak memiliki satu merek untuk menaungi.

Kondisi inilah  yang melandasi VHO untuk membuat hotel virtual dapat beroperasi di bawah satu merek, tanpa harus mengubah nama hotel.

"Tugas VHO adalah membantu dalam hal teknologi dan penerapan standar, sehingga dapat menghubungkan ke konsumen serta meningkatkan pendapatan," jelasnya.

Selain itu, contoh konkret teknologi VHO dapat dilihat dari kehadiran aplikasi pemesanan, dan sistem pengaturan manajemen hotel untuk para staf.

Menurutnya, hal tersebut merupakan cara bagaimana VHO membantu menghidupkan hotel virtual.

"Dari sana, kami membantu mereka menjual kamar dan membuat mereka menjadi bagian dari premium brand kami. Membantu secara operasional dan finansial," katanya.

Berkat standar dan pemasaran VHO, hotel virtual pun lebih diminati dan dikenal masyarakat terutama generasi milenial yang lebih sering terhubung dengan online.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

E-Magazine Nusae