PHRI Minta Tak Ada Pembangunan Hotel di Bendungan Ciawi

Kliknusae.com - Pelaku industri pariwisata di Kabupaten Bogor, Jawa Barat khususnya yang bergerak di bidang akomodasi perhotelan meminta pemerintah tidak membangun hotel di sekitar bendungan Ciawi dan Sukamahi.

Aspirasi ini disampaikan untuk menyeimbangkan keberadaan hotel yang sudah sangat padat di kawasan puncak.

"Harus ada moratorium di proyek Bendungan Ciawi dan Sukamahi agar tidak juga dibangun hotel atau penginapan. Pemerintah sebaiknya fokus saja pada upaya pengendalian banjir dan pengembangan destinasi," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Kabupaten Bogor, Budi Sulistyo ketika dihubungi Kliknusae.com, Senin (10/09/2020).

Menurut Budi, meski proyek pembangunan bendungan baru tahap pembebasan lahan dan penataan lanskap, namun perencanaan untuk pemanfaatkan bendungan tersebut harus melibatkan komponen masyarakat. Termasuk kalangan industri pariwisata.

"Hal ini menjadi penting, agar manfaat bendungan untuk menjadi sebuah destinasi tidak kontra produktif dengan yang sudah berjalan sekarang. Contohnya, tadi itu. Hotel dikawasan puncak kan sudah penuh, jadi tak perlu ditambah lagi di sekitar bendungan," lanjut Budi yang saat dihubungi tengah berada di Yogyakarta ini.

Sebagaimana diketahui, pemerintah pusat sedang berupaya mengendalikan banjir tahunan yang melanda daerah Jabodetabek dengan membangun dua bendungan baru di wilayah hulu Sungai Ciliwung, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

Dua bendungan tersebut bernama Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi. Tetapi hingga kini proses kontruksi belum mencapai 50%. Hal ini disebabkan oleh kendala pembebasan lahan.

Pemantauan Kliknusae.com dilapangan memperlihatkan, alat berat dan kendaraan mulai melakukan pemerataan tanah. Beberapa bukit yang masuk dalam kawasan proyek tersebut belum tersentuh karena masih menyisakan masalah dalam pembebasan lahan.

Namun di balik pembangunan tersebut, berikut sejumlah fakta menarik tentang Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi sebagai lokasi hulu sungai-sungai yang mengalir ke Jakarta.

Pembangunan dimulai sejak Desember 2016, ditargetkan selesai pada 2020. Dikutip dari situs resmi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), menyebut kontrak pengerjaan Bendungan Ciawi telah ditandatangani pada 23 November 2016 lalu dengan kontraktor pelaksana PT Brantas Abipraya dan PT Sacna.

Pembangunan dimulai sejak tanggal 2 Desember 2016 dan dijadwalkan selesai pada awal tahun 2021. Namun ditargetkan selesai lebih cepat yaitu pada akhir tahun 2020 ini.

Habiskan Anggaran Rp 798,7 Miliar

Biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan dua bendungan ini menghabiskan dana sebesar Rp 798,7 Miliar. Bendungan Ciawi memiliki volume tampung 6.05 juta m3 dengan luas genangan 39.40 hektare.

Sedangkan Bendungan Sukamahi memiliki volume tampung sebesar 1,68 juta m3 dengan luas area genangan 5,23 hektare.

Mereduksi Banjir Sebesar 111,75 m3 per detik

Bendungan yang didesain khusus untuk mengurangi debit banjir ke Jakarta dan mampu menahan air dari Gunung Gede dan Gunung Pangrango sebelum sampai ke Bendungan Katulampa yang kemudian mengalir ke Sungai Ciliwung.

Bendungan ini diperkirakan akan mengurangi debit air banjir sebesar 111,75 m3 per detik. Termasuk jenis bendungan kering (dry dam).

Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi merupakan bendungan kering pertama yang dibangun di wilayah Jabodetabek. Kedua bendungan ini nantinya akan digenangi air hanya pada saat musim hujan.

Mengurangi debit air di Pintu Manggarai

Upaya normalisasi Sungai Ciliwung, penambahan jumlah pintu air Manggarai dan Karet, dan dibangunnya dua bendungan baru diharapkan dapat mengurangi debit banjir di pintu air Manggarai menjadi 570 m3/detik. (adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae