Komisi IX DPR RI Minta Pemerintah Lakukan Tes Masif PCR

Kliknusae.com -  Pemerintah sebaiknya segera melakukan pengujian polymerase chain reaction (PCR) dan pendisiplinan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara masif.

"Filipina yang kondisinya relatif sama dengan kita, sudah mampu melakukan 1.489 tes per 1 juta penduduk. Bahkan Kolombia sudah melakukan 2.848 tes per 1 juta penduduk," kata Anggota Komisi IX DPR, Kurniasih Mufidayati dalam siaran pernya di Jakarta, Senin (11/5/2020) .

Mufida mengungkapkan, sampai saat ini pengujian dengan PCR masih relatif sedikit di Indonesia dibandingkan negara lain di Asia Tenggara.

Lebih lanjut, berdasarkan data worldometers per 10 Mei 2020, Indonesia baru melakukan sekitar 579 tes per 1 juta populasi. Sementara Malaysia sudah 7.938 tes per 1 juta populasi.

Sampai 10 Mei atau 2 bulan 8 hari dari pengumuman kasus pertama Covid-19 di Indonesia, pengujian dengan PCR di Indonesia baru dilakukan terhadap 113.452 spesimen dengan tingkat positif mencapai 12,4 persen.

Menurut anggota DPR dari Fraksi PKS itu, idealnya uji PCR dilakukan terhadap satu persen penduduk suatu negara, sehingga Indonesia dengan jumlah penduduk 270 sampai 300 juta, maka pengujian dengan PCR itu semestinya dilakukan terhadap 2,7 sampai 3 juta spesimen yang tersebar di daerah-daerah yang sudah ditemukan kasus positif.

Apalagi laboratorium sudah banyak yang bisa melakukan pengujian dengan PCR di Indonesia. Jumlahnya mencapai 70 laboratorium, meskipun masih banyak berada di kota-kota besar khususnya di Jakarta dan Pulau Jawa.

Namun, banyak pihak di Indonesia lebih banyak melakukan uji cepat (rapid test) dengan antigen. Padahal, kata Mufida, temuan kasus positif melalui pengujian dengan PCR masih dinilai sebagai kunci untuk melakukan langkah lanjutan memutus penyebaran virus.

"Tanpa melakukan pengujian PCR yang masif, akan sulit mendapatkan gambaran yang sebenarnya dari perkembangan dan penyebaran Covid-19 di Indonesia," ujar dia.

Oleh karena itu, Mufida meminta agar pengujian dengan PCR lebih ditingkatkan secara masif agar bisa segera mendeteksi kawasan atau wilayah-wilayah yang rawan penularan seperti kawasan pemukiman padat di perkotaan dan daerah-daerah yang menjadi tujuan pemudik termasuk di daerah pedesaan.

Semua sumber daya yang dimiliki perlu dikerahkan untuk meningkatkan jumlah pengujian agar besaran dan wilayah penyebaran Covid-19 ini bisa segera diketahui dan dapat dilakukan langkah-langkah yang efektif untuk memutus mata rantai penyebaran.

Dukungan berupa penyediaan reagen, virus transport media (VTM) maupun petugas laboratorium yang sudah melalui pelatihan untuk melakukan pengujian juga harus terus diberikan agar pemerintah bisa segera melakukan upaya tes secara masif dengan PCR.

Ia khawatir jika tes berbasis PCR itu tidak segera dilakukan secara masif, akhir dari pandemi Covid-19 di Indonesia masih berlangsung panjang dan periode pemulihan masih lama.

Selain tes masif PCR, lanjut Mufida, pemerintah juga harus mempercepat hasil tes laboratorium. Masih banyak korban yang meninggal, terpaksa dimakamkan dengan proses prosedur baku pelaksanaan (SOP) Covid-19, karena hasil tesnya belum keluar.

Demikian juga pasien maupun keluarga pasien positif Covid-19, masih ada yang menunggu lama untuk mendapatkan hasil tes Covid-19 yang telah dilakukan.

Selain itu, Mufida juga meminta pemerintah mendisiplinkan penerapan PSBB bukan malah melakukan relaksasi. Mengingat penambahan pasien Covid-19 masih terus terjadi.

Penambahan kasus harian yang masih fluktuatif secara implisit menunjukkan bahwa penyebaran Covid-19 di Indonesia masih dalam tahap serius.

Bahkan jumlah penambahan kasus positif pada Sabtu (9/5) lalu mencapai angka tertinggi yaitu 533 kasus atau untuk pertama kalinya melebihi angka 500 kasus.

Hal yang mengkhawatirkan dari penambahan kasus itu adalah kasus baru semakin menyebar ke berbagai daerah, bahkan sampai wilayah kabupaten sehingga dikhawatirkan tidak didukung oleh fasilitas kesehatan yang memadai untuk menanganinya.

Oleh karena itu mata rantai penyebaran Covid-19 ini harus diputus sesegera mungkin dengan langkah-langkah yang tepat.

Mufida mengingatkan dengan adanya relaksasi, maka sebagian orang mungkin akan mudik atau pulang kampung ketika kehidupan di perkotaan dirasakan semakin sulit.

(adh/ant)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae