Kafe D'Tel, Sarana Terapi Penghidupan Disabilitas Intelektual

Kliknusae.com - Mulai tahun ini Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BBRSPDI) Kartini Temanggung, Jawa Tengah, menerapkan program terapi penghidupan dengan melatih anak-anak disabilitas intelektual mengaplikasikan bimbingan keterampilan dengan mengelola kafe.

Nama kafenya "D'Tel" yang merupakan singkatan dari Disabilitas Intelektual. Kafe seluas 6,5x7 meter berada di bagian depan dan bagian belakang seluas 8x2 meter ini di bawah naungan bagian instalasi produksi.

"Ini program rintisan terapi penghidupan. Jadi anak-anak mengaplikasikan pendidikan bimbingan keterampilan lalu dibuka kafe ini. Baru awal tahun ini berdiri, modalnya dari Kementerian Sosial," papar Kepala Bidang Resosialisasi dan Bimbingan Lanjut, BBRSPDI Kartini Temanggung, Ambarina Murdiati, Senin (23/3/2020), dikutip dari laman infopublik.id.

Ambarina menjelaskan, penerima manfaat (PM) disabilitas intelektual yang menyeduh kopi di kafe, sebelumnya telah belajar dalam kelas barista tahun lalu. Kemudian untuk penyedia makanan dibuat oleh disabilitas intelektual yang mengikuti keterampilan tata boga. Kaum disabilitas intelektual lebih terampil untuk melakukan berbagai keterampilan yang bersifat monoton dan dilakukan berulang-ulang seperti membuat makanan dan menyeduh kopi.

"Di kelas saat belajar, para penerima manfaat hanya berhadapan dengan instruktur. Sekarang di kafe ini PM dihadapkan pada konsumen," ujarnya.

Masih menurut Ambarina, dulu disabilitas hanya belajar di kelas. Sekarang mereka dilatih bagaimana mereka menjual dan melayani konsumen. Seperti menanyakan tentang pesanan yang diinginkan, etika menghadapi konsumen, belajar menghitung, dan memberikan uang kembalian dari pembayaran konsumen.

"Motto kita mengantar menuju kemandirian anak-anak yang telah menyelesaikan rehabilitaai sosial. Sebelum mengelola kafe, anak-anak sudah training dengan magang di tempat kerja swasta," sambung Amabarina

Hingga kini, pelatihan barista dan pengenalan kopi telah menjadi kurikulum resmi di BBRSBG yang dituangkan dalan perumusan rencana investasi. Selain diajari kopi, mereka juga praktik kerja magang di beberapa kafe untuk terapi penghidupan.

Program ini pun sangat diterima para PM, seperti Dika (21 th), seorang barista penyandang disabilitas intelektual yang mengaku senang bekerja menjadi barista di Kafe D'Tel. Sebelumnya, ia magang kerja di sebuah kafe di daerah Kandangan, Temanggung. Pernah pula magang kerja di kafe di Prambanan, Yogyakarta meski tidak lama. Mengelola kafe sendiri seperti sekarang membuat impiannya terwujud.

"Saya merasa senang, ini impian saya bisa mengelola kafe," ucap Dika. ***(IG)

Share this Post:

Berita Terkait

E-Magazine Nusae