Jepang Minta 200-Ribuan Tenaga Perawat Dari Kota Bandung
Klik nusae - Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Bandung pada prinsipnya siap mendukung program kerjasama penyediaan tenaga kerja terapil untuk dikirim ke Jepang. Sampai saat ini tenaga kerja yang diminta adalah perawat (care giver).
"Dari hasil kesepakatan (MoU) yang akan ditandatangani antara Pemerintah Kota Bandung dan pemerintah Jepang akhir bulan ini (Juli), ada sekitar 200-ribuan tenaga kerja perawat yang dibutuhkan. Pada dasarnya, kita siap mendukung program kerjasama ini," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung, Arief Syaifudin kepada Klik nusae, Rabu (24/7/2019).
Menurut Arief, untuk saat ini permintaan dari pemerintah Jepang kepada pemerintah Kota Bandung dalam penyediaan tenaga kerja baru sebatas bidang keperawatan.
"Kita akan siapkan nanti. Artinya kita juga akan bekerja sama dengan lembaga pelatihan kerja (LPK). Selain itu juga melibatkan sekolah-sekolah keperawatan untuk mendapatkan tenaga kerja ini (perawat)," tambah Arief.
Ketika disingung, apakah juga ada permintaan untuk tenaga bidang pariwisata,Arief mengemukakan sejauh ini belum ada permintaan tersebut.
Permintaan Belanda
Sebelumnya, Kementerian Tenaga Kerja juga mendapatkan penawaran kerja sama dari pemerintah Belanda untuk menyediakan tenaga perawat.Negeri Kincir Angin itu dilaporkan sedang membutuhkan perawat dalam jumlah besar karena meningkatnya penduduk usia tua.
"Ini tentu menjadi peluang kerja baru bagi pekerja Indonesia untuk menjadi perawat di Belanda. Selama ini perawat kita lebih banyak bekerja ke Jepang dan Korea Selatan," kata Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri saat menerima Presiden Indonesia Diaspora Network, Ebed Litay, di Jakarta, baru-baru ini.
Sebagai langkah awal untuk menindaklanjuti tawaran tersebut, Hanif mengatakan pemerintah terus menyiapkan kompetensi calon perawat melalui pelatihan di balai-balai latihan kerja milik Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker).
"Kami akan menyiapkan sumber daya manusia Indonesia untuk menjadi perawat di sana melalui pelatihan di balai-balai latihan kerja yang kami miliki. Kita ingin terus meningkatkan jumlah pekerja formal di luar negeri," ujar Hanif.
Sementara itu, Ebed Litaay mengatakan, pada Mei 2019 akan dikirim 12 orang perawat asal Indonesia. Namun, jumlah itu masih sangat sedikit.
Mengingat saat ini Belanda membutuhkan ribuan perawat untuk bekerja di panti jompo.
"Untuk tahap pertama akan berangkat 12 orang ke Belanda pada bulan Mei. Kita bicara dengan Bapak Menteri untuk menambah lagi karena 12 orang masih terlalu sedikit," ungkap Ebed.
Sebagaimana negara-negara Eropa pada umumnya, Belanda sangat membutuhkan perawat karena di sana sedang mengalami penurunan populasi usia produktif. Kebutuhan perawat di Belanda diprediksi sekitar 110 ribu orang.
"Kita sudah menghubungi rumah sakit, asuransi, dan kementerian terkait di Belanda untuk mengetahui jumlah pasti kebutuhan akan perawat lansia di sana," tutur Ebed.
Menurut Ebed, bekerja menjadi perawat di Belanda sangat menjanjikan dari sisi penghasilan. Pekerja di Belanda paling rendah dibayar sekitar 25-30 juta per bulan.
"Gaji perawat saya tidak tahu pasti tapi minimum gaji di Belanda itu 1500 euro atau sekitar 25-30 juta rupiah. Kalau perawat pasti lebih tinggi," ucap Ebed.
(adh)