Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifuddin Sebut Study Tour Lebih Banyak Manfaatnya daripada Mudharatnya

KLIKNUSAE.com - Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifuddin  menyatakan bahwa kegiatan study tour memberikan lebih banyak manfaat dibandingkan mudharatnya.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam menanggapi berbagai perdebatan mengenai pelaksanaan study tour oleh sekolah-sekolah di Indonesia.

Menurut Politikus Partai Golkar ini, study tour merupakan sarana edukasi yang efektif dalam memperluas wawasan siswa di luar lingkungan kelas.

"Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar langsung yang tidak bisa didapatkan melalui buku atau materi pembelajaran saja," katanya, Rabu 26 Maret 2025.

"Dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah, museum. Atau destinasi edukasi lainnya, siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran secara lebih mendalam," ujarnya.

Selain itu, Hetifah Sjaifuddin juga menekankan bahwa study tour dapat membangun keterampilan sosial siswa.

Interaksi dengan teman sebaya, guru, serta masyarakat di lokasi tujuan menjadi kesempatan berharga bagi siswa. Setidaknya, untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dan kerja sama tim.

"Namun tentu saja, pengawasan yang ketat dari pihak sekolah dan orang tua sangat diperlukan. Protokol keamanan harus menjadi prioritas utama agar kegiatan berjalan dengan aman dan lancar," tambah Hetifah.

BACA JUGA: Menteri Pendidikan Perbolehkan Kembali Study Tour, KDM Ngotot Embung

Kurikulum Pembelajaran

Dia juga mendorong sekolah-sekolah untuk memilih destinasi yang relevan dengan kurikulum pembelajaran. Dengan perencanaan yang baik, study tour dapat menjadi bagian integral dari proses pendidikan yang holistik.

Hetifah berharap bahwa pandangan positif terhadap study tour ini dapat memotivasi sekolah. Yakni, untuk terus menyelenggarakan kegiatan serupa dengan memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan peserta didik.

Oleh sebab itu, Hetifah menyatakan dukungannya terhadap kebijakan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti yang tidak melarang sekolah menggelar study tour.

“Kita sekarang kan menggunakan kurikulum berbasis pengalaman anak. Bukan sekadar guru mengajar satu arah, tapi anak juga perlu merasakan langsung. Melihat, dan berkunjung ke tempat-tempat edukatif,” tandasnya.

Ia pun  berpendapat bahwa pelarangan study tour secara menyeluruh justru berisiko membatasi kesempatan belajar siswa.

Museum, perpustakaan nasional, hingga pusat sains, menurutnya, bisa menjadi destinasi yang memperkaya pengalaman belajar.

“Kalau semuanya dilarang, anak-anak kehilangan peluang mendapatkan pengetahuan dari praktik langsung. Padahal, banyak tempat edukatif yang bisa dikunjungi tanpa harus pergi jauh-jauh,” tambahnya Hetifah.

Namun, ia mengingatkan agar study tour tidak menjadi beban finansial bagi orang tua. Setiap rencana kegiatan luar kelas harus melalui kesepakatan antara sekolah dan wali murid.

Hetifah pun mendorong semangat gotong royong untuk membantu siswa yang kurang mampu.

“Yang penting jangan ada paksaan. Kalau bisa, study tour menjadi bagian dari pembelajaran yang terintegrasi, tanpa membebani orang tua,” ujarnya. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae