Pantai Manis Padang Malin Kundang, Seperti Ini Kondisinya Sekarang

KLIKNUSAE.com – Pantai Manis Padang atau masyarakat setempat menyebutnya Pantai Aie Manih, kini banyak berubah.

Menjadi lebih indah untuk dinikmati bagi para wisatawan. Termasuk kemudahan akses menuju ke lokasi pantai yang berada di Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat tersebut.

Berada persis di belakang Gunung Padang, pantai ini bisa ditempuh dengan jarak 10 km dari pusat kota, atau sekitar 1,5 jam.

Pantai ini merupakan salah satu tujuan wisata populer yang selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat, terutama pada musim liburan sekolah atau lebaran.

BACA JUGA: Pacuan Kuda di Kota Payakumbuh Sumbar Naikkan Harga Kuda, Berapa?

Kliknusae.com, Selasa 8 Februari 2022 lalu berkesempatan mengunjungi objek wisata yang legendaris karena cerita Malin Kundang itu.

“Dulu, jalan menuju ke sini tidak seperti sekarang. Harus berputar dengan kondisi jalan kecil,” kata Ivan, salah satu pemandu wisata lokal.

Untuk akses jalan memang cukup baik. Bus besar juga bisa langsung masuk ke lokasi pantai. Bagi wisatawan yang masuk hanya dikenakan tiket parkir Rp.5000 untuk kendaraan roda 4 dan sepeda motor.

Berkeliling Pantai Dengan ATV Sewaan

Selanjutnya, pengunjung bisa bermain di pantai. Meski berpasir coklat, namun pengelola selalu membersihkan sampah sehingga lebih nyaman.

Pengunjung di Pantai Manis, Malin Kundang tengah mengitari keindahan tepi pantai menggunakaan kendaraan ATV sewaan. (Foto: Adhi)

Beberapa warung yang menjual souvenir khas Padang dan makanan berjejer di beberapa sudut pantai.

Ada juga bangunan-bangunan kecil bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana pantai sambal menikmati air kelapa muda.

Bagi yang ingin mengitari garis pantai, juga disediakan sepeda motor  All Terrain Vehicle (ATV). Cukup dengan membayar Rp. 100 ribu per jam, kita bisa mengitari pantai dari ujung ke ujung.

Pantai ini memiliki ombaknya yang kecil dengan panorama  panorama alam sekitarnya yang masih menghijau.

BACA JUGA: PHRI Mitra Super Prioritas Kemenparekraf, Ini Alasan Sandiaga Uno

Di ujung utara pantai ini kita bisa melihat gundukan Gunung Padang dari kejauhan. Di samping itu, terdapat dua pulau kecil yaitu Pulau Pisang Kecil (pisang ketek) dan Pisang Besar (pisang gadang) yang berjarak tak seberapa jauh dari pantai ini.

Rasanya, kurang pas saat kita hadiri disini, tidak menyambangi sebuah lokasi yang menjorok di tepi pantai.

Inilah cerita Legenda Malin Kundang, lengkap dengan diorama dibalik kisah itu yang terpajang dinding yang telatnya berdekatan dengan batu Malin Kundang.

BACA JUGA: Lamun Ombak, Rumah Makan Padang di Tempat Aslinya, Ondeh Mak..

Tak diragukan memang, legenda si Malin Kundang merupakan salah satu cerita rakyat paling populer dari Sumatera Barat.

Bahkan popularitasnya menyebar ke berbagai penjuru Indonesia hingga pernah berkali-kali diangkat ke layar kaca dalam berbagai versi.

Cerita penuh hikmah ini pun kerap kali dikisahkan sebagai perumpamaan mengenai pentingnya berbakti kepada orangtua.

Cerita Legenda Si Malin Kundang

Legenda ini mengisahkan tentang bagaimana kemurkaan orangtua dapat berujung malapetaka bagi anaknya yang durhaka.

Legenda Batu Si Malin Kundang dengan posisi sujud menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan datang ke sini. (Foto: Adhi)

Si Malin Kundang yang digambarkan sebagai seorang perantau sukses dikisahkan kembali ke kampungnya setelah bertahun-tahun merantau.

Ia kembali dengan membawa istri dan kapalnya yang besar beserta pelayan-pelayannya.

Dikisahkan, sesampainya di kampung halaman Malin enggan mengakui ibu kandungnya yang miskin. Bahkan ia, tega mencacimaki dan mengusirnya.

Karena sakit hatinya, sang ibu kemudian melontarkan sebuah kutukan agar si Malin berubah menjadi batu.

Nah,  sisi selatan pantai ini kalian bisa  melihat sebongkah batu yang menyerupai orang sedang sujud.

BACA JUGA: Lamun Ombak, Rumah Makan Padang di Tempat Aslinya, Ondeh Mak..

Batu ini dipercaya sebagai Malin Kundang dikutuk dan yang telah berubah menjadi batu. Di sekelilingnya kita juga dapat menemukan batu-batu yang menyerupai reruntuhan dinding kapal yang dipercaya masyarakat sebagai bagian dari kapal Malin yang karam.

Ada pula gulungan tali tambang serta gentong kayu yang terlihat sangat detail seakan-akan memang seperti tali tambang dan gentong kayu yang bertransformasi menjadi batu.

Jangan khawatir, kalian juga bisa menyentuh  batu Malin Kundang ini. Ada rasa yang berbeda, saat kita melihat langsung dan merasakan legenda ceritanya. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae