Tim Google Disemprot Warga, Main Potret Rumah untuk GSV Tanpa Izin

KLIKNUSAE.com - Tim Google Indonesia disemprot warga karena merasa risih kompleks perumahan difoto untuk konten Google Street View (GSV).

Adalah Khairul Anam, seorang warga yang tinggal di Tangerang, Provinsi Banten  menyebut Google telah melanggar hak privasi.

Ia pun memerinci kronologi awal saat tim GSV masuk ke kompleksnya dengan turut serta membawa kamera.

Khairul kemudian minta surat izin kepada tim GSV itu. Saat dilihat, kata Khairul, surat yang dibawa GSV diteken pada 10 Agustus 2018 dan mendapat dukungan dari Kantor Staf Kepresidenan (KSP).

BACA JUGA: Google Digugat Pemerintah Gara-gara Monopoli Iklan Online

"Waktu itu ada mobil Honda HR-V masuk kompleks, lengkap dengan kamera dan lain-lain. Waktu saya tanya, dia ngakunya sudah izin satpam, yang tidak tahu apa-apa soal mobil GSV itu. Pas saya minta surat izin, dia menyodorkan surat dukungan dari deputi KSP," kata Khairul kepada wartawan, seperti dikutip Kliknusae.com dari Detikcom, Rabu 27 Oktober 2021.

Khairul menyebut surat yang diserahkan petugas GSV diteken oleh Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan Eko Sulistyo.

Berbekal Surat Izin Asian Games Tahun 2018

Diketahui Eko pada tahun 2018 menjabat sebagai Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan. Namun kini, ia sudah tidak menjabat lagi.

"Siapa yang mengeluarkan endorse itu agar @googleindonesia 'leluasa' motret sembarang tempat? Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan Eko Sulistyo. Surat dukungan itu diteken 10 Agustus 2018. Surat itu kita foto juga. @googleindonesia #GoogleLanggarPrivasi," tambahnya.

BACA JUGA: Pantengi, Google Bakal Berikan Dana Pinjaman UMKM Rp 140 Miliar

Khairul mengatakan surat itu berupa dukungan Google untuk melaksanakan GSV dalam rangka Asian Games 2018. Khairul pun heran dan mempertanyakan kaitannya dengan kompleks yang dihuninya itu.

"Itu surat dukungan buat Google melaksanakan GSV dalam rangka mensukseskan Asian Games 2018. Apa hubungannya sama kompleks saya?" ujarnya.

Pada saat itu, Khairul langsung meminta GSV menghapus foto kompleksnya itu. Kesepakatan penghapusan foto itu pun disetujui.

Namun, di hari berikutnya, Khairul mendapati kompleksnya telah masuk di Google Street View lengkap dengan detail jalan dan teras rumah.

BACA JUGA: Google Ikut Luncurkan Ponsel 5G, Ini Harganya

"Lalu saya minta dia hapus hasil foto, dan dia mau karena tahu itu bukan jalan umum, kompleks saya gerbang tunggal, cuman 20-an rumah, bukan jalan umum. Kupikir masalah selesai. Ternyata kemarin dikasih orang kompleks ternyata kompleks kami masuk di Google Street View, lengkap dengan detail jalan, teras rumah, dan lain-lain," ungkapnya.

Mendapat Surat Dukungan Dari KSP

Khairul menegaskan kompleks rumahnya tidak punya jalan tembus dan hanya memiliki satu gerbang.

Dia pun tidak terima dengan tindakan Google yang memotret rumahnya dan rumah penghuni lainnya tanpa izin.

"Sekali lagi, kompleks rumah saya tidak punya jalan tembus, hanya satu gerbang, dan hanya digunakan oleh penghuni. Jadi kenapa Google dan mitranya seenaknya memotret rumah, pekarangan dan jalanan kompleks kami?" kata Khairul.

BACA JUGA: Apple Dan Google Kolaborasi Rilis Alat Pelacak Corona

Khairul heran GSV menggunakan surat dukungan KSP untuk masuk ke permukimannya dan melakukan foto-foto dalam konteks Asian Games.

Dia pun meminta Google memutus akses atau men-take down hasil pemetaan kompleks miliknya.

"Mereka juga menggunakan surat dukungan deputi KSP dalam konteks Asian Games, untuk masuk ke pemukiman mengambil foto-foto," ujar Khairul.

"Tolong PT Kelly Service Indonesia dan @googleindonesia untuk men-take down hasil pemetaan kompleks gw. Kompleks gw bukan jalan umum dan tidak ada hubungannya sama kesuksesan Asian Games yang lo jadikan alasan buat foto-foto areal nonpublik seenaknya. #GoogleLanggarPrivasi," tambahnya.

Sampai saat ini belum ada keterangan resmi dari Google Indonesia soal protes warga tersebut.

Indonesia Paling Banyak Protes Minta Penghapusan Konten Google

Sementara itu, Indonesia menjadi negara yang paling banyak meminta penghapusan konten di Google.

Hal ini terbukti dalam laporan Google berjudul "Content Removal Transparency Report" yang dirilis pekan lalu.

Dalam laporan tersebut, Google mengungkap daftar negara di dunia yang paling sering mengajukan permintaan untuk menghapus konten dari Google selama periode Januari hingga Juni 2021.

Indonesia sendiri berada di urutan pertama dalam kategori negara dengan permintaan penghapusan konten tertinggi berdasarkan jumlah item.

BACA JUGA: Kini Google Gratiskan Meet Untuk Semua Orang

Indonesia tercatat telah meminta Google untuk menghapus lebih dari 500.000 URL.

Sebanyak 500.000 URL tersebut umumnya berisi website judi dan melanggar undang-undang. oogle mengatakan bahwa pihaknya telah menghapus lebih dari 20.000 URL dan sedang meninjau sisanya.

Adapun jenis konten yang diminta Indonesia untuk dihapus oleh Google diantaranya seperti konten yang mengandung unsur pelecehan agama, ujaran kebencian dan kekerasan, konten vulgar, blog, Google Docs, situs web, Google Play Apps, hingga kanal YouTube. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae