Dedi Taufik: Tahura Djuanda Bisa Dijadikan Destinasi Unggulan

BANDUNG, Jalajamusae.com - Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda atau biasa disebut dengan Tahura Djuanda di Kota Bandung, Jawa Barat memiliki banyak keunikan yang bisa terus di explore.

Salah satunya adalah tumbuhnya bunga bangkai yang merupakan tanaman langka yang ada di Indonesia. Jika kelebihan ini bisa dikelola lebih baik lagi, maka bisa menarik banyak wisatawan yang datang.

"Saya pikir, keunikan ini bisa dikembangkan lagi. Selain sebagai base-nya studi tour wisata alam, bisa juga menjadi objek pengenalan lingkungan alam, mempelajari fenomena. Ini bagus dan bisa kita kolaborasikan juga dengan sejarah," demikian disampaikan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Dedi Taufik saat tampil sebagai pembicara di acara Tahura Djuanda Charity Talkshow "Senja di Tahura Djuanda" Tadapur Alam Sebagai Perenungan Diri di Pangung Terbuka, Kamis (29/4/2021).

Selain Dedi Taufik, tampil juga sebagai pembicara dalam acara yang dihadiri para anak yatim, anak-anak dari warga yang bermukim di sekitar Kawasan Tahura, Kepala Dinas Kehutanan Jawa Barat, Evi Kustiawan, dan Kepala UPTD Tahura Ir H Djuanda, Lianda Lubis.

Hadir pula dalam kesempatan tersebut Ketua Himpunan Pengusaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) DPD Jawa Barat Heni Smith.

Menurut Dedi, keunggulan Tahura adalah selain  menjadi hutan kota yang masih asri juga memiliki nilai sejarang yang tinggi.

"Bukan saja alamnya yang cukup indah dengan berbagai ragam tumbuhannya, Tahura juga memiliki nilai heritage seperti gua Jepangnya," lanjut Dedi.

Kelebihan lain di taman yang  terbentang dari Dago Pakar (Curug Dago) hingga ke Maribaya-Lembang itu yakni sunset yang sangat instagramable untuk foto selfie.

Event Tadabur Alam didahului dengan penampilan musik angklung yang dibawakan ana-anak usia belasan tahun.

Diakhiri acara, mereka berkesempatan mendapatkan hadiah uang dari para narasumber setelah berhasil menjawab pertanyaan yang diajukan.

"Nanti besar mau jadi apa," tanya Dedi Taufik.

"Mau jadi dokter," jawab salah seorang anak perempuan. Wajahnya terlihat senang saat menerima hadiah uang yang diberikan langsung oleh Dedi.

Sebagimana diketahui,  Tahura Djuanda sendiri awalnya  termasuk dalam kawasan Hutan Lindung Gunung Pulosari yang diresmikan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1922.

Setelah proklamasi kemerdekaan, status hutan ini menjadi kawasan hutan negara, yang kemudian dikonsep sebagai kawasan hutan wisata dan kebun raya.

Pada tahun 1963, Ir. R. Djoeanda Kartawidjaja (Perdana Menteri RI terakhir dan penggagas deklarasi Djuanda) wafat dan namanya diabadikan sebagai nama kawasan hutan ini dengan nama Kebun Raya Rekreasi Ir. H. Djuanda bersamaan dengan perubahan nama Jl. Dago menjadi Jl. Ir. H. Djuanda.

Pada Tahun 1980, status hutan ini dalam kawasan taman wisata dengan nama Taman Wisata Curug Dago.

Atas usul Mashudi dan Ismail Saleh, status taman wisata ini berubah menjadi Taman Hutan Raya melalui Kepres No. 3 Tahun 1985 yang diresmikan bertepatan dengan hari lahir Ir. H. Djuanda pada tanggal 14 Januari 1985 dan tercatat sebagai Taman Hutan Raya pertama di Indonesia.

Kekhasan vegetasi hutan dataran tinggi terlihat dari cukup dominannya tumbuhan Pinus (Pinus merkusii) di wilayah yang terletak di Sub-DAS Cikapundung ini.

Selain pinus, di Tahura Djuanda masih tersimpan keanekaragaman hayati yang luar biasa. Tercatat ada 2500 varietas tanaman yang tersebar dalam 40 familia dan 112 genus.

Koleksi tumbuhan ini berasal dari Kebun Raya Bogor dan merupakan koleksi tumbuhan dari berbagai daerah di Indonesia.

Selain kekayaan alam yang luar biasa ini, di Tahura Djuanda terdapat beberapa objek yang menjadi daya tarik kawasan ini.

Diantara objek tersebut adalah Museum Ir. H. Djuanda, Gua Belanda, Gua Jepang, Curug Omas, Curug Koleang, Curug Kidang. Untuk mencapai berbagai objek tersebut, kita dapat melintas jalan setapak beralas paving block yang terbentang dari gerbang Selatan di Dago Pakar hingga gerbang Utara di Maribaya. (adh)

Share this Post:

Berita Terkait

E-Magazine Nusae