Bagaimana Agar Perusahaan Bisa Keluar dari Krisis Pandemi, Ini Tipsnya
JAKARTA, Kliknusae.com - Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia saat ini ternyata tak seberat pada tahun 1998. Kok bisa.
Setidaknya, apa yang dialami dan dirasakan pengusaha legendaris sekaligus pendiri Grup Triputra TP Rachmat memberikan gambaran, bahwa bisnis belum "tamat" selama para pemimpin perusahaan atau CEO punya strategi yang tepat.
Pengalaman inilah yang disampaikan Rachmat yang juga mantan CEO Grup Astra pada webinar dengan topik "Leadership Challenges in the Double-Disruption Era: Wisdom from the Senior", Kamis (25/02/2021).
Ia berbagai pengalaman bagaimana seorang CEO bisa membawa organisasi keluar dari krisis baik pada krisis ekonomi 1998 maupun ketika menghadapi pandemi COVID-19 yang masih berlangsung hingga saat ini.
"Hope yaitu harapan dan conviction yaitu keyakinan bahwa krisis akan berakhir menjadi kata kunci yang membedakan kualitas pemimpin," katanya.
TP Rachmat yang biasa disapa Teddy Rachmat mengatakan harapan dan keyakinan pemimpin tersebut akan membawa perusahaan keluar dari krisis akibat pandemi COVID-19, karena dengan dua hal tersebut seorang pemimpin akan mampu mengendalikan apa yang disebutnya "gas dan rem" dalam perusahaan, kapan harus menginjak gas dan rem agar perusahaan tetap kompeten, kontekstual, dan relevan dengan situasi kini dan pasca-pandemi.
TP Rachmat menilai krisis akibat pandemi saat ini masih jauh lebih baik dibanding krisis ekonomi 1998.
"Saat ini tidak terjadi negative spread, NPL 2020 hanya 3-5 persen, inflasi hanya 1,68 persen, tidak ada lembaga perbankan yang harus tutup, dan investmen grade 2020 berada di triple B, yang jauh lebih tinggi dari dari level selective default pada 1998," kata TP Rachmat.
Ia juga berbagi nilai penting yang harus dimiliki seorang CEO dalam situasi krisis yaitu core values, business model, core competence, dan cash flow.
"Krisis untuk menguji seberapa kuat dan dalam keyakinan kita pada core values yang kita yakini," katanya.
Namun, kata dia, disrupsi akibat pandemi juga harus terus dicermati karena akan menguji business model, core competence, serta cash flow perusahaan, sehingga terhindar dari optimistis yang tidak realistis yang menyebabkan perusahaan tidak dapat bertahan sampai krisis berakhir.
"Krisis dapat menjadi sarana menempa kualitas anda sebagai pribadi maupun sebagai pemimpin," ujar TP Rachmat.
Hidup Mati Perusahaan Ditangan CEO
Sementara itu Partner Dunamis Organization Services dan Head of Franklin Covey Indonesia, Tommy Sudjarwadi, yang menjadi mitra SWA Media dalam mencari CEO terbaik mengemukakan pada kondisi turbulensi hanya CEO yang bisa membangun "trust" di kalangan karyawan yang bisa membawa perusahaan selamat.
"Kita semua paham bahwa pandemi telah menimbulkan krisis multidimensi yang membawa perubahan sangat cepat di berbagai tatacara kehidupan dan bisnis. Siapapun yang menjadi CEO pada era ini tak bisa mengelak dari ancaman hidup dan matinya perusahaan," katanya.
Oleh karena itu dalam memilih CEO terbaik 2020 dilakukan survei terhadap para karyawan perusahaan atas 4 peran penting CEO yang terdiri dari inspire trust, create vision, execute strategy, dan coach potential.
"Persyaratannya, perusahaan yang dipimpinnya harus memiliki kinerja bagus di era kepemimpinannya. Selain itu juga punya komitmen kuat untuk menjalankan Good Corporate Governance," tambah Pemimpin Redaksi SWA Sujatmaka.
Dari hasil survei ada 13 nama yang masuk dalam daftar Best CEO 2020 versi Majalah SWA dan Dunamis antara lain Kuswiyoto (Direktur Utama PT Pegadaian Persero), Didik Purwanto (CEO PT Elnusa Trans Samudera), serta Rudolf Tjandra (CEO & Presiden Direktur PT Sasa Inti). (*/adh)
Sumber: Antaranews