Jumlah Penumpang Pesawat Anjlok 60 Persen, Terjadi Diseluruh Dunia
Kliknusae.com - Perusahaan maskapai dunia saat ini sedang berjibaku untuk tetap survive. Bertahan ditengah pandemi corona dengan berbagai resiko kerugian yang masih cukup besar.
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (International Civil Aviation Organization/ICAO) mencatat pada tahun 2020, jumlah penumpang pesawat anjlok seiring dengan pandemi virus corona yang menghentikan perjalanan global.
Melansir Perusahaan Penyiaran Jepang (Nippon Hoso Kyokai/NHK) pada, pekan ini, ICAO menyebut terjadi total penumpang domestik dan internasional mencapai 1,8 miliar pada 2020.
Jumlah itu turun dari 60 persen atau 4,5 miliar penumpang dibandingkan dengan tahun sebelumnya atau 2019.
Penyebaran virus corona menyebabkan pemerintah di seluruh dunia membatasi perjalanan internasional dan mendesak warga negaranya untuk tinggal di rumah saja.
Langkah-langkah ini menurunkan lalu lintas udara domestik 50 persen dan internasional hingga 74 persen.
ICAO menyebutkan penurunan pendapatan maskapai global mencapai US$370 miliar dan itu mengancam jutaan pekerjaan di seluruh dunia.
Selain itu, selama setahun penuh hingga 31 Desember 2020, ICAO menemukan 51 persen lebih sedikit kursi penumpang yang ditawarkan oleh maskapai dibandingkan tahun 2019.
Secara keseluruhan, ICAO memperkirakan maskapai penerbangan di seluruh dunia kehilangan pendapatan usaha kotor sebesar US$391 miliar.
Analisis ICAO menegaskan apa yang sudah banyak dari kita ketahui. Tahun 2020 dimulai dengan catatan optimis untuk sebagian besar maskapai penerbangan. Tetapi dengan waktu hanya dua bulan, virus telah membuat industri penerbangan terhenti.
Pada akhir Maret 2020, maskapai penerbangan melarang penerbangannya, dan dalam beberapa kasus, menangguhkan 100 persen atau seluruh penerbangannya.
April 2020 adalah titik nadir bagi industri penerbangan. Lalu lintas turun 92 persen dibandingkan periode yang sama pada 2019.
Rebound berumur pendek dan sporadis karena masing-masing negara berjuang melawan gelombang Covid-19 berikutnya dengan berbagai metode dan tingkat keberhasilan yang berbeda-beda. (BI/adh)