Mengenal Pa'Piong, Kuliner Khas Toraja Berbumbu Sederhana

Kliknusae.com - Pada umumnya masyarakat Indonesia, banyak yang tak mengenal masakan dari Indonesia timur. Sebaliknya, masakan dari Jawa dan Sumatera sangat mendominasi menu di resto dan hotel. Padahal Indonesia timur punya beragam kuliner dan kaya dengan rempah-rempah.

Di wilayah Indonesia Timur, sebenarnya menyimpan kekayaan kuliner yang belum digali dengan maksimal. Terbukti beberapa olahan masakan dengan bumbu sederhana dari wilayah ini ternyata sangat lezat. Salah satu diantaranya adalah masakan Toraja, yaitu Pa'piong (baca: pakpiong).

Masakan ini bernama dasar "Pong" yang artinya tabung (bambu) sebagai alat masak. Bambu yang tumbuh di Tana Toraja umumnya berdiameter lebar yaitu sekitar 8 sampai 12 cm. Sehingga memang efektif untuk alat masak sebuah pesta besar. Bahan utamanya, daging kerbau, daging babi, ayam, atau ikan mas.

Di dalamnya terdapat potongan daging atau ikan yang dicampur dengan daun miana (mirip daun pohpohan di Sunda, tapi lebih tebal dan berwarna ungu), parutan kelapa, ditambah irisan cabai, irisan bawang merah, irisan bawang putih, garam, potongan jahe, dan potongan serai. Lalu diolah secara sederhana karena hanya diiris dan memakai sedikit bumbu.

Bahan-bahan itu kemudian dimasukkan dalam buluh bambu yang sebelumnya dilapisi daun pisang lalu dibakar. Saat memasak, posisi bambu dibuat berdiri berjajar dengan kemiringan 30- 40 derajat di atas api. Selama memasak, sisi bambu yang terkena api diputar beberapa kali agar seluruh bambu terkena panas sehingga masak dengan rata.

Matang atau tidaknya masakan, bisa dicek dengan mengiris bambu. Jika ada tetesan lemak, artinya masakan sudah matang dan siap disantap dengan nasi hangat. Semua yang pernah makan Pa'piong akan mengakui kelezatan olahan ini meski berbumbu sederhana.

Di Toraja sendiri, Pa'piong banyak tersedia dengan bahan dasar daging babi karena sebagian besar masyarakat di wilayah itu memelihara babi. Pa'piong babi disajikan saat Rambu Solo' yaitu upacara kematian Toraja yang sangat terkenal itu. Upacara ini dimulai pada sore hari atau setelah tengah hari sampai menjelang malam.

Sedangkan Pa'piong berbahan ayam atau ikan mas (kadang diganti kakap) disajikan pada upacara adat kategori Rambu Tuka' yaitu upacara atau pesta syukur seperti pernikahan, kelahiran, upacara panen raya, peresmian rumah Tongkonan, dan lainnya. Berbeda dengan Rambu Solo', upacara adat Rambu Tuka' dimulai pada pagi hari dan dilakukan dengan gembira, tak ada kesedihan dan air mata.

Kini masyarakat di sana mulai juga mengolah Pa'piong dengan bahan utama tedong (daging kerbau). Tedong berlimpah dan dijual murah di pasar terutama setelah upacara adat kematian selesai dan hanya diolah menjadi dendeng atau empal kering. Kadang daun miana (yang hanya tumbuh di Tana Toraja dan sebagian Sulawesi Selatan) diganti dengan jantung pisang yang masih muda. Miana punya cita rasa agak sepat dan pahit, nyaris sama dengan jantung pisang.

Untuk mencicipi Pa'piong saat ini, tidak harus menunggu kegiatan Rambu Tuka' dan Rambu Solo' saja. Masyarakat bisa memasaknya setiap waktu, kapan saja mereka mau. Beberapa restoran di Rantepao dan Makale (Tana Toraja) atau di Makassar juga menyajikan menu tersebut. Pa'piong juga ada di beberapa resto di kawasan Kelapa Gading, Jakarta. Penikmat non Toraja biasanya lebih memilih Pa'piong ayam atau ikan.*** (IG/Sumber: indonesia.go.id)

Share this Post:

Berita Lainnya