Di Balik Usia 209 Tahun, Kota Bandung Menyimpan 5 Fakta Menarik

Kliknusae.com - Tanggal 25 September 2019 ini, Kota Bandung genap berusia 209 tahun. Usianya memang belum terlalu tua jika dibandingkan dengan usia kota lain di Indonesia. Namun Kota Bandung telah mampu bersaing dengan kota-kota lain di Indonesia. Bahkan Kota Bandung telah mampu disejajarkan dengan kota lain di dunia. Seperti julukan sebagai "Ibu Kota Asia Afrika", mampu membawa Kota Bandung tersohor di mata dunia.

Di balik usia 209 tahun, Kota Bandung menyimpan sejumlah fakta menarik seputar hari kelahirannya.  Berikut ini ada lima (5) fakta menariknya!

Surat Keputusan (besluit) Herman Willem Daendels

Saat masa pemerintahan kolonial Belanda di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan pemukiman. Keputusan tersebut didasari Surat Keputusan (besluit) Gubernur Jenderal Daendels per tanggal 25 September 1810. Isinya tentang pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan tersebut. Hingga di kemudian hari, peristiwa ini diabadikan sebagai tanggal Hari Jadi Kota Bandung.

"Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd"

Demikianlah perkataan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. "Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd" artinya, "usahakan bila saya datang kembali ke sini, sebuah kota telah dibangun".

Sepenggal kalimat inipun sekaligus bentuk perintah kepada Bupati Bandung ke-6, R.A. Wiranatakusumah II (1794-1829) untuk membangun Ibu Kota Bandung yang baru di sekitar Jalan Raya Pos atau De Grote Postweg (kini Jalan Asia Afrika). Jalan Raya Pos saat itu merupakan jalan sepanjang kurang lebih 1.000 km yang terbentang sepanjang utara Pulau Jawa, dari Anyer sampai Panarukan. Jalan ini dibangun pada masa pemerintahan Gubernur-Jenderal Herman Willem Daendels.

Atas perintah itu, Wiranatakusumah II kemudian memilih sebuah lokasi di dekat sumber mata air yang bernama Sumur Bandung. Dalam Bahasa Sunda, Sumur Bandung berarti sumur yang berpasangan atau berhadapan (dari kata "bandungan").

Lokasi kedua sumur tersebut berada di tepi barat Sungai Cikapundung. Satu sumur terletak di Bale Sumur Bandung atau Gedung PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten, Jalan Asia Afrika. Sedangkan sumur lainnya berada di bawah bangunan bekas kompleks pertokoan Miramar, Alun-alun Bandung.

Sempat Dirayakan pada 1 April

Sebelum dirayakan setiap tanggal 25 September, Hari Jadi Kota Bandung sempat diperingati setiap 1 April. Perayaan pada 1 April tersebut, diambil dari momen saat dikeluarkannya surat oleh Gubernur Jenderal J.B. Van Heutz pada 1 April 1906.

Surat itu menetapkan Kota Bandung ditingkatkan statusnya menjadi Pemerintah Kota (Gemeente). Sejak itulah Kota Bandung resmi lepas dari Kabupaten Bandung, walaupun Ibu Kota Kabupaten Bandung masih terletak di Kota Bandung.

Namun pada tahun 1998, melalui penelitian dan kajian mendalam, akhirnya Hari Jadi Kota Bandung ditetapkan pada tanggal 25 September. Penetapan tanggal ini sesuai dengan tanggal saat Herman Willem Daendels menyetujui usulan Bupati Wiranatakusumah II untuk memindahkan Ibu Kota Kabupaten Bandung pada tahun 1810.

Mentari dan Gelombang

Sebelum memiliki lambang kota seperti saat ini, lambang Kota Bandung dilengkapi dengan mahkota dan dua ekor singa di samping kanan-kiri perisai. Sedangkan di bawahnya tertulis motto "Ex Undis Sol". Secara harfiah berarti "Dari Matahari Laut". Namun ada juga yang mengartikannya sebagai "Mentari Muncul di Atas Gelombang".

Sedangkan menurut Haryoto Kunto, penulis buku "Wajah Bandung Tempo Doeloe", kalimat itu kurang lengkap. Seharusnya berbunyi, "Ex Undo Solum", artinya "Dataran Tinggi Bandung Muncul dari Dalam Tanah".

Namun sejak lambang Kota Bandung ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Besar Bandung tahun 1953, tertanggal 8 Juni 1953, motto Kota Bandung berubah menjadi "Gemah Ripah Wibawa Mukti" yang berarti "tanah subur rakyat makmur".

Wali Kota Sejak Era Kemerdekaan

Sejak era kemerdekaan RI tahun 1945 hingga saat ini telah ada 16 Wali Kota Bandung. Diawali R.A. Atmadinata (1945), R. Syamsoerizal (19545-1947), Ukar Bratakusuma (1947-1949), R Enoch (1949-1957), R. Priatna Kusumah (1957-1966).

Selanjutnya R. Didi Djukardi (1966-1968), R.Hidayat Sukarmadidjaja (1968-1971), R. Otje Djundjunan (1971-1976), Utju Djoenaedi (1976-1978), R. Husein Wangsaatmadja (1978-1983), H. Ateng Wahyudi (1983-1993), Wahyu Hamidjaja (1993-1998), Aa Tarmana (1998-2003), Dada Rosada (2003-2013), Ridwan Kamil (2013-2018), dan Oded M Danial (2018-sekarang).

Itulah sedikit fakta menarik dari lahirnya Kota Bandung. Tentu masih banyak fakta lainnya yang layak untuk diketahui. Semakin banyak mengenal dan mengetahui sejarahnyanya, maka akan semakin mencintai Kota Bandung. Pokoknya jangan melupakan sejarah ya!*** (IG/Sumber: Humas Kota Bandung)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae