Bisa Saja Terjadi Gempa 8,8 Magnitudo Di Pulau Jawa
Klik nusae - Ini bukan hoax. Selain gempa berkekuatan diatas 8,8 magnitudo, potensi tsunami setinggi 20 meter juga bukan hal yang mustahil terjadi di Pulau Jawa.
Baru-baru ini kabar ikhwal potensi gempa bumi dan tsunami ini viral di media sosial. Pulau Jawa bagian selatan dikabarkan akan diguncang gempa mahadahsyat dan berbuntut tsunami.
Berita ini juga menuntut Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono untuk menjernihkan permasalahan.
"Jawaban saya adalah bahwa kita harus jujur mengakui dan menerima kenyataan bahwa wilayah kita memang rawan gempa dan tsunami," ungkapnya melalui pesan singkat, Sabtu (20/7/2019), seperti dilansir Suryamalang.com.
Rawan gempa tersebut,khususnya di wilayah selatan Jawa, keberadaan zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia merupakan generator gempa kuat.
"Sehingga wajar jika wilayah selatan Jawa merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami," tegasnya.
Untuk diketahui, wilayah Samudra Hindia selatan Jawa memang sudah sering kali terjadi gempa besar dengan kekuatan di atas M 7,0.
Daryono juga mencatat sejarah daftar gempa besar seperti gempa Samudra Hindia.
Dalam catatan BMKG, gempa besar di Selatan Jawa pernah terjadi tahun 1863,1867, 1871, 1896, 1903, 1923, 1937, 1945,1958, 1962, 1967, 1979, 1980, 1981, 1994, dan 2006.
"Sementara itu tsunami Selatan Jawa juga pernah terjadi pada tahun 1840, 1859, 1921, 1994, dan 2006," ujar Daryono.Ini bukti bahwa informasi potensi bahaya gempa yang disampaikan para ahli adalah benar bukanlah berita bohong.
Meski begitu, Daryono menegaskan bahwa besarnya magnitudo gempa yang disampaikan para pakar adalah potensi bukan prediksi.
"Namun kapan terjadinya tidak ada satupun orang yang tahu," tegas Daryono.
Untuk itu dalam ketidakpastian kapan terjadinya, lanjut Daryono, semua harus melakukan upaya mitigasi struktural dan non struktural yang nyata dengan cara membangun bangunan aman gempa, melakukan penataan tata ruang pantai yang aman dari tsunami, serta membangun kapasitas masyarakat terkait cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami.
Daryono menyebut ini adalah risiko tinggal dan menumpang hidup di pertemuan batas lempeng.
"Ya mau tidak mau, suka tidak suka inilah risiko yang harus kita hadapi," tutur Daryono.
Dia juga mengatakan, masyarakat tidak perlu cemas dan takut.
Daryono menyebut bahwa semua informasi potensi gempa dan tsunami harus direspons dengan langkah nyata dengan cara memperkuat mitigasi.
"Dengan mewujudkan semua langkah mitigasi maka kita dapat meminimalkan dampak, sehingga kita tetap dapat hidup dengan selamat, aman, dan nyaman di daerah rawan gempa," kata Daryono.
Peristiwa gempa bumi dan tsunami adalah keniscayaan di wilayah Indonesia, yang penting dan harus dibangun adalah mitigasinya, kesiapsiagaannya, kapasitas stakeholder dan masyarakatnya.
"Tentu kita juga tidak boleh melupakan infrastruktur untuk menghadapi gempa dan tsunami yang mungkin terjadi," tutupnya.
(adh)