Ketum PHRI Haryadi: Pemerintah Daerah Jangan Naikan UMS

Klik nusae - Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani meminta agar pemerintah Provinsi Jawa Barat mempertimbangkan untuk tidak memberlakukan Upah Minimun Sektoral (UMS).Banyak pengurus PHRI secara nasional menyatakan keberatan terhadap pemberlakuan UMS tersebut.

"Usulan kami ini banyak mengandung arti juga Pak Sekda (Sekretaris Daerah). Karena di hotel dan restoran itu kami telah memberikan uang servis yang cukup besar bagi karyawan, yang diambil dari tamu atau pelanggan," kata Haryadi saat memberikan sambutan dalam acara Puncak HUT PHRI ke-50 di Grand Asrilia Hotel Bandung,Minggu malam (24/2/2019).

Hadir dalam acara yang cukup meriah tersebut ,Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa, Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna,Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Dedi Taufik,Kepala Dinas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung, Kenny Dewi Kaniasari,Wali Kota Banjar Ade Uu Sukaesih,Ketua Kadin Jabar Tatan Pria Sudjana,Ketua BPP Apindo Dedy Widjaja, Anang Sutomo Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Kawasan Pariwisata, dan para tokoh pariwisata Jawa Barat, diantaranya Momon Abdurahman,Henry Husada.Menurut Haryadi,penghapusan UMS tak merugikan karyawan hotal dan restoran karena mereka sudah memperoleh uang servis. Justru, jika UMS ini diberlakukan dengan kenaikannya sekitar 5 persen,maka akan menganggu pertumbuhan dan akan memberatkan para pengusaha pariwisata.

Sebelumnya Haryadi juga mengapresiasi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang telah memberikan atensi cukup besar terhadap pembangunan sektor pariwisata di kawasan ini.

Jawa Barat memiliki potensi yang cukup besar untuk memajukan pariwisata,khususnya sektor perhotelan dan restoran. Terdapat juga bandara internasional Kertajati yang kini sedang dilakukan perluasan hingga 3.400 hektar.

"Jawa Barat juga beruntung karena nanti akan memiliki pelabuhan Patimban yang lebih besar dari Tanjung Priok. Dilalui lebih dari 16 jalan tol yang menghubungkan semua daerah yang ada di Jabar," papar Haryadi.

Selama ini Jawa Barat,lanjut Haryadi,tercatat sebagai provinsi yang ekspor-nya terbesar di Indonesia. Memilki pasar lokal terbesar dengan jumlah penduduk terbesar pula di Indoneia.

"Jadi kalau PHRI di Jawa Barat sampai tidak maju,tentunya menjadi tanggungjawab kita semua. Kita butuh kesungguhan,bagaimana kedepan PHRI bisa lebih maju seiring dengan begitu besarnya potensi yang dimiliki Jawa Barat," katanya.

Sektor pariwisata di Indonesia semakin hari semakin tumbuh sebagai sektor unggulan yang mampu berkontribusi positif sebagai penyumbang devisa negara.

Pada tahun 2018 berdasarkan data Kementerian Pariwisata, diperkirakan terjadi peningkatan 20% pariwisata atau senilai US$20 miliar, dibanding tahun 2017 senilai US$16,8 miliar.

Tren peningkatan ini diyakini akan terus meningkat jika seluruh komponen industri bisa saling berkolaborasi dalam membangun pariwisata Indonesia secara berkelanjutan.

Salah satunya kontribusi Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI.

Sebagaimana diketahui,PHRI sebagai komponen penting dalam mata rantai pariwisata di Indonesia  baru saja memperingati HUT ke-50 Tahun.

Perhimpunan yang telah didirikan sejak 9 Februari 1969 ini kembali menegaskan peran pentingnya sebagai komponen pariwisata di Indonesia.

Acara Gemilang 50 tahun Ulang Tahun Emas Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia di Jawa Barat mengangkat tema "PHRI siap mendukung & menjadikan Pariwisata Lokomotif Ekonomi Jawa Barat".

Ketua PHRI Jabar, Herman Muchtar menyebutkan besarnya kontribusi para pelaku industri hotel dan restoran terhadap dunia pariwisata Indonesia,datang dari Jawa Barat.

Herman juga mencatat bahwa bidang yang menjadi penyumbang pendapatan terbesar bagi sektor pariwisata di Jabar ini hadir di sektor kuliner atau restoran.

Dengan menginjak 50 tahun usia PHRI, Herman menyebut momentum ini sebagai simbol untuk terus menjalin kekompakan antara pengurus dan kemitraan yang baik di masa yang akan datang. Pasalnya, persoalan dalam dunia perhotelan dan restoran kini kian menantang.

"Persoalan yang dihadapi peningkatan sektor pariwisata saat ini yakni bagaimana kita membangun SDM yang andal dan memaksimalkan potensi daerah yang kita miliki. Apalagi pak Gubernur Jabar sangat aktif memacu pariwisata sebagai lokomotif ekonomi daerah," ungkap Herman.

Oleh sebab itu, pihaknya berharap PHRI Jabar mampu mengimbangi target pencapaian sektor pariwisata untuk bisa menjadi lokomotif perekonomian di Jawa Barat.

Namun Herman menyebut tantangan untuk peningkatan kunjungan wisatawan kiwari ini pun dipengaruhi pula dengan berbagai kebijakan. Salah satunya kenaikan tiket pesawat.

"Kunjungan wisatawan domestik ke Jabar saat ini 54 juta orang tapi sebetulnya peluangnya sekitar 70 juta per tahun," tandasnya.

Tapi dengan kenaikan tiket pesawat ini, wisnus datang ke Jabar pun akan semakin berkurang. Dengan dampak itu tak sedikit hotel dijual atau berubah fungsi menjadi tempat kost.

"Makanya saya mengajak Pemerintah duduk bersama melihat kondisi ini," ujar Herman.

Dalam kesempatan yang sama Sekda Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Iwa Karniwa yang dalam kesempatan tersebut mewakili Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyampaikan dalam medukung pembangunan ekonomi satu daerah, sektor pariwisata memang memiliki andil paling besar.

Apalagi untuk menggaet kunjungan wisatawan pariwisata daerah, sektor pariwisata harus dapat memanfaatkan segala potensi Sumber daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SMD) dengan maksimal.

Iwa menyampaikan, di 2017 kunjungan wisatawan ke Jawa Barat mencapai 64 jutaan. Angka ini terdiri 59 juta wisatawan domestik dan 4,9 jutaan wisatawan mancanegara.

Namun dari total kunjungan ini, baru 30 persen atau 19 jutaan wisatawan yang mennggunakan jasa akomodasi di Jawa Barat.

Bukan hanya itu, Iwa pun menyoroti masih rendahnya sertifikasi hotel berbintang di Jawa barat. Bahkan dari 535 hotel berbintang di Jabar --terdiri dari bintang 3, 4, dan 5-- baru 125 hotel yang telah tersertifikasi.

"Dengan kata lain baru 23 persen hotel berbintang di Jabar yang sudah tersertifikasi. Untuk itu saya mengajak bersama-sama meningkatkan standardisasi produk layanan untuk konsumen. Sehingga dengan upaya ini bisa meningkatkann potensi kunjungan pariwisata di Jabar," katanya.

Sementara itu, sebagai upaya kerja sama, Iwa menambahkan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memang mengusung visi Jawa Barat Juara Lahir Batin.

Oleh karenanya, pemerintah daerah pun bakal senantiasa mendukung pelaku sektor pariwisata khususnya di sektor perhotelan dan restoran untuk mendorong sektor pariwisata Jabar kian gemilang.

Perayaan HUT PHRI ke-50 terlaksana atas kerjasama dari berbagai pihak,salah satunya Tiket.Com.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae