Dedi Mulyadi Tertinggal dari Ahmad Luthfi dalam Perebutan Status Bandara Internasional
KLIKNUSAE.com - Ada dua cerita kontras dari jantung pulau Jawa. Di satu sisi, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi berhasil mengembalikan kejayaan Bandara Ahmad Yani di Semarang menjadi bandara internasional.
Di sisi lain, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi justru masih bergelut dengan nasib Bandara Kertajati yang tak kunjung lepas dari predikat "mangkrak".
Keberhasilan Ahmad Luthfi tak datang tiba-tiba. Lewat kerja keras diplomasi dengan pemerintah pusat, konsolidasi internal daerah, hingga pembenahan infrastruktur secara cepat, hasilnya?
Bandara Ahmad Yani pun kembali mengibarkan status internasionalnya. Membuka peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi dan pariwisata Jawa Tengah.
Ini setelah terbit Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 26 Tahun 2025, dimana mulai 25 April 2025, status Bandara Jenderal Ahmad Yani kembali menjadi Bandara Internasional.
Suasana peresmian status internasional Bandara Ahmad Yani beberapa hari lalu terasa penuh optimisme.
Para pelaku usaha, agen perjalanan, dan pejabat pemerintah daerah menyambutnya dengan antusias.
Ahmad Luthfi sendiri tampil percaya diri, menyebut langkah ini sebagai "awal baru" bagi Semarang dan Jawa Tengah.
Sementara itu, di ujung barat, Dedi Mulyadi menghadapi tantangan berat.
BACA JUGA: Pj Gubernur Bey Curhat Soal Bandara Kertajati di Acara Kolaborasi Pembangunan Jabar
Hanya Tinggal Cerita
Bandara Kertajati, yang semula digadang-gadang menjadi pusat kebanggaan baru Jawa Barat, justru terbengkalai.
Penerbangan internasional yang pernah sesekali mampir kini hanya tinggal cerita.
Hanggar-hanggar kosong, terminal lengang, dan jalur akses yang masih belum sempurna menjadi pemandangan sehari-hari.
Dedi Mulyadi, dalam beberapa kesempatan, mengatakan bahwa masalah Kertajati bukan sekadar soal daerah.
Melainkan perlunya koordinasi antara pusat dan provinsi, serta perubahan prioritas kebijakan nasional.
Namun tetap saja, publik melihat fakta di lapangan, Ahmad Luthfi bisa, Dedi Mulyadi belum.
Perbandingan ini menjadi bahan perbincangan hangat di berbagai kalangan.
Sejumlah pengusaha di sektor pariwisata menilai kegagalan mengoptimalkan Kertajati adalah “pukulan telak” bagi Jawa Barat.
Provinsi dengan populasi terbesar di Indonesia.
"Ini soal kecepatan, konsistensi, dan keberanian mengambil risiko," ujar seorang pelaku usaha perjalanan wisata kepada Kliknusae.com, Minggu 27 April 2025.
"Jawa Tengah menunjukkan itu semua. Jawa Barat, untuk saat ini, belum," sambungnya.
Kini, dengan momentum yang sudah bergulir di Semarang, tekanan terhadap Dedi Mulyadi semakin besar.
Mampukah ia mengejar ketertinggalan? Ataukah Bandara Kertajati akan selamanya menjadi monumen ambisi yang tak pernah tuntas?
Yang jelas, waktu terus berjalan, dan publik menuntut jawaban. ***