Menghidupkan Sejarah Lewat Teknologi, Museum CAVE AI di Keraton Kasepuhan Cirebon Diresmikan
KLIKNUSAE.com - Keraton Kasepuhan Cirebon, Sabtu lalu, menjadi saksi peluncuran Museum CAVE AI (Artificial Intelligence) Lorong Waktu Sejarah (LOTUS).
Sebuah proyek yang mempertemukan tradisi dan teknologi modern. Proyek ini merupakan hasil kolaborasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama Center of Excellence Smart Tourism and Hospitality.
Termasuk, di dalamnya juga ada PT Grhayasa Nusacitra Estima, serta PT Curaweda Palagan Innotech ini.
Tujuannya yakni ingin menambah pengalaman interaktif bagi pengunjung. Sekaligus mengedukasi generasi muda tentang nilai sejarah yang kerap terlupakan.
Dalam sambutannya pada acara Grand Launching, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf Hariyanto, memuji proyek tersebut.
BACA JUGA: Museum Kebudayaan Tionghoa, Fakta Tak Terpisahkan dari Bagian Indonesia
Inisiatif ini digadang-gadang akan mengubah cara masyarakat menikmati sejarah ini.
"Kompetitor global sudah bergerak cepat dengan memanfaatkan teknologi informasi. Inilah karakteristik abad modern yang memaksa kita untuk lebih tangkas dalam memperkenalkan budaya," ujarnya.
Haritanto pun menyebut, Keraton Kasepuhan Cirebon sebagai proyek percontohan dalam pengembangan destinasi berbasis teknologi.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Destinasi I Kemenparekraf, Sri Utari Widyastuti, menjelaskan urgensi pengemasan ulang destinasi warisan budaya agar lebih interaktif dan menarik bagi wisatawan.
BACA JUGA: Museum Transportasi di TMII akan Pamerkan Kendaraan Listrik Indonesia
High context culture
Menurut Utari, potensi budaya tinggi (high context culture) di keraton-keraton Indonesia masih kurang digarap untuk meningkatkan lama tinggal dan kualitas pengalaman wisatawan.
“Museum CAVE AI ini menawarkan atraksi berbasis teknologi yang akan membuat sejarah lebih hidup, memperkaya daya tarik wisata heritage.”
Sedangkan, Pangeran Patih Keraton Kasepuhan Cirebon, Muhammad Nusantara, menyambut baik inovasi ini.
Baginya, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku industri adalah upaya yang berharga untuk memperkenalkan sejarah keraton dengan cara yang lebih relevan bagi generasi muda.
“Harapannya, museum ini dapat memberikan manfaat edukatif dalam menyampaikan sejarah secara interaktif dan nantinya bisa diadaptasi di keraton lain,” katanya.
BACA JUGA: Wisatawan Domestik Sudah Bisa Masuk Museum Sangiran
Tidak ketinggalan, Azhar Muhammad Fuad, CEO PT Curaweda Palagan Innotech, melihat proyek ini sebagai peluang strategis untuk mengangkat kembali kisah keraton di tengah derasnya budaya pop global.
Dengan menampilkan artefak sejarah melalui teknologi CAVE (Cave Automatic Virtual Environment), Museum CAVE AI LOTUS membawa narasi sejarah Indonesia.
Yakni, lebih dekat ke generasi muda, menciptakan semacam "superhero" lokal yang lebih mengakar daripada sekadar tokoh fiksi asing.
BACA JUGA: GKR Bendara Sebut Perlu Kehadiran Sektor Ekonomi Kreatif untuk Museum
Ersy Ervina dari Telkom University yang memimpin tim peneliti menjelaskan, LOTUS menjadi wahana edukasi berbasis AI yang unik.
“Di luar negeri, museum begitu diminati. Di Indonesia, museum masih perlu digarap dengan cara yang menarik. LOTUS hadir untuk mengisi celah itu. Menghidupkan artefak dan warisan budaya dengan teknologi mutakhir,” tutur Ersy.
Dengan diluncurkannya Museum CAVE AI ini, Keraton Kasepuhan Cirebon bukan hanya sekadar situs bersejarah. Melainkan destinasi yang siap membawa sejarah menuju masa depan.
Ikut andil dalam keberadaan ini adalah melalui Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN II) LAN RI. ***