Gelombang Pasang Pangandaran Menjadi Atraksi Menarik, Yang Penting Jaga Jarak

KLIKNUSAE.com - Gelombang pasang Pangandaran, Jawa Barat yang terjadi di sepanjang pesisir pantai menjadi atraksi menarik.

Pasalnya, kejadian seperti ini tidak setiap saat bisa disaksikan. Siklus gelombang besar karena pancaroba hanya muncul 5 tahunan.

Hanya saja, bagi pengunjung yang ingin menyaksikan perubahan alam itu harus lebih hati-hati. Setidaknya, tidak terlalu dekat dengan bibir pantai saat gelombang terjadi.

“Kalau dalam video yang viral di media sosial itu, hoaks. Karena terlalu di bombastis. Yang sebenarnya, yakni ada yang masang kursi terlalu dekat ke pantai. Sehingga ketika pasang terjadi, kursi-kursinya tersapu  dan hanyut,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kab Pangandaran Agus Mulyana ketika dihubungi Kliknusae.com, Rabu 31 Agustus 2022.

BACA JUGA: Industri Pariwisata Pangandaran Dorong Percepatan Akses Tol dan KA

Namun karena, dibumbuhi dan tidak melihat langsung ke lokasi, kesannya yang kesannya yang dimunculkan di video itu, seperti bencana.

“Padahal, tidak seperti itu kejadiannya. Sampai saat ini seluruh pantai di Pangandaran masih aman dan nyaman untuk di kunjungi,” lanjut Agus.

Gelombang Pasang tak Pengaruhi Pariwisata

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangandaran, Kustiman mengatakan, gelombang pasang yang melanda beberapa objek wisata Pangandaran tidak mempengaruhi pariwisata.

"Sampai saat ini, objek wisata di Kabupaten Pangandaran masih tetap berjalan. Tidak ada yang ditutup akibat gelombang pasang tersebut," ungkap Kustiman, kemarin.

BACA JUGA: Pangandaran Masih Ramai, Jumlah Pengunjung Capai 600 Ribu Orang

Menurut dia, gelombang pasang hari ini memang lebih meningkat dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya yang hanya setinggi 2-4 meter saja.

Sementara hari ini tinggi gelombang mencapai 4-6 meter.

"Ini terjadi diluar prediksi BMKG, jam 09.00 wib di Batu Hiu, jam 10.00 Wib di Madasari dan kawasan sentra seafood. Batu Hiu itu sampai pelataran parkir," katanya.

Dirinya mengatakan, akibat gelombang pasang tersebut tidak menimbulkan kerugian materil dan korban jiwa.

"Tidak ada laporan kerugian, kursi-kursi berantakan itu biasa karena terkena ombak," ujarnya.

Dia juga menjelaskan, air yang masuk dikawasan sentra seafood itu dikarenakan tempat makan yang berada di bibir pantai sehingga dampaknya seperti video yang beredar di media sosial.

Dirinya menghimbau kepada masyarakat yang berada di kawasan pinggir pantai untuk tetap tenang dan tidak menelan informasi-informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan atau hoaks.

"Tetap waspada karena cuaca masih ekstrim, diprediksi hingga awal bulan September 2022," katanya.

BACA JUGA: Pantai Karangnini, Pesona Lain Wisata Pangandaran Yang Wajib Dikunjungi, Ini Keindahannya

Perlu Banyak Event yang Digelar

Masih, dikemukakan Agus, sejauh ini okupansi hotel di Pangandaran masih cukup stabil. Hanya saja, untuk weekedays belum terlalu membaik, pasca pandemic Covid-19.

“Salah satu upaya untuk menaikan kunjungan wisatawan di kawasan ini (Pangandaran) yakni, harus memperbanyak kegiatan event,” kata Agus.

Menurutnya, kondisi ini menjadi pekerjaan rumah (PR) pemerintah daerah, bagaimana bisa menyelenggarakan kegiatan event disaat weekdays.

“Misalkan, kalau ada MICE bisa digiring ke Pangandaran. Selain itu, juga bisa dibuat atraksi edukasi. Contohnya, dengan keberadaan museum tsunami sehingga bisa menarik anak-anak melakukan studi tour,” ungkapnya.

Harapannya, mereka yang datang ke Pangandaran tidak hanya tour saja, tetapi juga bisa melakukan studi ke museum.

“Di Pangandaran ini juga ada taman Mangrove. Ini bisa dikolaborasi. Sebagai contoh, seperti di Yogyakarta, begitu Gunung Merapi Meletus, langsung ada museum Gunung Merapi. Model-model seperti kan bisa diadopsi oleh pemerintah daerah,” paparnya. ****

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae