Alami Kerugian 10 Triliun Akibat Pandemi, ASITA Berharap Pemerintah Punya Perhatian

BANDUNG, Kliknusae.com  - Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Jawa Barat meminta pemerintah memberikan perhatian serius kepada para pelaku usaha di sektor pariwisata. Khususnya. mereka yang selama ini bergerak di bidang biro perjalanan wisata (travel agen).

"Anggota kita di Jawa Barat ada sekitar 700 lebih saat ini mengalami stagnasi yang luar biasa. Banyak sekali yang tutup. Harus jujur saya katakan, banyak juga anggota kami yang terpaksa alih profesi. Kondisi ini harus menjadi perhatian serius pemerintah," kata  Ketua ASITA Jabar, Budijanto Ardiansjah dalam jumpa pers ASITA Refleksi Akhir 2020 yang berlangsung secara offline dan daring, Rabu (30/12/2020).

Padahal sebelum pandemi terjadi, kata Budi-sapaan akrab Budijanto Ardiansjah, anggota Asita mengambil peran penting dalam mendorong perkembangan pariwisata di kawasan ini, sekaligus penyumbang PAD yang tidak sedikit jumlahnya.

Ia  memberi contoh, satu travel agen  dalam setahun ada kontrak (nilai) masuk sebesar Rp 50 miliar atau Rp 20 miliar.

"Jika dikalikan dengan jumlah anggota ASITA Jabar yang mencapai 700 anggota, nilainya cukup besar. Namun, saat ini semua menjadi terbalik, kami mengalami kerugian yang juga cukup besar,  akibat pandemi Covid-19 ini," ujarnya.

Asita Jabat mentaksir, kerugian yang dialami anggota ASITA Jawa Barat akibat Pandemi Covid-19, dari bulan Maret hingga Juni 2020 mencapai Rp 10 tirliun lebih.

"Hitungan kita bisa mencapai 10 triliun, jika dihitung sampai Desember ini, mungkun kerugian akan jauh lebih banyak lagi," tandasnya.

Dikatakan Budi, sejak merebak wabah virus Corona (Covid-19) pada Maret lalu, sebulan kemudian (Mei) banyak anggota yang terpaksa tutup atau tiarap tidak beroperasi hingga bulan Juni dan Juli 2020.

"Ada sebagian anggota yang mem-PHK pekerjanya, merumahkan atau beralih profesi ke bidang lain, karena tidak ada pergerakan bisnis sama sekali," tambahnya.

Oleh karena, Asita Jabar juga terus berupaya  menyampaikan kondisi ini kepada pemerintah untuk juga bisa diberikan stimulus seperti halnya yang diterima asoasiasi lainnya.

"Untuk perhotelan kan sudah ya. Kami juga telah memberikan proposal kepada pemerintah. Ada memang stimulus yang sempat dikeluarkan, seperti subsidi kepada warga yang ingin berwisata beberapa waktu lalu. Namun kebijakan itu kemudian tertunda karena terkait tingginya kasus Covid-19 yang muncul," paparnya.

Namun demikian, ASITA Jabar tetap optimis untuk kembali memulai pergerakan usaha, meski belum bisa dilakukan secara normal.

Menurut Budi,  pihaknya mendorong dan  memberikan pelatihan kepada para anggota bagaimana menjalankan pariwisata (travel) dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat dimasa pandemi Covid-19.

"Disektor pariwisata ada program CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability) yang wajin dilaksanakan oleh para pelaku perjalanan wisata untuk menarik wisatawan," ujarnya.

Budi pun menegaskan, pelaksanaan perjalanan wisata wajib mengedepankan protokol kesehatan dengan penerapan CHSE tersebut. Sehingga ketika pandemi ini berakhir, para pelaku (anggota) ASITA sudah siap melaksanakan.

"CHSE sudah menjadi prosedur tetap dalam pelaksanaan wisata di Indonesia," tandasnya.

Budi mengakui jika sepanjang tahun 2020, merupakan tahun sulit bagi pariwisata Indonesia, termasuk pariwisata Jawa Barat.

Memasuki tahun 2021,Budi pun menyakini  pariwisata di Jabar bisa kembali bangkit. Ini terlihat adanya resevasi dari para wisatawan mancanegara untuk bulan Juli hingga Oktober 2021.

"Alhamdulillah ada reservasi pada bulan Juli - Oktober 2021 nanti, kita berdoa agar pandemi segera berakhir," katanya.

Dijelaskan Budi, selama 2020  wisatawan dari luar negeri (inbound)  masih memanfaatkan visa bisnis ke Indonesia, dan disela-sela kegiatan mereka bisa berwisata.

"Mudah-mudahan, penutupan oleh pemerintah ini hanya sampai Januari seperti yang dinyatakan Menlu Retno Marsudi," harapnya. (adh)

 

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae