2021 Disparbud Jabar Dorong 85 Persen Kegiatan Pariwisata Outdoor

BANDUNG, Kliknusae.com - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat pada tahun 2021 mendatang akan lebih banyak mendorong kegiatan pariwisata outdoor.

Kebijakan ini mengacu pada rilis badan kesehatan dunia (WHO), dimana pada masa pandemi aktivitas diluar dinilai lebih aman.

"Saran dari WHO bahwa kegiatan diluar (tidak dalam ruangan) itu lebih safe, maka kegiatan pariwisata outdoor tahun 2021 kita akan dorong di 85 persen," demikian disampaikan Kepala Bidang Pemasaran Disparbud Jabar, Iwan Darmawan saat tampil sebagai pembicara dalam acara Diskusi Bersama Mitra Pariwisata Kota Bandung "Pemasaran Pariwisata di Era Pandemi Covid-19" di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung, Rabu (18/11/2020).

Menurut Idar-sapaan Iwan Darmawan, pandemi corona telah merubah perilaku wisatawan dalam menentukan pilihan berwisata atau berkunjung ke objek-objek wisata.

"Termasuk segment pasar yang mulai berani keluar sekarang masih didominasi oleh kalangan milineal. Untuk itu, Disparbud juga punya strategi agar potensial market di kalangan milenial ini bisa tergarap dengan baik. Kami mentargetkan 75 persen kita akan drop untuk segmen milenial," tambahnya.

Dalam pembukaan acara diskusi, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung Kenny Dewi Kaniasari menekankan agar pelaku industri pariwisata terus memperketat protokol kehatan.

Hal ini penting agar tidak muncul kasus atau kenaikan Covid-19 yang dampaknya cukup besar bagi keberlangsungan pariwisata di Kota Bandung.

"Oleh sebab itu, dibutuhkan komitmen yang kuat dari seluruh elemen masyarakat untuk menjaga agar tidak muncul atau kembali pada status zona merah.Tidak ada artinya apa-apa, kerja keras kita dalam mem-branding pariwisata kalau disiplin penegakan protokol kesehatan masih rendah," pintanya.

Sementara itu Dosen Management Pemasaran Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Vanessa Gaffar memaparkan bahwa pariwisata esensinya adalah pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya.

"Tingginya mobilitas manusia ini sangat mempengaruhi terhadap perkembangan pariwisata pada saat pandemi seperti sekarang. Virus corona telah memukul industri pariwisata sehingga berpengaruh juga pada sektor lainnya," ungkapnya.

Untuk itu, lanjut Vanessa, pelaku pariwisata harus cepat "move on" seiring dengan perubahan perilaku wisatawan. Indonesia harus memanfaatkan peluang secepatnya dibandingkan dengan negara lain.

Lalu apa yang harus dilakukan dalam menarik kembali wisatawan untuk datang kembali?

Vanessa merekomedasikan agar industri atau pelaku pariwisata membuat paket wisata yang menarik dengan target pasar wisatawan nusantara. Termasuk, wisatawan yang berasal dari negara tetangga seperti ASEAN.

"Kemudian kesiapan  destinasi dalam hal keamanan,kesehatan dan kesiapan bencana harus menjadi prioritas karena berubahnya perlilaku wisatawan," ujarnya.

Vanessa juga menawarkan strategi pemasaran pariwisata dengan sebutan COVID, dimana C adalah cost-cutting (efesiensi biaya), O=Order, mematuhi protokol kesehatan yaitu kebersihan, sanitasi, keselamatan dan keberlanjutan lingkungan.

V= Virtual, memanfaatkan teknologi digital yang virtual seperti penggunaan media sosial, I= Integrasi dengan seluruh stakehoders pariwisata dan terakhir D, Domestik dimana saat ini waktu yang tepat untuk fokus menggarap wisatawan dalam negeri. (adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae