Kemenpar Ajak SMF Dorong Pengembangan Homestay
Kliknusae.com - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menjalin kemitraan dengan lembaga keuangan PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) untuk pengembangan homestay di Mandalika, Nusa Tenggara Barat. Hasil kerja sama pun dituangkan dalam bentuk sosialisasi mengenai dukungan kredit kemitraan untuk perbaikan atau pengembangan homestay/pondok wisata di Balai Desa Kuta, Lombok, Kamis (22/8/2019).
Bersumber dari siaran pers Kemenpar, kegiatan sosialisasi itu menjadi tindak lanjut ditandatanganinya Perjanjian Kerja Sama mengenai dukungan pembiayaan Homestay di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas oleh kedua belah pihak di Kemenpar pada bulan Juli lalu.
Ketua Tim Percepatan Pengembangan Homestay Desa Wisata Kemenpar, Anneke Prasyanti mengungkapkan, Mandalika menjadi destinasi lanjutan setelah sebelumnya program kemitraan sudah mulai dimanfaatkan di Desa Samiran, Boyolali, Jawa Tengah, dan Desa Nglanggeran, Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta.
Anneke menambahkan, sosialisasinya mengenai konsep dan regulasi yang melingkupi Homestay Desa Wisata. Ia sekaligus menjelaskan tentang awal mula kerja sama dengan Kementerian/Lembaga terkait.
"Pada awalnya kami menjajaki regulasi di Kementerian Keuangan sampai pada tahap evaluasi. Lalu kami berkoordinasi dengan PT SMF untuk melakukan pendampingan kepada lembaga penyalur yang mendorong pada proses MoU, hingga kini pembiayaan telah dimanfaatkan di dua destinasi yaitu Desa Wisata Samiran, Boyolali, Jawa Tengah dan Desa Wisata Nglanggeran, Gunung Kidul, Yogyakarta," paparnya.
Pemberian kredit kemitraan yang dimaksud adalah pinjaman dengan bunga rendah bagi pengembangan atau pembangunan homestay.
Sementara itu, Leo Khadafi, Kadiv Management Kredit PT SMF menerangkan, syarat desa peminjam antara lain sudah terbentuk Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) yang telah berkarya aktif yang nantinya akan mengkoordinir pemberian bantuan bersama BUMDes.
"Rekam jejak Pokdarwis sangat penting dan selama BUMDes meyakini bahwa masyarakat punya kemampuan untuk mengembalikan maka hal ini bisa dilaksanakan. Semangatnya untuk membantu desa wisata yang tidak terkait dengan bank karena bantuan ini tidak mengkonsiderasi bentuk dan material bangunan," jelas Leo.
Program sosialisasi pengembangan homestay dan adanya bantuan kredit kemitraan ini pun langsung disambut baik masyarakat. Seperti yang diungkapkan Zamron, Sekretaris Pokdarwis Desa Prabu.
"Banyak ilmu dan pengalaman yang belum kami dapat sebelumnya dari bimbingan ini. Terkait anggaran, kami dari Desa Prabu tidak hanya akan menggunakannya untuk renovasi namun juga membangun homestay. Tentunya kearifan lokal akan tetap kami pertahankam sebagai ciri khas kami di Lombok khususnya Prabu. Semoga ke depan homestay semakin maju, tidak hanya di Lombok tapi di nusantara," ungkap Zamron.
Hal senada juga disampaikan Anom selaku BUMDes Desa Mertak yang sepakat untuk membuat homestay yang berkearifan lokal. "Kami sebagai pemuda sepakat akan hal itu (kearifan lokal). Janganlah kita ikut-ikut gaya Barat karena kita punya gaya sendiri," ujarnya.
Kini Tim Percepatan Pengembangan Homestay Desa Wisata berkoordinasi berbagai pihak, antara lain Akademisi, BUMN/Swasta, Pemerintah, dan Media sebagai Pentahelix Pariwisata untuk mengembangkan Homestay Desa Wisata di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas.
Homestay Desa Wisata adalah hunian yang dimiliki dan dikelola oleh warga lokal, dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan akomodasi pariwisata dalam bentuk penginapan dan meningkatkan ekonomi warga setempat.*** (IG)