Beda Kelas Kepelatihan Timnas Indonesia Shin Tae-yong vs Patrick Kluivert

Oleh: Adhi M Sasono, Chief in Editor

Perbedaan paling mencolok antara Shin Tae-yong dan Patrick Kluivert bukan sekadar paspor atau gaya bicara di pinggir lapangan. Tetapi kelas dan kematangan dalam memahami sepak bola, terutama dalam konteks Asia.

Shin Tae-yong datang ke Indonesia bukan dengan reputasi kosong. Ia membawa pengalaman panjang menangani tim nasional Korea Selatan hingga Piala Dunia 2018.

Ia tahu betul bagaimana mengelola tekanan, memadukan kedisiplinan ala Asia Timur dengan pemahaman taktik modern.

Dalam beberapa tahun terakhir, Shin berhasil menanamkan identitas pada skuad Garuda yakni disiplin, kompak, dan tidak mudah gentar melawan tim besar.

Ia bukan hanya pelatih, tapi juga arsitek perubahan mentalitas sepak bola Indonesia.

Sementara itu, Patrick Kluivert datang dengan nama besar sebagai legenda Eropa, tapi belum terbukti sebagai pelatih utama di level kompetitif.

Latar belakangnya sebagai mantan striker top Belanda memang mencuri perhatian. Namun rekam jejaknya di dunia kepelatihan masih dangkal.

Beberapa kali menjadi asisten, sempat melatih tim junior dan klub kecil, tapi belum pernah benar-benar menguji diri dalam tekanan besar seperti di Asia Tenggara. Dimana, sepak bola bukan sekadar permainan, melainkan kebanggaan nasional.

Produk Matang

Di sinilah letak perbedaan kelas itu. Shin Tae-yong adalah produk matang dari sistem sepak bola Asia yang keras kepala dan penuh detail.

Ia memahami kultur, memahami pemain, dan tahu bagaimana menyesuaikan pendekatan tanpa kehilangan arah.

Patrick Kluivert, di sisi lain, masih dalam fase adaptasi. Belum tentu siap menghadapi kompleksitas sepak bola Indonesia yang unik, penuh dinamika, dan tak jarang emosional.

Tentu, Kluivert berpotensi membawa warna baru yakni sentuhan Eropa yang lebih progresif, pendekatan menyerang yang atraktif.

Namun, potensi saja tidak cukup untuk membangun tim nasional. Dibutuhkan waktu, kesabaran, dan kedalaman pengalaman. Sesuatu yang sudah dimiliki Shin, tapi masih harus dicari Kluivert.

Pada akhirnya, publik sepak bola Indonesia berhak berharap pada siapa pun yang duduk di kursi pelatih Garuda.

Tapi jika bicara soal kelas dan kematangan, perbandingan antara Shin Tae-yong dan Patrick Kluivert masih terasa timpang.

Satu datang dengan kredensial dan hasil nyata, satu lagi datang membawa nama besar dan janji yang masih harus dibuktikan.

Dan kali ini terbukti, Patrick Kluivert gagal membawa timnas lolos ke Piala Dunia 2026. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae