Pengelolaan Kampung Wisata Rajut Binong Jati Berbasis AI, Amunisi Baru Bagi Warga
KLIKNUSAE.com – Di tengah deretan rumah-rumah padat di Kelurahan Binong, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung, Jawa Barat geliat baru mulai terasa.
Kampung Rajut Binong Jati, yang selama ini dikenal sebagai sentra produk rajutan, kini mencoba merajut masa depan dengan kecerdasan buatan.
Pada 19 Juni 2025, sekelompok dosen dan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) turun ke lapangan.
Mereka, antara lain Dr. Ahmad Hudaiby Galih Kusumah, Hyldan Natawiguna, dan Candra Sari Triyana.
Meraka datang dengan misi: memperkenalkan pengelolaan kampung wisata berbasis artificial intelligence (AI).
Kegiatan ini menjadi bagian dari program pengabdian masyarakat Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Pelatihan itu diikuti 25 peserta, mulai dari anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), perajin rajut, pengusaha kuliner, pengelola homestay, hingga pemuda pengurus media sosial kampung wisata.
Sementara itu Lurah Binong bersama Ketua RW setempat, Yogaswara, membuka acara dengan harapan besar, yakni bagaimana teknologi bisa menjadi jalan baru. Khususnya, bagi warga untuk bersaing di tengah derasnya arus wisata digital.
Sedangkan Kang Eka, Ketua Pokdarwis, menyebut langkah ini penting agar kampung rajut tak hanya dikenal sebagai sentra produksi. Tetapi juga destinasi wisata yang ramah bagi pelancong lokal maupun mancanegara.
Platform interaktif
“Kami ingin menyambut tamu dengan lebih efektif dan efisien,” ujarnya.
Materi utama disampaikan Dr. Galih Kusumah. Ia memperkenalkan platform interaktif berisi sejumlah asisten virtual yang dirancang khusus sesuai kebutuhan warga Binong.
Ada Mang Rajut yang bisa membantu perajin menemukan inspirasi desain rajutan global.
Kemudian Abah Huap hadir untuk pengusaha kuliner mencari ide menu berbahan lokal.
Sementara Kang Promo dan Ceu Artos mendukung promosi dan konsultasi keuangan. Untuk Teh Sosmed membantu anak muda mengelola konten media sosial.
Respons warga cukup antusias. Para perajin menyebut Mang Rajut memberi napas baru pada desain produk mereka.
Pengusaha kuliner seperti Teh Nung merasa terbantu dalam menentukan harga jual yang pas.
Begitu pun dengan para pengelola media sosial, Teh Diva dan Kang Josi, melihat peluang lebih luas dalam merancang konten promosi tanpa harus meraba-raba.
Bagi tim UPI, kegiatan ini bukan sekadar transfer teknologi. Lebih jauh, mereka ingin membangun literasi digital sekaligus kemandirian warga dalam mengelola potensi lokal.
“AI bisa menjadi jembatan agar kampung wisata berdaya saing dan berkelanjutan,” kata Galih.
Melalui inisiatif ini, UPI kembali menegaskan perannya sebagai agen perubahan. Kampung Rajut Binong Jati pun mendapat amunisi baru, merajut tradisi dengan teknologi, demi bertahan di tengah tantangan zaman. ***