Minyak Goreng Memukul Industri Perhotelan, Objek Wisata Juga Terimbas

KLIKNUSAE.com – Tidak hanya emak-emak yang menjerit karena kelangkaan minyak goreng. Industri perhotelan dan taman rekreasi juga terkena imbasnya.

Alih-alih pulih dari hantaman pandemi selama hampir tiga tahun, saat mau beranjak menuju pemilihan sudah dihantam badai lain.

“Inilah nasib kita. Di tengah pandemi yang sudah 2 tahun berlangsung dan kita baru saja mulai bernafas, kini dihantam lagi dengan minyak goreng yang naik tajam,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Yogyakarta Deddy Pranowo Ernowo ketika dihubungi Kliknusae.com, Sabtu 19 Maret 2022.

BACA JUGA: Rakernas PHRI 2023 Pindah Ke Yogyakarta, Pelaku Usaha Hotel Tertekan Lagi

Menurut Deddy, komponen minyak goreng ini berkontribusi besar dalam pengelolaan hotel, khususnya di restoran.

Tentu, dengan adanya kelangkaan bahkan kenaikan harga yang cukup tinggi ini berpengaruh kepada cost structure. Utamanya biaya makanan (cost food).

“Hotel juga sangat bergantung pada Food and Beverage Service. Kalau harga minyak goreng naik, ya pasti ada kenaikan harga (makanan) juga,” tambahnya.

Belum lagi bagi pengusaha di restoran, membutuhkan konsumsi minyak lebih tinggi sehingga mau-tidak mau juga mengalami perubahan harga yang cukup sigfinikan.

BACA JUGA: Kenapa Investor Tak Berminat Bangun Hotel di Mandalika, Ini Jawabannya

“Bisa dibayangkan, sudah  dipukul PPKM Level 4, dimana  banyak tamu-tamu mundur bahkan cancel. Lha, sekarang ditambah lagi minyak dan gas elpiji yang naik tajam. Sedangkan daya beli masyarakat turun. Jadi,  kita sangat dilematis maju kena mundur kena,” ungkap Deddy.

Salah satu upaya untuk bisa bertahan saat persoalan minyak belum terselesaikan, lanjut Deddy, pihaknya (hotel) akan mencoba membatasi varian yang selama ini banyak menggunakan minyak goreng dengan makanan yang direbus.

BACA JUGA: Menparekraf Dorong PUTRI Ikut Andil Dalam Peningkatan Peran Taman Rekreasi

Sulit Tidak Menaikan Harga

Sementara itu, beberapa pedagang kecil yang selama ini bergantung kepada objek wisata yang ada di Puncak Cipanas, Cianjur Jawa Barat juga mengeluhkan terhadap sulitnya memperoleh minyak.

“Sudah sulit, kalau pun ada barangnya, pembeliannya  juga dibatasi. Sementara orang-orang yang suka makan disini, gak mau tau. Kita naiki harga gorengan aja, protes kok jadi mahal,” aku Rina, pemilik rumah makan di dekat Kebun Bunga Nusantara, Cipanas.

Stok Aman, Tapi Fakta di Lapangan Langkah

Sementara itu Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat Iendra Sofyan memastikan stok minyak goreng menjelang Ramadan masih aman, mesti fakta di lapangan masih terjadi kelangkaan.

Menurutnya, saat ini kebutuhan minyak goreng di Jabar masih belum berangsur pulih di mana beberapa daerah masih belum mendapatkan stok minyak goreng yang sesuai dengan kondisi normal.

BACA JUGA : Ini 5 Objek Wisata Bogor Yang Aman Dikunjungi

"Data terakhir yang saya dapat dari dashboard-nya sudah sampai 89 juta liter. Tetapi di lapangan, Kemendag mengakui langka dan inilah yang menjadi pekerjaan rumah di Kemendag," kata Iendra dalam keterangan tertulis, Kamis (17/6/2022) lalu.

Iendra menuturkan, saat ini Kemendag tengah mengupayakan supaya distribusi minyak bisa segera sampai di wilayah. Ada pun saat ini, Polri juga turun langsung mengecek jalur distribusi.

BACA JUGA: Tokoh Pariwisata Bicara Pungli di Geopark Ciletuh, Ini Penjelasannya

"Kemendag merangkul Polri untuk melakukan pengawasan dan penyelidikan mampetnya distribusi minyak goreng ini. Kami sangat menunggu hasil dari Polri dan jajarannya, supaya keran-keran itu bisa terbuka dan tidak terjadi kelangkaan," tuturnya.

Menurut Iendra, ketersediaan minyak goreng menjelang Ramadan tergantung distribusi dari pemerintah pusat.

Bila distribusi berjalan lancar, maka dia memastikan semua daerah di Jabar tidak akan mengalami kelangkaan.

***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya