Kadin Jabar Sambut Baik Investasi UEA, Asal Pertimbangkan Syarat Ini

BANDUNG, Kliknusae.com - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat menyambut baik rencana investasi Uni Emirate Arab (UEA) yang ingin mengembangkan sektor pariwisata di kawasan Ciater Raya, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

"Investasi tersebut tentu harus kita sambut karena ini nantinya juga akan berdampak pada kebangkitan ekonomi di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Subang. Hanya saja, setiap investasi hendaknya tetap memperhatikan keseimbangkan ekosistem yang ada," kata Wakil Ketua Bidang Pariwisata Kadin Jabar Herie Hermanie ketika ditemui Kliknusae.com disela-sela persiapan Pelantikan DPD Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) Jawa Barat di The Lodge Maribaya, Jumat 4 Juni 2021.

Menurut Herie, adanya investasi tersebut kelak akan menambah khazanah dan tujuan wisata berdaya tarik di tinggi di kawasan Destinasi Wisata Ciater.

Baca Juga: Uni Emirat Arab Gelontorkan Dana Rp 1,3 Triliun untuk Kembangkan Wisata Ciater

Disamping itu, bisa juga menimbulkan minat bagi  masyarakat memilih destinasi Ciater lebih tinggi daripada destinasi saingannya, khususnya, wisatawan nusantara maupun mancanegara.

"Dampak ikutan dari investasi ini, nantinya mendongkrak kunjungan wisatawan ke destinasi Ciater ,tempat-tempat wisata, penginapan dan kuliner di kawasan tersebut," ujarnya.

Sedangkan dari sisi promosi, keberadaan pengembangan pariwisata dari investasi berskala internasional itu mendorong lebih banyak pihak yang akan  memasarkan atau re-branding tentang Detinasi Ciater.

"Dari sini, kemudian akan banyak wisatawan lebih mengenal dimana itu Ciater. Apa saja keunggulan yang dimiliki," tambah Herie yang juga Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat ini.

Dampak positif lainnya, lanjut Herie, juga meningkatnya jumlah dan peluang lapangan kerja bagi  masyarakat sekitar. Pendapatan masyarakat melalui usaha mikro, berbagai usaha  jasa serta barang ikut pula terkerek .

Namun demikian, Ketua I DPD Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) Jawa Barat ini mengingatkan akan timbulnya dampak negative maupun ancaman lainnya dari masuknya investasi luar itu.

Baca Juga: Ridwan Kamil Jualan Rebana ke BUMN UEA

"Bila pengembangan  pembangunan tidak melalui Tata Ruang dan Rencana Peruntukan Wilayah serta sepadan terhadap jalan utama tanpa direncanakan dengan benar, bisa berakibat buruk," Herie mengingatan.

Ia mencontohkan, bagaimana tingginya minat masyarakat yang ingin berlibur di kawasan puncak, tetapi tanpa diimbangi dengan infrastruktur jalan. Akibatnya, kemacetan tak terbendung.

" Jarak tempuh menuju tempat wisata akhirnya semakin lama. Kondisi ini menyebabkan waktu kunjungan wisatawan menjadi tidak efektif dan banyak  terkuras di jalan sebelum tiba di tempat tujuan maupun saat kembali pulang, " paparnya.

Baca Juga: Subang Smartpolitan Jadi Benchmark, Investor Gelontorkan Investasi Rp 8 Triliun

Belum lagi, persoalan sosial yang ditimbulkan seperti hambatan terhadap jalur akses kegiatan  masyarakat, pelaku ekonomi, pengguna jalan antar kota sebagai akibat kemacetan.

Terhadap ekosistem lingkungan, Herie melihat, investasi besar-besaran bisa pula menyebabkan  kebutuhan air bersih meningkat lebih tinggi dan persediaan yang terbatas sehingga mengganggu pasokan air kehidupan masyarakat.

"Kawasan Ciater sampai saat ini masih menyisakan sektor pertanian, dimana dengan berkurangnya pasokan air  ke daerah kegiatan  pertanian dan peternakan  di pedesaan, tidak menutup kemungkinan menimbulkan kerawanan  konflik perselisihan antar  masyarakat dengan    pengusaha perihal  kebutuhan air ini," tandasnya.

Belum lagi, terjadinya kerawanan yang ditimbulkan oleh limbah  diluar kendali dalam jumlah besar baik organik, plastik maupun kimiawi. Maraknya pelanggaran  pembangunan yang berlangsung secara cepat sehingga sulit dikendalikan  pemerintah.

"Oleh sebab itu, investasi yang masuk ini harus benar-benar dipertimbangkan dari berbagai aspek. Jangan hanya semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi semata," tutup Herie.

Terhadap berbagai kemungkinan negatif itu, Herie berkeyakinan pemerintah provinsi dan kabupaten sudah juga mempertimbangkan secara komprehensif.

"Saya yakin tentunya pemerintah Kabupaten dan Provinsi telah berhitung lebih jauh terkait hal-hal tadi ya," tandasnya.

PT Jaswita Masih Terus Menjajaki

Sementara itu Direktur Keuangan dan SDM M PT Jasa dan Kepariwisataan (Jaswita) Shobirin F Hamid mengemukakan bahwa rencana investasi yang dilakukan UEA baru sebatas penyampaian secara lisan (oral commitment).

" Kami sedang menjajaki lebih jauh, bagaimana hubungan kerjasama yang akan dibangun nantinya sesuai dengan yang kita harapkan. Jadi, saat ini baru lebih kepada  B2B (Business to Business)," kata Shobirin.

Ia menjelaskan, munculnya rencana investasi dari UEA itu berawal dari penawaran yang disampaikan oleh mitra bisnis PT Jaswita yang selama ini memang menggalang dana dari luar.

"Kita ketemu calon investor dari UEA ini melalui salah satu rekanan kita yang memang sudah menjalin MoU dan PT-nya ada di Indonesia. Mereka itu, selama ini sudah biasa menghimpun dana dari UEA, Eropa dan beberapa negara lainnya," ungkap Shobirin.

Dikatakan Shobirin, ketertarikan UEA untuk berinvestasi di Jawa Barat setelah pihaknya menyampaikan berbagai project strategis berikut Feasibility Study (FS).

"Dari situ, mereka menyatakan tertarik dan ingin berlanjut. Apalagi kita tidak saja menunjukan FS internal maupun eksternal, tetapi bentuknya juga sudah ada sehingga ini menjadi critical point bagi mereka. Artinya, jika masih dibutuhkan data-data lainnya, kami siap," jelas Shobirin.

Hanya saja, kata Shobirin, akan bagaimana dan konkret bentuk kerjasamanya seperti apa, memang belum ada.

"Skema yang ada, biasanya kan kalau ingin bekerjasama dengan PT Jaswita itu mesti melalui beberapa fase sesuai aturan yang ada. Seperti harus ada kerjasama pemanfaatan (KSP), bisa BOT, BTO dan beberapa opsional lainnya," ujarnya.

PT Jaswita dalam setiap pengembangan kerjasama di sektor pariwisata, lanjutnya, selalu memperhatikan berbagai aspek seperti pemanfaatan sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam, finansial dan lainya sebagainya.

"Tetapi kan sebetulnya kita belum sampai ke sana, baru awal pembicaraan saja dan mereka tertarik. Seperti yang awal saya sampaikan tadi, baru sebatas  un officially commitment, belum resmi ya," ujarnya. (adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya