Tinggal Di Desa, Rezeki Kota dan Bisnis Mendunia, Daftar Ke Aplikasi Ini

BEKASI, Kliknusae.com - Kaum milenial pedesaan kini tak harus berorientasi mencari pekerjaan di perkotaan. Dalam situasi pandemi seperti sekarang, potensi sektor pertanian di daerah menjadi tulang punggung perekonomian yang bisa menjadi peluang usaha.

Lihat saja, banyak perbankan yang memberikan peluang kredit pengembangan pertanian dan UMKM. Sementara hampir seluruh bank mengerem untuk menyalurkan kredit konsumtif kepada pekerja karena dianggap memiliki resiko tinggi dalam ketidakpastian pandemi corona.

Mandiri di kampung bukan hal muskil untuk dilakukan saat ini. Apalagi dengan kehadiran teknologi digital seperti sekarang yang memberikan kemudahan dalam berbagai aspek.

Berangkat dari kondisi ini, TaniHub Group, startup agritech dengan pertumbuhan terbesar di Indonesia, menyatakan kesiapannya untuk mendukung program revolusi pertanian 4.0 (agriculture 4.0) yang dicetuskan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Komitmen tersebut ditunjukkan saat manajemen perusahaan menerima kunjungan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di National Fulfillment Center (NFC) TaniHub Group, Kawasan Industri Jababeka, Jawa Barat, pada Rabu 17 Februari 2021.

Dalam kunjungannya ke fasilitas seluas 12.000 meter persegi tersebut, Ridwan Kamil yang akrab dipanggil Kang Emil melihat banyaknya aspek yang dapat dikerjasamakan dengan TaniHub Group, untuk meningkatkan kesejahteraan petani di provinsi yang dipimpinnya.

Kang Emil ingin memastikan bahwa ekosistem yang dibangun oleh TaniHub Group beserta seluruh infrastruktur pendukungnya dapat diduplikasi di wilayah Jawa Barat.

"Ini (National Fulfillment Center TaniHub Group) sebagai bukti bahwa sistem pertanian sekarang sudah mengikuti era 4.0. Ini kesempatan besar, makanya saya optimis dengan program petani milenial yang baru kita bentuk," ujar Kang Emil.

Direktur Supply Chain TaniHub Group Sariyo menegaskan kesiapan pihaknya untuk menjadi mitra Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui kemampuan dan kapasitas yang dimiliki.

Perusahaan rintisan yang didirikan empat tahun lalu ini memiliki ekosistem terpadu untuk menunjang pertanian dari hulu ke hilir melalui platform e-commerce TaniHub, layanan peer-to-peer lending TaniFund, dan pengelolaan rantai pasok TaniSupply.

"Hingga kini, TaniHub Group telah menyerap berbagai macam komoditas dari Sumatera hingga Papua", tambah Sariyo.

NFC sendiri memiliki kapasitas yang sangat besar dengan cold storage yang mampu menampung berbagai macam produk fresh, termasuk daging dan seafood.

Ditunjang oleh sistem teknologi informasi dan standar penanganan internasional, NFC Cikarang siap melayani inbound dan outbound untuk pulau-pulau lain di luar Jawa dan Bali.

"Provinsi Jawa Barat memiliki sumber daya alam yang kaya dan merupakan sentra produksi sayur-mayur dan hortikultura lainnya, serta ternak dan perikanan yang selalu dicari oleh pasar," jelas Sariyo.

Pada saat yang sama, salah satu pilar bisnis TaniHub Group adalah menciptakan dampak sosial bagi para petani dan masyarakat luas.

"Tentunya, untuk dapat mempercepat perwujudan cita-cita tersebut, kami ingin mengeksplorasi potensi kerja sama untuk mensinkronkan sumber daya yang ada dengan kapasitas yang kami miliki," ujarnya.

Dalam kunjungan tersebut, Kang Emil juga berbincang-bincang dalam rekaman podcast yang membahas program pertanian 4.0 yang dicetuskannya.

Wawancara podcast tersebut merupakan bagian dari program talk show TaniHub Group, yaitu TaniTalks, yang akan menjadi sarana komunikasi, kolaborasi, dan akselerasi dalam pembangunan pertanian Indonesia.

Sebelumnya, melalui akun Instagram-nya, Kang Emil mengumumkan bahwa pihaknya sedang mencari 5.000 petani milenial dengan cara melakukan revolusi pertanian 4.0 yang berbasis teknologi.

Dalam program tersebut, pemerintah akan memfasilitasi lahan pertanian dan permodalan untuk para petani muda yang tertarik bergabung.

Sejak diluncurkan situs https://petanimilenial.jabarprov.go.id/, ribuan petani milenial langsung menyerbut untuk bisa ikut serta dalam program tersebut.

Milenial paling banyak mendaftar berasal dari kawasan Bandung Raya seperti Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, serta Kabupaten Sumedang dan Garut.

Profil para pendaftar sekitar 45 persen berumur 20-24 tahun dan 28 persen berumur 25-29 tahun. Pendaftar didominasi laki-laki sekitar 87 persen sedangkan perempuan 13 persen.

Setelah mendaftar, para calon petani muda ini akan disaring secara administrasi, salah satunya terkait pemenuhan syarat bila diperlukan kredit dari lembaga keuangan.

Kemudian, calon petani akan menjalani skrining teknis di perangkat daerah. Setelah lolos, pemuda ini akan dilatih lebih dalam sebelum terjun ke lapangan. (adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya