Saung Angklung Udjo Diujung Tanduk, Galang Dana Lewat "Kitabisa"

Video ketika para turis asing terkesima permainan Angklung Saung Udjo

BANDUNG, Kliknusae.com -  " Tidak tutup sementara, tapi bisa tutup selamanya," kalimat ini meluncur dari Direktur Utama PT Saung Angklung Udjo, Taufik Hidayat Udjo, saat dihubungi Kliknusae.com, Senin (25/01/2021).

Apa yang disampaikan penerus wisata budaya khas Sunda Angklung yang sarat dengan aspek kearifan lokal itu cukup beralasan.

Pandemi Corona telah "mengubur" aktivitas salah satu icon budaya Indonesia di mata dunia ini. Bukan tak mushkil Angklung yang telah mendapat predikat Warisan Budaya Dunia (The Intangible Heritage) oleh UNESCO benar-benar tinggal kenangan.

Tak ada lagi suara magis Angklung yang memukau banyak orang di dunia. Bocah-bocah yang berlarian mengitari lingkaran.

"Terasa sekali,  pandemi ini membuat kami sangat sulit untuk melakukan suatu kegiatan yang terkait dengan pertunjukan di saung," lanjut Taufik.

Jika biasanya tamu mancanegara maupun dari berbagai daerah di Indonesia datang silih berganti, kondisinya kini tak seperti demikian.

Sebelum adanya pandemi, Saung Angklung Udjo biasa menerima 2.000 tamu/hari. Namun, sampai saat ini, angka kunjungan jeblok.

"Pengunjung yang katakan bisa 2.000 orang per hari, 20 orang per hari saja sudah sulit sekarang," ujarnya.

Taufik menyadari sepinya pengunjung karena kegiatan pertunjukan angklung mengundang massa yang cukup banyak. Sementara berdasarkan aturan, kegiatan dengan mengundang massa yang cukup banyak dilarang.

"Ya kalau enggak ada kegiatan, biaya untuk menggaji karyawan dari mana? Saya memaklumi banget orang ketakutan datang bergerombol kemudian ada regulasi pemerintah. Jadi saya bisa memaklumi kondisi ini di mana kita tidak ada tamu yang berkunjung," ungkapnya.

Pekerja Dirumahkan

Secara keseluruhan, Saung Angklung Udjo memiliki hampir 1.000 karyawan. Sebanyak 600 di antaranya terikat dengan kontrak kerja.

"Sebagian bekerja di rumah, sebagian bekerja di saung, sebagian ada yang saya fasilitasi untuk berdagang ada yang ikut berkebun. Karena memang gajinya tidak seperti biasanya (pemotongan) untuk menutup operasional," kata Taufik.

Menurut Taufik, beberapa di antara pekerja yang dirumahkan saat ini memiliki aktivitas.

"Selepas bikin angklung mereka melakukan aktivitas lainnya. Ada yang berdagang, ada yang berkebun," tuturnya.

Pada Maret lalu, Taufik mengaku masih bisa membayar gaji karyawan. Namun, setelah sembilan bulan berjalan, pemasukan terus menyusut.

"Kalau bulan pertama memang kita tutup seratus persen, waktu itu masih ada tabungan untuk menutupi. Tapi kalau sekarang sudah habis karena sudah mau satu tahun," ujarnya.

Masih berusaha keras untuk bertahan, manajemen berusaha melakukan penggalangan dana melalui yayasan.

Lagi-lagi hasilnya juga belum maksimal. Hanya mampu menghimpun dana sebesar Rp. 1.500.000.

Melihat keprihatinan ini,  platform kitabisa.com berinisiatif membuat Gerakan Solidaritas penggalangan dana yang diperuntukan bagi para pelaku seni tradisional angklung, pengrajin angklung dan kru operasional binaan Saung Angklung Udjo Foundation yang terdampak secara langsung oleh pandemik Covid19.

Sampai Senin (25/01/2021), donasi yang terkumpul melalui kitabisa.com sudah mencapai Rp. 250.000.000,-

Bagi masyarakat yang ingin turut menyelamatkan khasanah budaya nasional ini bisa klik ditautan disini

Ajakan LaNyalla

Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti pun angkat bicara untuk menyelamatkan Saung Angklung Mang Udjo.

LaNyalla optimistis Saung Angklung ini bisa bertahan. Hanya saja, dibutuhkan inovasi dan kreativitas. Selain itu, destinasi ini juga memerlukan bantuan dari pihak-pihak terkait.

"Saya yakin objek wisata Saung Angklung Mang Udjo masih bisa bertahan. Namun memang harus ada inovasi, misalnya dibuka secara virtual dengan mengadakan pertunjukan atau atraksi angklung melalui daring dan berbayar untuk menekan ancaman kebangkrutan," katanya.

Ditambahkan LaNyalla, mau tidak mau Saung Angklung dan destinasi-destinasi wisata lainnya harus mengikuti perkembangan zaman. Apalagi, saat ini dunia sudah memasuki era digital.

"Apalagi sekarang zamannya internet, mungkin hal ini dapat dicoba dengan bekerja sama dengan dinas pariwisata atau juga perusahaan IT untuk membuat program siaran permainan angklung melalui virtual," ungkapnya.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya