Okupansi Hotel di Cirebon Melonjak, Ada Yang Naik 100 Persen

CIREBON, Kliknusae.com - Tingkat keterisian kamar hotel (okupansi) di Kota Cirebon, Jawa Barat mengalami kenaikan signifikan selama libur panjang bersamaan dengan  Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 2020.

Dibandingkan dengan akhir pekan dalam kondisi pandemi Covid-19, okupansi hotel di Kota Cirebon dalam sehari mencapai 50 sampai 60 persen.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) Kota Cirebon, Imam Reza Hakiki mengatakan hari pertama libur panjang cuti bersama dan Maulid Nabi, okupansi hotel di Kota Cirebon di angka 50 sampai 60 persen.

"Okupansi hotel di Kota Cirebon mulai hari Rabu (28/10) sampai Kamis (29/10) rata-rata 50 sampai 60 persen. Bahkan ada yang mencapai 70 persen," ujar Imam Reza-yang akrab disapa Kiki ini, kemarin.

Kiki yang juga pemilik Hotel Tryas Cirebon mengaku, hotel yang dimilikinya sudah mencapai okupansi diangka 70 sampai 80 persen dalam satu hari.

"Kalau di hotel saya sendiri yang sudah ada gambaran sekitar 80 persen okupansinya," ungkap Kiki.

Kiki memprediksi, untuk okupansi pada hari Kamis dan Jumat ini mencapai 80 sampai 90 persen.

"Mudah-mudahan prediksinya bisa diangka 80 sampai 90 persen pada hari Kamis sampai Jumat. Perkiraan okupansi di angka tersebut sampai di hari Sabtu besok," katanya.

"Reservasi di hari Sabtu sampai Minggu belum begitu tinggi. Ada yang reservasi, tapi belum tinggi banget," tambahnya.

Selama Pandemi covid-19, kata Kiki, tamu yang menginap tidak pernah seramai libur panjang cuti bersama dan Maulid Nabi . Karena, menurut Kiki, okupansi di hari-hari weekend rata-rata diangka 40 sampai 50 persen.

"Artinya, angka okupansi mencapai 80 persen ini tertinggi di masa Pandemi Covid-19. Jadi, okupansi 80 persen itu bukan akumulatif dari tanggal 1 sampai hari ini. Tapi, 80 persen ini hanya di satu hari pada tanggal 27 - 28 Oktober saja," jelasnya.

Hotel Destinasi

Kenaikan okupansi hotel selama libur panjang tidak hanya terjadi di Cirebon saja, tetapi di beberapa daerah yang memiliki banyak destinasi juga mengalami kenaikan serupa.

Seperti diantaranya, Bogor, Bandung dan Yogyakarta. Sejak Rabu (28/10/2020) arus wisatawan ke beberapa daerah itu mulai ramai.

Menurut Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Budijanto Ardijansjah pemesanan kamar hotel di daerah-daerah tersebut yang sebagian besar dilakukan via platform daring melonjak tinggi.

"Iya, untuk tngkat hunian hotel cukup bagus. Terutama di tempat wisata seperti Bandung, kawasan Puncak Bogor, Yogyakarta, dan Pangandaran. Rata-rata sudah fully booked dengan tingkat penghunian hotel 90-100 persen," kata Budijanto

Gelombang wisatawan domestik pada periode libur panjang sejak 28 Oktober - 1 November 2020 dikatakan mampu mendongkrak tingkat hunian hotel di daerah-daerah tersebut hingga 100 persen dibandingkan dengan masa hari kerja atau weekdays.

Bahkan, lanjut Budijanto, lebih tinggi dibandingkan dengan lonjakan yang juga sudah mulai terjadi pada akhir pekan biasa, yang menurut estimasi Asita, memiliki rata-rata okupansi hotel 50-60 persen untuk daerah-daerah wisata di Pulau Jawa yang dapat diakses melalui jalur darat.

Lonjakan angka okupansi yang terjadi di sejumlah wilayah pada liburan panjang ini diakui oleh pelaku usaha sebagai hal yang cukup menggembirakan.

Sebab data BPS, sebelumnya menunjukan tingkat penghunian kamar hotel berbintang dari Januari-Agustus 2020 turun 16,24 persen akibat terdampak pandemi Covid-19.

Namun, dia menilai masih terdapat sejumlah hal yang harus dilakukan oleh pemerintah. Terutama, untuk memperluas penyebaran wisatawan agar lebih merata, yang mana saat ini didominasi oleh pelancong asal DKI Jakarta.

Selain menurunkan harga tiket pesawat, jelasnya, pemerintah juga harus menambah jumlah bandara yang membebaskan wisatawan dari pajak bandara.

Saat ini, kata Budijanto, jumlah bandara yang tidak mengenakan airport tax hanya 13 bandara.

"Target market utamanya kan masih masyarakat Jakarta. Ke depannya harus diperluas target marketnya," sambungnya.

Perlu juga diketahui, untuk pengawasan pelaksanaan protokol kesehatan pemerintah saat ini menjalankan pengecekan secara acak terhadap wisatawan di destinasi wisata.

"Sudah ada random checking untuk wisatawan di destinasi wisata sebagai bentuk pengawasan dari pemerintah. Kita harapkan ini bisa menimbulkan trust dan orang makin berani berwisata lagi," tegasnya.

Rapid test memang dilakukan di beberapa pusat keramaian wisata untuk mengantisipsi terjadi lonjakan kasus Covid-19 seiring banyak masyarakat bepergian untuk mengisi waktu libur. (adh)

Share this Post:

Berita Terkait