Ada 29.000 Warga China Didatangkan Jadi Pekerja Tambang di Belitung

TERIK matahari siang itu tak menyurutkan langkah beberapa pria muda menaiki tanjakan jalan berbatu kerikil.

Langkah tegap mereka seakan memberikan spirit tersendiri untuk kembali menelusuri legenda tambang timah terbesar di Asia Tenggara ini.

Siang itu, di pertengahan September 2020 tim Klik nusae berkesempatan mengunjungi Open Pit Nam Salu yang terletak di Desa Senyubuk, Kecamatan Kelapa Kampit, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung (Babel).

Ditemani para staf pengelola eks tambang timah terbesar di Asia Tenggara tersebut, perjalanan pun berakhir di danau yang memiliki air berwarna hijau dengan pemandangan sekeliling yang menakjubkan.

Inilah destinasi wisata minat khusus yang akan mengantarkan kita pada cerita masa lalu, saat kawasan ini menjadi kejayaan Tambang Timah yang dikelolah oleh PT BHPI pada tahun 1975.

Bahkan jauh sebelum itu, pada tahun 1900- an ada  4000 warga dari Tiongkok China didatangkan ke Belitung untuk bekerja sebagai penambang timah.

"Hingga tahun 1930-an jumlah pekerja China mencapai 29.000 orang. Mereka dulu dikenal dengan pekerja Tiongkok yang berambut kuncir seperti Shaolin,"  kata Tino Christian, Pembina Geosite Nam Salu saat menyambut kedatangan tim.

Kini Open Pit Nam Salu, menjadi satu diantara tempat wisata menarik yang ada di Bumi Laskar Pelangi.

Untuk mencapai Open Pit Nam Salu, kita harus menempuh jarak 36 kilometer dari pusat Kabupaten Belitung Timur, Manggar. Atau, jika beranjak dari  Bandara H.A.S Hananjoedin sekitar 40 kilometer.

"Mengakses situs tambang itu kan tidak mudah. Makanya banyak wisatawan asing yang sangat tertarik datang ke sini. Mereka cukup mengagumi kawasan Open Pit Nam Salu ini," kata, Tino Christian, pembina Geosite Nam Salu saat menjelaskan keberadaan objek wisata geologi ini.

Ada sekitar 337 hektar luas lahan Open Pit Nam Salu yang sekarang ini dikelola untuk menjdi destinasi geosite.

"Kami masih akan terus mengembangkan, untuk menunjang geo wisata ini menjadi lebih baik dan semakin menarik untuk dikunjungi," ujar Tino.

Disini, wisatawan bisa mengakses situs tambang, melihat dua teknik penambangan sekaligus. Dimana ada pertambangan terbuka dan pertambangan di bawah tanah.

"Dari pengelolaan tambang tadi, kita bisa melihat singkapan geologinya itu. Ternyata bebatuan yang ada di Pulau Belitung ini sudah sangat tua. Ada 350 juta tahun atau lebih tua dari pulau Jawa," ungkap Tino yang sudah melalangbuana di beberapa pertambangan besar dunia ini.

Terakhir Tino sempat berada di pertambangan Emas Freeport, Papua. Namun kemudian ia memutuskan kembali ke Belintung untuk mengembangkan wisata khusus Open Pit.

Begitu menginjakan kaki di kawasan Open Pit Nam Salu ini kita akan mendapati kontainer park berbagai fasilitas seperti musola, pusat informasi, dan juga toilet.

Para pengujung juga dianjurkan pengelola mengunakan safety minimun, seperti helm dan fest. Dari pusat informasi juga ada pemandu geosite yang saat ini ada sebanyak enam orang.

Menariknya di geosite Open Pit Nam Salu, pengunjung mandiri tanpa pemandu bisa membuka QR Code untuk mendapatkan informasi keunikan geologi atau batuan terdapat disitu.

Dari kontainer Park menuju kawasan Eks Tambang terbuka tersebut, wisatawan bisa berjalan dengan jarak sekitar 600 meter.

Lalu, apa saja yang ada  di kawasan perbukitan selain danau berwarna itu? Ikuti Majalah Klik nusae Edisi November 2020. (adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya