Sektor Pariwisata Bergerak Lamban Jika Tes PCR Masih Mahal

JAKARTA, Kliknusae.com - Pertumbuhan sektor pariwisata sangat bergantung pada pergerakan manusia. Selama ini, jumlah pengunjung akan menentukan seberapa cepat destinasi bisa pulih ditengah pandemi.

Persoalannya, pengadaan tes polymerase chain reaction atau PCR untuk menentukan seseorang itu positif corona atau tidak masih dinilai cukup mahal. Bahkan, lebih ironis lagi PCR ini menjadi komoditas perdagangan dengan harga yang melambung.

Oleh sebab itu, Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad meminta pemerintah dalam hal ini Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional turun tangan menindaklanjuti temuan mahalnya harga PCR di sejumlah rumah sakit.

"Tes merupakan hal yang sangat urgen bagi masyarakat dan kalau harganya masih terlalu mahal, menurut Ketua BNPB, seharusnya Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional bisa segera merespon hal tersebut," kata Dasco kepada wartawan di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, kemarin.

Legislator Fraksi Gerindra itu menyarankan, sebaiknya ada patokan harga yang ditentukan. Harga yang dipatok itu, sebut dia, tidak boleh membebani masyarakat.

"Sehingga kemahalan-kemahalan PCR atau perbedaan harga-harga PCR itu bisa disamakan, atau minimal ada patokan harga, karena region yang dipakai mungkin berbeda sehingga masyarakat yang akan melakukan tes PCR juga tidak terbebani secara berlebihan,"ujarnya.

Sebelumnya, Satgas Penanganan COVID-19 mengungkap ada rumah sakit yang mematok harga tes PCR atau tes swab hingga Rp 2,5 juta. Padahal harga sekali pemeriksaan spesimen tidak lebih dari Rp 500 ribu.

"Demikian juga harga, ada rumah sakit yang mematok harga tes PCR swab sampai di atas Rp 2,5 juta. Padahal harga rutin atau harga yang bisa kita lihat sebenarnya tidak akan lebih dari Rp 500 ribu per unit atau per sekali pemeriksaan spesimen," kata Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo dalam rapat di Komisi VIII DPR, Kamis (3/9/2020), lalu. (*/adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya