Okupansi Hotel Di Kepri Masih Anjlok, Meski Pariwisata Sudah Dibuka
Kliknusae.com, Riau - Kendati kehidupan pariwisata di Kepulauan Riau mulai bergerak dengan dibukanya kembali kawasan objek wisata, namun kondisi tersebut belum mampu mendongkrak tingkat hunian kamar (okupansi) hotel.
Banyak hotel di Tanjung Pinang, Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau yang masih "menderita" karena sepinya pengunjung. Tidak sedikit yang memilih untuk menutup sementara, karena tingginya biaya operasional yang harus ditanggung.
"Belum banyak yang bisa kami perbuat. Hotel masih sepi, belum ada tamu yang datang," kata salah seorang owner hotel di Kepulauan Riau ketika dihubungi Kliknusae.com, Selasa (01/09/2020).
Hal senada juga dikemukakan Susiadi Soepardi, General Manager (GM) Aston Tanjung Pinang Hotel and Conference Center bahwa sejak bulan Maret hingga saat ini okupansi hotel menurun dratis.
Jika sebelum pandemi rata-rata okupansi mencapai diatas 60 persen, sekarang tidak lebih dari 30 persen.
"Kami yang posisinya berada di perbatasan selama ini sangat mengandalkan Cross Border Tourism atau wisata perbatasan. Sedangkan sampai sekarang, Malaysia dan Singapura belum ada sinyal yang jelas, kapan mereka akan menginzinkan kembali warganya bepergian atau beriwisata kesini," kata Susiadi.
Dijelaskan, geliat pariwisata lokal belum mampu mengerek pengunjung untuk menginap atau melakukan kegiatan di hotel."Kami saja, sebagai satu-satunya hotel terbesar disini, masih susah untuk naik di 30 persen, bisa dibayangkan teman-teman kita lainnya," ungkap Susiadi.
Aston Tanjungpinang sendiri berada di lokasi yang cukup stratagis yakni hanya 5 km dari Bandara Internasional Raja Haji Fisabilillah. Atau jika ditempuh dengan perjalanan darat hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 7 menit saja.
Untuk menyiasati sepinya pengunjung, Susiadi terpaksa melakukan berbagai upaya efesiensi. Seperti membatasi penggunaan listrik yang tidak diperlukan. Memberlakukan jam kerja karyawan yang hanya 15 hari dalam sebulan.
"Kami juga terpaksa mengurangi karyawan magang atau training. Sekarang ini yang masih aktif hanya 55 orang dari, 80 karyawan sebelum pandemi," jelas Susiadi.
Susiadi berharap, pemerintah bisa turut menggerakan kembali MICE agar industri perhotelan bisa bangkit kembali.
"Harapan kami, pemerintah sudah bisa melakukan kegiatan di hotel. Memang untuk perhatian dari pemerintah sudah cukup baik, misalnya adanya bantuan untuk karyawan diluar dari pemerintah pusat. Ini cukup membantu bagi karyawan," jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Riau, Buralimar mengatakan, hampir semua tempat wisata di Kepulauan Riau sudah dibuka kembali untuk umum.
Ia pun mengambil contoh kawasan wisata Lagoi dan pantai-pantai sudah buka kembali.
"Lagoi sudah buka baik untuk lokal maupun dalam negeri. Nongsa juga sudah dibuka. Hampir semua dibuka," kata Buralimar, Sabtu (29/8/2020) lalu.
Ketika pariwisata dibuka kembali, diakuinya antusias wisatawan cukup tinggi. Hal ini, kata dia, terlihat dari penuhnya pantai-pantai oleh wisatawan lokal maupun nusantara.
Ia mengatakan, wisatawan banyak memilik berwisata ke pantai karena ingin merasakan suasana baru setelah terkurung lebih dari 4 bulan di rumah.
"Awal masa new normal, pantai-pantai itu penuh semua. Dan mereka kan sudah stay at home-nya terlalu lama kurang lebih empat bulan. Jadi antusias untuk keluar itu sangat tinggi," terangnya.
Tak hanya pengunjung dewasa, ia mengungkapkan, kategori usia wisatawan juga didominasi oleh anak-anak.
Menurutnya, anak-anak sekolah setelah belajar dari rumah setiap hari Senin sampai Jumat, akan berwisata di akhir pekan bersama keluarganya.
"Mereka sering keluar Sabtu-Minggu bersama keluarga misalnya ke pantai dan outbound tempat wisata," jelasnya.
Selama era adaptasi kebiasaan baru (AKB) dimulai, kata dia, Kepulauan Riau tidak menerapkan adanya pembatasan kapasitas kunjungan.
Dikemukakan Buralimar, hal tersebut sudah cukup dengan adanya protokol kesehatan yang ketat dari wisatawan maupun pengelola seperti menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Semua tempat wisata juga telah menerapkan protokol kesehatan standar new normal seperti menyediakan tempat cuci tangan di pintu masuk wisata. (adh)