IHGMA Jabar Sebut Tamu Hotel ke Bandung Mengalir Seperti Biasa

BANDUNG, Kliknusae.com - Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) DPD Jawa Barat Iwan Rismawardani mengemukakan bahwa tamu hotel dari Jakarta mengalir seperti biasa sebelum PSBB DKI Jakarta diterapkan kembali.

"Namun beberapa hari belakangan ada penurunan, karena tamu mungkin sedang melihat kondisi terakhir atau update informasi terkait kebijakan-kebijakan pemerintah daerah yang dikeluarkan. Kalau penolakan tamu, ya tidak ada," kata Iwan saat dihubungi Kliknusae.com, Selasa (22/09/2020).

Menurut Iwan, upaya pemerintah dalam menangani Covid-19 harus mendapat dukungan dari berbagai pihak karena kaitannya dengan kesehatan masyarakat.

"Memang kadang kalah kita berada pada situasi yang sulit. Di satu sisi pemerintah terus ingin menekan kasus Covid-19 supaya tidak terus naik. Tapi di pihak lain, industri juga terkena imbas pertumbuhan ekonomi karena adanya pembatasan pergerakan manusia," lanjut Iwan.

Diakui Iwan, okupansi hotel dalam beberapa pekan lalu sudah menunjukan grafik yang membaik yakni berada di 60 %, namun tiba-tiba anjlok hingga di 20 %  akibat imbas dari penerapan pembasan sosial berskala besar (PSBB) total DKI Jakarta.

Iwan menegaskan di Jawa Barat tidak ada klaster hotel karena semua hotel sudah menerapkan protokol kesehatan sangat ketat.

Dimulai dari para karyawan dan lingkungan sekitar hingga kepada tamu yang menginap telah melalui proses penyaringan yang ketat.

"Yang terjadi di hotel-hotel Kota Bandung adalah upaya mengantisipasi terjadinya penularan Covid-19. Indiktor awal yang diantisipasi untuk mendeteksi tamu itu sehat adalah dengan pengecekan suhu badan. Jika  diketahui memiliki temperature di atas 37,5 derajat celcius, kami persilahkan ke rumah sakit atau klinik kesehatan terdekat guna pemeriksana lebih lanjut," papar Iwan.

Terkait kabar warga ber-KTP DKI Jakarta ditolak masuk ke hotel Bandung, lanjut Iwan, sama sekali tidak benar. Isu itu dirasakan sangat berdampak kepada bisnis hotel di Kota Bandung.

"Ada dampaknya. Okupansi jadi menurun tajam. Padahal, kami sendiri disini selama ini aman-aman saja. Semua tamu yang datang, dari berbagai daerah mana pun kita layani dengan baik," tandasnya.

Harus Tegas

Sementara itu, selain perhotelan pemberlakuan PSBB DKI juga sangat berimbas kepada pemilik restoran karena turun pengunjung.

"Omset kami sebelum PSBB DKI Jakarta diterapkan kembali cukup baik, di kisaran 60-80 persen. Sekarang tinggal 30-40 persen, penurunannya hampir separuh," kata Ketua Asosiasi Kafe dan Restoran (AKAR) Jawa Barat, Arif Maulana.

Dikatakan Arif, selama ini anggota Akar sudah menerapkan protokol kesehatan sangat ketat sesuai anjuran pemerintah.

"Sama dengan industri lainnya, kami juga menerapkan protokol kesehatan sesuai aturan yang ada. Mulai dari cara penyajian, jaga jarak, cek suhu badan, menggunakan masker, penyediaan hand sanitizer dan yang lainnya," tambahnya.

Namun demikian, lanjut Arif, pihaknya meminta agar pengetatan juga diberlakukan kepada usaha serupa diluar diluar AKAR  seperti pedagang kaki lima (PKL) atau street food.

"Bukan kami iri ya, tapi lebih kepada agar ada keadilan. Pemerintah hendaknya berlaku tegas kepada mereka yang berjualan di pinggir jalan untuk monitoring penerapan protokol kesehatan. Kami setiap saat di datangi Satpol PP, walau hanya sekedar mengingatkan. Termasuk jam operasional, tapi PKL atau street food, seperti dibiarkan bebas begitu," tambahnya.

Padahal dari sisi penerapan sanitasi, PKL masih sangat rendah. Misalnya, hanya sebagian kecil yang memiliki tempat cuci piring dan lainnya. Belum juga kesadaran mengenakan masker.

"Kita bisa lihat sendiri di lapangan. Oleh sebab itu, untuk menegakan kedisiplinan harus sama," tandasnya.

"Dalam penegakan kedisiplinan, kerjasama seluruh pihak dalam penerapan protokol kesehatan harus saling bergandengan tangan. Semoga, wacana corona ini segera berakhir dan normal sediakala," tutup Arif. (adh)

 

Share this Post:

Berita Terkait