Cara Baru Menikmati Wisata dari Rumah di Tengah Pandemi Covid-19
Kliknusae.com - Pandemi Covid-19 yang merebak di Tanah Air menyebabkan pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Inti dari kebijakan itu adalah meminta kepada warga untuk berada di rumah dan beraktivitas dari rumah.
Berdiam di rumah selama berhari-hari untuk mencegah penyebaran virus corona telah memunculkan kebosanan bagi pasangan suami istri Ferry dan Selvy.
Penggemar wisata petualangan itu tak bisa menyalurkan hasrat bertualang mereka di alam bebas. Pasalnya, akses masuk dan keluar dari Jakarta keluar kota masih ditutup, sebagai dampak dari pemberlakuan PSBB.
Tak kehilangan akal, keduanya pun sibuk mencari cara untuk tetap bisa berwisata meski hanya dilakukan dari tempat tinggal mereka. Salah satunya adalah melalui virtual tour atau berwisata virtual dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.
Kegiatan wisata virtual sedang menjadi tren di kalangan penikmat wisata petualangan di saat pandemi corona seperti sekarang ini. Tak perlu harus repot memesan tiket transportasi dan akomodasi penginapan, para penikmat wisata petualangan cukup bermodalkan komputer atau laptop yang terhubung dengan internet serta mengunduh aplikasi Zoom.
Tur virtual ini ada yang gratis alias tak berbayar, ada pula yang berbayar. Destinasi pilihan di dalam atau luar negeri. Biayanya pun sangat terjangkau, tak lebih dari Rp25.000 per orang, maka kita sudah dapat merasakan sensasi unik berwisata ke obyek-obyek tertentu yang ditetapkan operator pariwisata, meski hanya melihat dari visual saja di layar komputer atau laptop.
Manfaatkan Teknologi Digital
Pasangan Fery-Selvy telah mendaftar untuk menikmati tur virtual ke Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur menggunakan jasa salah satu operator pariwisata yang membuka layanan tur virtual di laman mereka. Keduanya sepakat membayar wisata seharga Rp50.000 ke rekening yang ditunjuk operator wisata virtual dan kemudian bergantian mengisi data yang diminta di situs operator wisata virtual itu.
Tak lupa pasangan ini mengunggah bukti transfer dana di laman situs agar mendapatkan konfirmasi kepesertaan tur virtual. Beberapa saat kemudian keduanya menerima email konfirmasi tur yang telah dijadwalkan pada 8 Mei 2020 pukul 15.30 hingga 17.30 WIB.
Artinya pada waktu yang ditentukan itu, para peserta tur wajib standby di akun Zoom masing-masing untuk kemudian diajak berselancar bersama-sama mengunjungi seluruh obyek wisata yang ditawarkan di paket tur virtual ke Pulau Sumba. Paket ini diminati juga oleh 110 orang yang juga ingin merasakan sensasi tur virtual Pulau Sumba pada waktu yang sama.
Jika tur ini dijalani di kehidupan nyata, maka diperlukan waktu 3 hari 2 malam untuk menjelajahinya mengingat begitu banyaknya wisata alam dan budaya serta desa adat yang bakal dikunjungi. Ada wisata menjelajah kawasan perbukitan Warinding di Kota Waingapu dengan hamparan rumput hijau dan coklat serta tak sulit didaki karena ketinggiannya tak lebih dari 80 meter di atas permukaan laut.
Belum lagi air terjun Wai Marang, laguna Weekuri yang berair biru jernih dan berkadar garam tinggi sehingga kita tidak akan tenggelam saat berenang. Ada pula Taman Nasional Laiwangi Wanggameti dan Desa Adat Ratenggaro yang pernah dikunjungi legenda sepak bola Inggris David Beckham bersama keluarganya pada Agustus 2018.
Untuk membuat tur virtual, setiap operator wajib menguasai teknologi informasi. Karena hampir 90 persen aktivitas tur ini memanfaatkan teknologi digital agar peserta merasa sedang benar-benar berada di lokasi tujuan wisata. Mulai dari pemanfaatan aplikasi kamera 360 derajat untuk menghasilkan gambar statis dari suatu obyek yang mampu digerakkan ke segala arah.
Hal ini akan membuat kita seolah-olah seperti sedang berada di lokasi tersebut. Ditambah pula dengan dokumentasi video dari lokasi yang dituju agar nuansa berwisata makin terasa. Selain itu para operator juga memanfaatkan aplikasi peta digital Google Maps dan Google Street View supaya makin menghidupkan suasana tur. Agar mirip dengan sebuah perjalanan wisata, setiap operator tak lupa melengkapinya dengan pemandu wisata (tour guide) profesional yang akan menjelaskan segala hal terkait lokasi wisata yang dituju.
Dalam perjalanan wisata virtual menjelajah Pulau Sumba, misalnya, operator wisata telah menunjuk Marthen Bira, Kepala Desa Tebara sebagai pemandu wisata virtual. Ia seperti lazimnya pemandu wisata, akan bercerita mengenai lokasi wisata yang dituju oleh grup wisata yang dipandu. Tentu saja semua dilakukan secara virtual dengan bantuan video dan foto dari lokasi wisata dimaksud.
Peluang Baru
Hadirnya wisata virtual dengan memanfaatkan kemajuan teknologi digital pada masa pandemi corona merupakan sebuah peluang baru bagi para pegiat dan operator wisata. Terlebih lagi dengan dibatasinya ruang gerak masyarakat untuk mencegah penyebaran virus corona, maka berwisata sambil tetap berada di rumah menghadirkan sebuah pengalaman baru.
"Dengan kita tidak bisa ke mana-mana bukan berarti kita tidak bisa menjadikan pariwisata sebagai gaya hidup kita. Keterbatasan ini tidak bisa membuat kita diam. Kegiatan wisata virtual membuka peluang baru di era new normal," kata Kepala Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Agustini Rahayu.
Menurut Agustini, melalui media teknologi digital telah membawa masyarakat kepada rutinitas dan cara hidup yang baru dengan hadirnya wisata virtual. Kendati demikian, diakui Agustini wisata virtual tidak dapat menggantikan pengalaman ketika berwisata langsung ke lokasi sesungguhnya.
Kemenparekraf sendiri belum lama ini telah mengadakan wisata virtual mengunjungi delapan kedai kopi bersejarah dan unik di Jakarta bersama komunitas wisata Jakarta Good Guide (JGG).
Wisata virtual berdurasi dua jam ini dipandu oleh spesialis kopi Cindy Tan mengunjungi Kedai Kopi Es Tak Kie, Bakoel Koffe, Toko Kopi Warung Tinggi, Toko Kopi Sedap Jaya Jatinegara, Toko Kopi Luwak Gondangdia, Phoenam, Kwang Koan Kopi Johny, dan Kopi Djie Coffee. Pendiri JGG Candha Adwitiyo mengatakan wisata virtual bertema kopi bersama Kemenparekraf dilakukan untuk mengenalkan riwayat kopi dan toko penjualannya di tanah Betawi dengan beragam cerita dan sejarahnya.
Platform wisata digital Atourin pun melihat peluang tur wisata maya ini dengan membuka kegiatan pelatihan pramuwisata khusus untuk wisata virtual. Terlebih ketika industri pariwisata makin lesu dihantam pandemi corona akibat terbatasnya ruang gerak turis untuk mengunjungi sebuah obyek wisata.
"Banyak pramuwisata kehilangan pekerjaan mereka sebagai pemandu wisata karena tak ada lagi turis yang melancong," kata pendiri Atourin, Benarivo Triadi Putra. Sebanyak 46 pramuwisata bersertifikat telah mengikuti pelatihan memandu wisata virtual tahap pertama akhir April lalu dan 50 peserta lain pada tahap kedua, 9 Mei 2020.
Atourin merupakan satu dari beberapa operator wisata yang menggelar tur virtual mengunjungi obyek wisata nusantara, termasuk tur virtual ke Pulau Sumba dan Natuna. Ada pula operator wisata Kawisata yang telah sukses menggelar tur virtual ke Lawang Sewu di Kota Semarang dan mengelilingi Kota Yogyakarta serta kawasan ikonis Malioboro.
Menurut Direktur Utama Kawisata Totok Suryono, lebih dari 100 peserta mengikuti tur virtual keliling Kota Gudeg hanya dengan membayar Rp25.000 per peserta. Biaya itu termasuk mendapatkan sekotak bakpia, camilan khas Yogyakarta.
Model tur virtual ini juga diaplikasi oleh sejumlah pengelola tempat wisata yang dikelola pemerintah, salah satunya Museum Nasional. Sejak memutuskan untuk menutup layanan kunjungan pada 17 Maret 2020, pengelola Museum Nasional langsung mengubah cara layanan menjadi kunjungan online alias tur virtual memanfaatkan fasilitas Zoom.
Diluncurkan sejak awal Mei 2020, tur virtual ini dikemas dengan nama "Virtual Museum". Jadwalnya pun dibuat dua kali dalam sepekan, yaitu Selasa dan Rabu setiap pukul 13.00 hingga 14.00 WIB.
Sebanyak tujuh foto berteknik 360 derajat dihadirkan sebagai material tur virtual di laman situs museum, www.museumnasional.indonesiaheritage.org. Ketujuh foto berteknik 360 derajat itu mencantumkan setiap sisi dari bangunan museum yang berdiri pada 1862 ini seperti Ruang Luar, Ruang Selasar, Gedung Gajah, Lantai Satu, Lantai Dua, Lantai Tiga dan Lantai Empat.
Ketika memasuki laman situs, kita akan langsung disambut oleh foto bergerak otomatis 360 derajat menampilkan halaman luar dari Museum Gajah. Terdapat pula petunjuk navigasi digital di salah satu sudut foto, berfungsi untuk memperbesar atau menggeser foto ke sudut lain yang menampilkan 160.000 benda-benda bersejarah koleksi museum.
Pengelola juga menyiapkan kelas tur virtual khusus bagi siswa sekolah dengan terlebih dulu mendaftar pada kanal yang telah disediakan di laman situs Museum Nasional. Semuanya tidak dipungut biaya. Seperti halnya tur sesungguhnya, para siswa nantinya akan didampingi oleh pemandu wisata dari Museum Nasional dan diajak berkeliling museum, tentunya secara virtual. (han)