Ini Misi Haryadi Sukamdani Setelah Terpilih Menjadi Ketua Umum PHRI

Kliknusae.com - Terpilih secara aklamasi dalam sidang Pleno IV Musyawarah Nasional XVII Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (Munas VXII PHRI) di Kabupaten Karawang, Seni malam (10/2/2020), Haryadi Sukamdani memiliki prioritas.

Skala utama yang akan diperjuangkan adalah dihidupnya kembali Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI). Hal ini penting karena menjadi "nyawa" bagi petumbuhan ekonomi Indonesia ditengah krisis  yang terjadi sekarang.

Kasus  virus corona diperkirakan akan memperburuk tingkat kunjungan wisatawan mancanegara. Ujungnya, akan berpengaruh pula terhadap tingkat hunian hotel. Maka, dipandang perlu adanya usaha promosi dan branding untuk mengatasi kelesuan pasar, khususnya di sektor pariwisata.

Hariyadi dipercaya kembali untuk memimpin organisasi oleh DPD PHRI se-Indonesia  untuk periode 2020-2025.

Penunjukan Haryadi dalam sidang pleno yang dipimpin Herman Muchtar (Ketua DPD PHRI Jawa Barat) berjalan cukup cepat. Tidak lebih dari 10 menit, legenda PHRI itu mengetuk palu setelah semua peserta sidang menyatakan sepakat mengangkat kembali Haryadi Sukamdani.

Dalam paparan visi dan misinya, Hariyadi yang juga memimpin Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan bakal terus memperjuangkan dibentuknya BPPI guna memaksimalkan kunjungan wisatawan mancanegara.

"Kami akan berupaya BPPI ini segera ditindaklanjuti pemerintah pembentukannya," kata Hariyadi.

Dia mengatakan sejak 2017 hingga 2019, pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara terus mengalami pelambatan.

Pada 2017, kunjungan wisman tumbuh 21,8 persen secara tahunan. Namun pada 2018 jumlah kunjungan wisman tumbuh melambat dengan mencapai 12,6 persen secara tahunan.

Terakhir pada 2019 pertumbuhan kunjungan wisman melambat menjadi 2,4%.

Kehadiran BPPI sendiri diharapkan dapat lebih menciptakan promosi pariwisata Tanah Air yang terkoordinasi.

Promosi wisata sejauh ini disebutnya belum optimal dari sisi perencanaan dan pengelolaan. Oleh sebab itu dipandang perlu adanya keseriusan pemerintah untuk menggandeng semua stakeholder dalam mengangkat pariwisata tanah air.

Apalagi dengan munculnya wabah virus corona dunia pariwisata dalam negeri juga terkena dampaknya.

Hariyadi menyebutkan lebih dari 40.000 pemesanan hotel di Bali dibatalkan sejak wabah tersebut meledak.

"Virus corona mulai berdampak pada pariwisata kita. Sekitar 40.000 pemesanan hotel dan 78.000 pax perjalanan dibatalkan di Bali. Sekitar 20.000 potensi wisatawan dari China membatalkan kunjungan," ujarnya.

Potensi kerugian akibat batalnya kedatangan ini disebut Hariyadi mencapai US$200 juta atau sekitar Rp2,7 triliun. Asumsi ini dihitung berdasarkan rata-rata pengeluaran harian wisatawan asal China di Bali.

"Dalam waktu 60 hari saja, potensi kerugian bisa mencapai Rp2,7 triliun. Dalam sehari setidaknya terdapat 3.000 kedatangan wisatawan asal China dengan pengeluaran rata-rata US$1.100," jelas Hariyadi.

Dia pun menyarankan pelaku usaha di industri ini dapat mengantisipasi dampak lebih lanjut virus corona. Hariyadi pun mengharapkan wabah virus tersebut dapat ditanggulangi seiring datangnya musim panas.

Virus 2019-nCoV virus yang menjadi dalang wabah ini tercatat telah menjangkiti lebih dari 40.100 orang dengan angka kematian mencapai 900 orang.

Angka kematian ini lebih besar dibandingkan wabah SARS yang menyerang Asia pada 2002-2003 silam.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait