Begini Gambaran Kehadiran 5G Di Asia Tenggara,Bagaimana Indonesia?

Kliknusae.com - Teknologi digital bergerak cepat. Belum lama kita menikmati kecepatan internet dengan teknologi 4G, kini teknologi baru generasi kelima segera hadir. "Makhluk halus" itu namanya 5G yang kini  mulai populer menjadi perbincangan warganet.

Singkatnya 5G merupakan generasi kelima teknologi komunikasi nirkabel setelah teknologi pendahulunya yaitu 1G, 2G, 3G dan terakhir 4G. Sejauh ini teknologi 4G merupakan yang paling banyak diimplementasikan di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia.

Diinisiasi tahun 2008, teknologi 4G memiliki kecepatan internet mencapai 15 MB/detik. Berbeda dengan 4G, keberadaan 5G menawarkan teknologi yang lebih canggih serta pengalaman berselancar di internet dengan kecepatan yang sangat fantastis hingga 1-10 GB/detik. Dahsyat bukan?

Artinya, kalau dengan teknologi 4G waktu yang dibutuhkan untuk mengunduh video atau film dengan ukuran 1 GB membutuhkan waktu hingga satu jam maka dengan 5G hanya butuh waktu satu detik atau sekedipan mata saja.

Kecepatan inilah yang didambakan oleh semuawarganet tentunya yang punya mobilitas tinggi dan susah lepas dari gadget-nya.

Selain faktor kecepatan, keunggulan 5G lainnya seperti biaya dan energi yang efisien, memiliki kapasitas yang tinggi hingga 1000x hari ini.

Berkaca dari pengalaman, Indonesia selalu telat dalam mengimplementasikan teknologi telekomunikasi yang sudah ada. Namun bukan berarti Indonesia tidak akan mengadopsi teknologi 5G ini.

Sebuah kajian dari lembaga konsultan manajemen global A.T Kearney menyebutkan pasar 5G di Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara mengingat total populasi Indonesia menyumbang lebih dari 30% dari total populasi ASEAN serta penetrasi internet yang tinggi.

Penetrasi 5G tertinggi di kawasan Asia Tenggara akan dipimpin oleh Singapura disusul Vietnam, Filipina, Malaysia dan Thailand.

Pertumbuhan awal akan ditopang oleh pelanggan kelas atas yang menggunakan perangkat terbilang 'canggih'.

A.T Kearney memprediksi pelanggan teknologi 5G kawasan ASEAN akan mencapai 227 juta pengguna. Indonesia diramalkan menyumbang hingga 50% dari total pelanggan di ASEAN.

Ini berarti pengguna teknologi 5G di Indonesia mencapai 100 juta orang pada 2025.

Seperti dilansir CNBC Indonesia adanya fenomena tersebut membuat pelaku usaha terutama operator telekomunikasi akan mendapat tambahan pendapatan hingga 9-12% lebih tinggi dari pendapatan sebelumnya.

Jika tidak ada kendala dalam implementasi teknologi 5G, maka operator akan mendapatkan tambahan pendapatan hingga US$ 4,5 miliar hingga US$ 6 miliar atau setara dengan Rp 63 triliun - Rp 84 triliun per tahun, dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$.

Menurut kajian A.T Kearney, Indonesia memiliki potensi pendapatan yang paling besar dibanding negara kawasan Asia Tenggara lainnya.

Nilai tambah yang mungkin dibukukan mencapai US$ 1,4 miliar - US$ 1,83 miliar atau setara dengan lebih dari Rp 20 triliun.

Kesiapan Indonesia

Keberadaan teknologi 5G tak hanya memberi manfaat bagi pelanggan berupa pengalaman mengakses internet dengan sangat cepat.

Lebih dari itu, 5G juga mendorong percepatan implementasi revolusi industri 4.0 dengan memberi nilai tambah untuk berbagai bidang mulai dari sektor primer seperti pertanian hingga tersier seperti jasa dan perdagangan.

Mari ambil contoh di sektor pertanian, keberadaan 5G memungkinkan untuk melakukan sensor kesuburan tanah dengan praktis serta monitoring lahan dengan menggunakan drone.

Contoh lain di sektor manufaktur mencakup pengembangan kendaraan otomatis, sistem parkir kendaraan otomatis, hingga penggunaan robot untuk berbagai aktivitas manufaktur.

Untuk sektor jasa keberadaan teknologi 5G mendukung transformasi di industri ritel seperti penggunaan robot untuk melayani pelanggan, memonitor penjualan secara real time dan berbagai keuntungan lain.

Memang teknologi 5G memiliki berbagai manfaat. Namun yang perlu diperhatikan di Indonesia adalah kesiapan baik dari segi SDM, infrastruktur dan kebijakan.

Untuk menyambut datangnya teknologi 5G di Indonesia, maka peta jalan pengembangan teknologi 5G mutlak dibutuhkan.

Pembuatan peta jalan tentu juga memperhatikan faktor seperti posisi Indonesia saat ini, daya saing, kelemahan serta potensi yang dimiliki.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya