Harimau Turun Ke Destinasi, Pemerintah Harus Cepat Tangani

JALALAHNUSAE.com - Pemerintah pusat dan daerah harus segera bisa menangani munculnya harimau ke destinasi wisata di Gunung Dempo,Kota Pagaralam,Sumatera Selatan. Hal ini mendesak dilakukan karena terkait dengan kunjungan wisatawan,baik domestik maupun mancanegara.

"Secepatnya harus bisa ditangani karena ini sangat berdampak besar terhadap kunjungan wisatawan. Apalagi Pagaralam tidak saja memiliki taman wisata alam,tetapi juga peninggalan purbakala terbesar dunia seperti megalitikum," kata Anggota DPRD Sumatera Selatan (Sumsel) H Alfrenzi Panggarbesi ketika dihubungi Kliknusae.com, Sabtu (30/11/2019).

Menurut mantan wartawan salah satu harian nasional ini, kembalinya harimau ke permukiman penduduk bisa menjadi citra buruk jika tidak segera ditanggulangi. Apalagi Kota Pagaralam sudah mendeklrasikan sebagai salah destinasi unggulan provinsi Sumatera Selatan.

"Memang ada sedikit dilematis. Di satu sisi, harimau itu masuk dalam hewan yang dilindungi. Artinya tidak boleh dimusnahkan, tetapi dari sisi lain keamanan bagi wisatawan juga harus menjadi prioritas. Apalagi kalau sudah ada jatuh korban, ini harus segera penanggulangannya," lanjut politisi Hanura ini.

Dijelaskan Alfrenzi, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang memiliki kewenangan dalam masalah ini harus berupaya secepat mungkin bisa mendeteksi keberadaan harimau-harimau tersebut. Bila perlu bekerjasama dengan lembaga dari luar negeri yang sudah biasa menangani persoalan seperti ini.

"Jangan sampai berlarut-larut dan menjadi isu yang makin tak terkendali. Akibatnya, pariwisata di kawasan Gunung Dempo dan sekitarnya bisa sangat terganggu," lanjut Alfrenzi yang berasal dari daerah pemilihan distrik  Kota Pagaralam dan Lahat, dimana kemunculan harimau itu akhir-akhir ini membuat cemas masyarakat.

Seperti diketahui harimau kembali masuk ke permukiman warga di Desa Rimba Candi, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagar Alam, Sumatra Selatan.

Harimau juga diketahui menyerang dan memakan hewan ternak milik warga.

Kejadian ini juga dibenarkan Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat BKSDA Sumatra Selatan Martialis Puspito.

Dirinya berujar, jejak harimau disampaikan oleh seorang warga yang melihat harimau tersebut berkeliaran.

"Ada jejak dan perjumpaan langsung dengan masyarakat yang sedang beraktivitas di dalam hutan lindung," ujar pria yang akrab disapa Ito ini, Jumat (29/11/2019).

Tidak ada korban manusia dari kemunculan harimau Sumatera tersebut kali ini. Hanya saja, seekor ayam diambil dan diduga dimakan oleh harimau tersebut.

"Dari jejaknya, dugaan kuat itu serangan harimau," ujar Ito.

Ditambahkan Ito,  degradasi habitat harimau di hutan lindung memengaruhi keseimbangan rantai makanan.

Selain itu, perburuan satwa yang menjadi pakan harimau seperti rusa, kijang, dan kambing hutan juga berpengaruh terhadap harimu yang akhirnya memutuskan untuk keluar dari habitatnya.

Namun, dirinya belum bisa memastikan apakah harimau yang terlihat di Desa Rimba Candi sama dengan harimau yang sempat menyerang wisatawan di Taman Wisata Gunung Dempo.

Meskipun sama-sama berada di Kota Pagar Alam, lanskap hutan lindung di Desa Rimba Candi dan Gunung Dempo berbeda.

"Koridor lanskapnya juga berbeda. Kalau Rimba Candi di Kantong Harimau Jambul Nanti Patah, kalau Gunung Dempo di Kantong Harimau Bukit Dingin," kata dia.

Pihaknya mengimbau agar masyarakat, baik wisatawan maupun warga yang beraktivitas di dekat hutan lindung yang merupakan habitat harimau Sumatra, agar berhati-hati.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae