Curug Citambur, Terdengar Seperti Suara Tabuhan Tambur

Kliknusae.com - Ketika sebuah alat musik tambur dipukul, suara tersebut akan terdengar seperti ribuan liter air jatuh. Begitu pula sebaliknya, saat kita mendengar ribuan air jatuh di sebuah air terjun akan terdengar seperti tabuhan alat musik tambur. Itulah yang dirasakan saat berkunjung ke Curug (air terjun) Citambur, Cianjur, Jawa Barat.

Curug Citambur merupakan salah satu curug yang banyak tersebar di pelosok Jawa Barat. Curug ini tepatnya berada di daerah Cianjur bagian selatan yang memiliki ketinggian sekitar 1.400 mdpl. Keunggulannya bertambah dengan pemandangan alam yang indah dan udara nan sejuk hingga membuat siapa pun betah berlama-lama di sana.

Debit air terjun tersebut jatuh dari ketinggian sekira 130 meter. Meluncur indah dari tiga tingkatan air terjun. Tingkat pertama dengan ketinggian 12 meter, tingkat kedua ketinggian 116 meter, dan paling atas setinggi 2 meter. Debit air yang jernih akan lebih besar saat musim penghujan dan guyuran airnya menimbulkan gemuruh serta menciptakan kabut tipis.

Mendengar keasrian curug tersebut, sebuah komunitas motor di Bandung bernama Bandung Tourism Rider Community (BTRC ) tertarik untuk menikmati bentang alamnya. Sekaligus survei segala hal yang kelak menjadi bahan masukan bagi para stakeholder dan pegiat pariwisata. Ketertarikan itu pun direalisasikan lewat kegiatan Touring ke-5 BTRC pada Minggu 18 Agustus 2019 yang diikuti oleh sekira 30 pemotor.

Ketua BTRC I Nyoman Tri Pandita menuturkan, "Komunitas kami adalah para pelaku pariwisata di Kota Bandung yang concern terhadap kemajuan Pariwisata Jawa Barat. Dengan melihat langsung objek wisata, kami bisa memberikan masukan positif kepada dinas terkait dan memasarkan kepada calon wisatawan. Di dalam komunitas ini ada anggota berbagai organisasi pariwisata Indonesia".

Pernyataan lain juga datang dari Nico Darmawan Efendi, salah seorang peserta touring. Ia mengatakan, "Curug ini indah, airnya bening dingin dan membuat nyaman. Hanya sayang aksesibitas ke tempat ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Kalau sebuah DTW ingin maju dan terkenal, aksesibitas harus bagus, untuk itulah kerjasama antar dinas diperlukan".

Lebih jauh Nico yang juga selaku Ketua Indonesian Tour Leader Association (ITLA) yang sudah around the world ini, menambahkan, "Selama ini, terkesan yang kita jual hanya wilayah utara, Tangkuban Parahu, Ciater dan sekitarnya, justru wilayah selatan lebih indah. Ayo kita mulai pasarkan wilayah selatan".

Kembali ke Curug Citambur, ada hal menarik soal sejarah Curug Citambur, terdapat  dua versi asal-usul disebut Curug Citambur. Versi pertama menurut cerita  pada zaman dahulu suara setiap air yang jatuh dari atas curug ke kolam berbunyi "bergedebum" seperti suara tambur, sebuah alat musik tabuh yang dipukul. Maka disebut Citambur.

Versi lain mengatakan, curug tersebut dulu termasuk dalam wilayah Kerajaan Tanjung Anginan yang rajanya bergelar Prabu Tanjung Anginan. Pusat kerajaannya berada di Pasirkuda, yang kini termasuk Desa Simpang dan Desa Karangjaya.

Dugaan pusat kekuasaan di sana karena ada batu yang berbentuk kursi yang diyakini warga sebagai tempat duduk raja. Sementara itu, nama Pasirkuda karena ada sebuah batu di bukit (pasir dalam bahasa Sunda) yang berbentuk kuda. Saat kerajaan berdiri, setiap raja mau mandi ke curug selalu ditengarai dengan suara tambur, yang ditabuh para pengawal. Suara berdebumnya alat musik tabuh itu terdengar cukup jauh sehingga warga Pasirkuda menyebutnya Curug Citambur. Namun belum diketahui secara pasti sejarah dan masa keberlangsungan Kerajaan Tanjung Anginan.

Bagi Anda yang tertarik berkunjung ke sana, rute menuju Curug Citambur dari Bandung, perjalanan diarahkan ke Soreang, untuk roda empat bisa melalui Tol Soroja, sedangkan roda dua melalui Kopo. Dari sana diteruskan ke wilayah Pasir Jambu kemudian Ciwidey, Kawah Putih, Walini terus ke arah Situ Patengan. Dari situ bertemu pertigaan dekat Kantor Kecamatan Rancabali, ambil belokan ke kanan menuju Perkebunan Teh Sinumbra. Dari sana sudah tidak terlalu jauh hingga Desa Karangjaya dan pintu masuk menuju Curug Citambur ada di sebelah kanan.

Saat masuk kita disambut dengan keindahan telaga kecil berwarna biru kehijauan. Selanjutnya diharuskan berjalan kaki sekitar 200 meter menuju curug. Pengunjung dikenakan tiket masuk dengan harga sangat terjangkau, hanya IDR 10.000 per orang.

Namun perlu diperhatikan bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke sana, beberapa ruas jalan masih jelek. Bahkan ada jalan menurun tajam dipenuhi bebatuan besar berbahaya. Tidak sedikit pengendara roda dua terjatuh dan mobil bermasalah karena parahnya kondisi jalan. Akan sangat berbahaya bila turun hujan. Untuk itu perlu segera perhatian dari Dinas PU - Bina Marga untuk perbaikan sebelum jatuh korban lagi.

"Fasilitas umum di sini sudah cukup bagus, ada toilet, musala, kedai makanan, tempat sampah, petunjuk arah. Hanya saja beberapa pengunjung masih kurang sadar lingkungan dengan membuang sampah sembarangan," ungkap Badru, salah seorang peserta touring yang juga Ketua Paguyuban Tour Leader Bandung (PTLB).***

 

Penulis: Joseph - Rex Tours Bandung

 

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae