Begini Skema Pembangunan Monorel dan LRT Bandung Raya

Kliknusae.com - Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus berupaya mewujudkan pembangunan moda transportasi massal. Hal ini dilakukan sebagai konsekuensi perkembangan Jawa Barat,khususnya insfrastruktur jalan Kota Bandung yang semakin padat.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menawarkan Lintas Rel Terpadu (LRT) Bandung Raya. Moda transportasi ini nantinya menjadi penghubung dari stasiun kereta cepat di Tegal Luar menuju pusat kota Bandung.

"Tahap 1 Menghubungkan Stasiun Kereta Cepat di Tegal Luar menuju pusat Kota Bandung di Stasiun Kebon Kawung. Dengan Stasiun tambahan di depan Masjid Raya Al Jabbar Gedebage," papar Kang Emil-bergitu sapaan akrab Ridwan Kamil,belum lama ini.

Bahkan gagasanya tersebut sempat ia rilis dalam akun instragramnya. Berbagai pro dan kontra pun bermunculan. Namuan sebian besar netizen mendukung rencana tersebut agar kemacetan di Kota Bandung bisa di kurangi.

Pembangunan LRT ini sendiri juga diharapkan bisa selesai bersamaan dengan operasi kereta cepat Jakarta-Bandung. Artinya, di 2021 penumpang kereta cepat Jakarta-Bandung bisa menuju pusat kota dengan lanjutan LRT.

Sementara itu Direktur Utama Jasa Moda Transportasi (JMT) Endi Roeswendi, usai rapat terkait LRT Bandung Raya beberapa waktu lalu juga menyatakan bahwa proyek LRT Bandung Raya akan dibangun sepanjang 16 kilometer (km) dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).

Sedangkan kebutuhan investasinya diperkirakan sebesar Rp 5 triliun.

https://www.youtube.com/watch?v=F6eTKmSIBdo

"LRT Bandung Raya akan dijadikan proyek KPBU. Berarti akan dibiayai pemerintah dan investor," papar Endi.

Sebelumnya juga pernah dilakukan pada Februari 2018 lalu pencanangan metro kapsul Bandung koridor 3. PT PP (Persero) menggarap proyek sepanjang 8,3 km ini dengan 11 stasiun pemberhentian.

Proyek KPBU ini menelan investasi Rp 1,38 triliun dengan skema build operate transfer (BOT). Masa konsesinya 30 tahun.

Wali Kota Bandung kala itu yang dijabat Kang Emil mengatakan proses perizinan berjalan lancar.

"IMB-nya sedang finalisasi juga, enggak ada masalah. Tapi tiang-tiang bisa dimulai. Sementara beberapa komponen seperti stasiun, infrastruktur bawah dan sebagainya masih proses berlangsung sesuai kebutuhan. Itu kenapa kalimatnya pencanangan," ujar Emil.

Rute Metro Kapsul Bandung sepanjang 8,3 km melintasi Stasiun Bandung, Jalan Oto Iskandardinata, Jalan Dalem Kaum, Jalan Dewi Sartika, Jalan Pungkur, Jalan Buahbatu, Jalan Palasari, Jalan Jenderal Ahmad Yani dan kembali ke Stasiun Bandung.

Melangkah lebih jauh ke belakang, pada 2014 sempat dibentuk perusahaan patungan antara Paghegar Group yang diwakili oleh PT Sarana Infrastruktur Indonesia (SII) dan PT Jasa Sarana (JS), yakni PT Jabar Moda Transportasi (JMT). Ini merupakan kelanjutan dalam upaya pembangunan moda transportasi monorel di Jawa Barat.

Dalam perusahaan tersebut, SII memiliki saham 20% sementara JS 80%. JS adalah Badan Usaha Milik Pemerintah Provinsi yang ikut serta menanamkan modalnya dalam pengembangan Jabar Monorail.

Pembangunan trase pertama kala itu direncanakan antara Leuwipanjang-Gedebage-Tanjungsari membutuhkan dana Rp 6-8 triliun.

CMC akan memberikan pinjaman berbunga murah sebesar 70% dari total kebutuhan, dan sisanya harus disediakan oleh JMT.

Proyek monorel Bandung Raya juga sudah memiliki payung hukum berupa Peraturan Gubernur (Pergub), rencana induk perkeretaapian, dan disetujuinya 5 trase Monorel Bandung Raya.

Pertama, Leuwipanjang-Kopo-Pasir Luyu-Gedebage-Jatinangor-Tanjungsari. Kemudian Leuwipanjang-Soreang, Dago-Pasirluyu, Kopo-Cililin, dan Gedebage-Majalaya.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae