Inilah 10 Top Kuliner Enak Khas Bantul

Kabupaten Bantul tak hanya menyimpan sejuta wisata alam dan kebudayaan saja, wisata kulinernya pun juga beragam jenis tentunya dengan rasa yang khas sehingga bagi kamu yang berkunjung ke Kota Jogja jangan sampai terlewatkan untuk mencicipi sajian masakan khas Bantul yaa!

  1. Sate Petir Pak Nano

Dinamakan sate petir Pak Nano karena kuliner ini akan membuat kamu serasa pedas bak disambar petir. Ada berbagai macam varian pedas yang disajikan disini mulai dari level TK hingga Profesor. Kuliner Sate Petir ini akan membuatmu ketar ketir dan ketagihan dengan pedas nikmatnya sate petir Pak Nano Bantul. Sate legendaris ini telah ada sejak tahun 1980, dengan resep melegenda maka kuliner ini wajib kamu coba.

Lokasi Sate Petir Pak Nano Bantul Jogja

Alamat Jl. Jogja Ring Road Sel. No.90, Desa Menayu Kidul, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

  1. Sate Klathak Pak Tong

Kuliner Sate Klatak Bantul ini sudahme legenda  dan terkenal enak. Kedai dengan nama Sate Klatak Pak Pong ini selalu ramai pengunjung, baik dari wisatawan dalam Bantul ataupun dari luar daerah. Kamu akan menjumpai parkir motor dan mobil yang berjejer penuh mengantri untuk mencicipi sate klatak pak Pong ini. Dengan rasa yang nikmat kamu dapat merasakan olahan sate, tongseng, ataupun gulai Pak Pong di kedai pak pong.

Lokasi Sate Klathak Pak Pong Bantul Jogja.

Alamat Jl. Sultan Agung No.18, Jejeran II, Wonokromo, Pleret, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

  1. Bakmi Jawa Mbah Mo

Bagi pengunjung penggemar mi wajib untuk singgah ke Bakmi Jawa Mbah Mo. Terdapat aneka mie rebus dan mi goreng dengan telur bebek dan potongan ayam kampung. Mi disini dimasak menggunakan arang yang membuatnya makin nikmat, ditemani pula kopi jahe dan teh nasgitel khas Jogja.

Lokasi: Jalan Parangtritis km 11, Code, Trirenggo, Bantul, Yogyakarta. Jam Operasinal: 17.00-23.00

  1. Gudeg Nggeneng

Gudeg menjadi salah satu Makanan Khas Bantul dan juga Yogyakarta. Sebenranya makanan khas asli dari Bantul yaitu geplak, sejenis makanan yang berupa parutan kelapa yang manis. Komposisinya tidak hanya itu saja, ada juga ketan yang sudah di tumbuk.

Begitu juga dengan Gudeg, bisa dikatakan makanan khas dari Yogja. Ketika anda ke bantul bisa juga mencicipinya. Lokasinya berada di Sewon, Bntul. Lebih tepatnya berada di sebelah barat kampus ISI Jogja.

  1. Krecek Bantul

Makan gudeg tak lengkap rasanya bila tidak bersama sambel krecek. Sambal dengan cita rasa pedas gurih ini memang menjadi sambal pelengkap gudeg. Gudeg yang manis rasanya menjadi  semakin mantap bila dipadukan dengan makanan tradisional khas Jogja ini.

Sambal krecek sendiri adalah sambal yang terbuat dari kulit sapi yang dikeringkan. Memasaknya sama seperti memasak sambal pada umumnya. Hanya saja sambal ini diberi kuah yang cukup banyak.

  1. Cenil Bantul

Cenil Bantul adalah salah satu makanan tradisional Jogja. Makanan ini terbuat dari pati ketela pohon. Disajikan dengan parutan kelapa dan gula pasir, menciptakan rasa manis dan gurih dalam setiap gigitannya.

Cenil yang lengket dan sulit dipisahkan memiliki filosofi tersendiri. Tekstur cenil yang demikian, ditenggarai memiliki arti bahwa persaudaraan masyarakat jawa sulit untuk dipisahkan.

Memakan cenil yang dipincuk juga memiliki arti pinten-pinen-cukup yang berarti bersyukur.Cenil adalah jajanan pasar yang mudah dijumpai di pasar-pasar tradisional.

  1. Tongseng Ayam Podomoro

Tongseng Ayam Sudimoro, begitulah nama warung makan ini dikenal. Berdiri sejak tahun 1960-an, warung milik almarhum Mugirah ini menawarkan tongseng serta gulai dengan cita rasa istimewa. Setiap harinya, tempat makan tersebut ramai dikunjungi oleh pembeli terutama saat pagi hari. Untuk kamu yang berniat mencobanya, datang sebelum jam 7 agar tidak terlalu lama antre.

Berbeda dari biasanya, Tongseng Sudimoro menggunakan daging ayam kampung sebagai bahan utamanya. Potongan daging tersebut lebih halus dan empuk di setiap gigitan. Sementara rasa dari kuahnya gurih bercampur manis dan pedas.

Cita rasa ini dihasilkan dari cara memasak sederhana yang turun temurun dari generasi pertama. Selain bumbu rempah yang tak dikurangi atau dilebihi, makanan ini dimasak di atas tungku kayu bakar.

  1. Mangut Lele Mbah Marto

Pecinta kuliner pasti tidak asing lagi dengan mangut lele Mbah Harto. Lokasinya berada di belakang kampus ISI Yogyakarta, tepatnya di Dusun Nggeneng, Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul.

Warung mangut lele dan gudeg ini sudah ada sejak tahun 1960-an. Awalnya, Mbah Marto berjualan keliling menggunakan tenggok.

Mangut lele Mbah Marto sudah dikenal luas karena kelezatannya. Mangut lele, gudeg, dan beberapa masakan lainnya dimasak menggunakan tungku dan kayu bakar.

  1. Kue Adrem

Kue Adrem adalah makanan unik yang berasal dari Kecamatan Sanden Bantul. Kue ini dibuat dengan bahan baku tepung beras dan gula jawa merah yang digoreng. Rasanya cukup manis sedikit gurih, saat digigit akan terasa legit.

Karena bentuknya yang unik, kue ini juga sering disebut juga kue Tholpit. Kue Adrem ini sangat cocok jika dinikmati dengan minuman teh panas maupun kopi yang agak pahit karena rasa kue ini sudah manis.

Kue Adrem ini cukup populer di tahun 80-90an. Seiring dengan bertambahnya usia dan bertambahnya keberagaman jenis makanan-makanan lainnya, kue Adrem ini semakin tenggelam kepopulerannya di generasi saat ini.

  1. Sate Kambing Sor Talok

Banyak warung sate di Bantul. Tapi ada satu yang cukup dikenal, namanya warung sate "Sor Talok".Sor adalah kependekan dari Ngisor yang berarti bawah, dan talok adalah sebutan masyarakat jawa terhadap buah kersen.

Warung makan yang berada di Dusun Code, Kelurahan Trirenggo, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul tersebut cukup terkenal di kalangan masyarakat Bantul. Tentu, karena kelezatan olahan daging kambingnya. Bahkan tokoh kuliner, Bondan Winarno dan beberapa pesohor lainnya pernah mampir di sana.

Sate kambing adalah menu andalan tempat makan yang satu ini.Seperti sate klathak, sate kambingnya ditusuk menggunakan ruji baru kemudian dibakar di atas arang.

Jika sate klathak disajikan tanpa bumbu, untuk sate Sor Waru ini disajikan bersama sambel kecap.

Penggunaan jeruji sepeda untuk membakar sate bertujuan membuat daging matang hingga bagian dalam, karena besi bersifat menghantarkan panas.

Sambel kecap yang terdiri dari potongan bawang merah, cabai rawit, merica bubuk, dan kecap berpadu pas dengan gurihnya daging kambing.

(adh)

 

Share this Post:

Berita Terkait

E-Magazine Nusae