Jelajah Kota Ala Komunitas Aleut

JELAJAH NUSA - Banyak cara untuk lebih mengenal kota dengan segala dinamikanya. Komunitas Aleut mewadahi pegiatnya dengan mengapresiasi kisah dan latar belakang kota tempat tinggal mereka serta berbagi ilmu dan wawasan. Selain dari literatur, para pegiat di dalamnya acapkali beroleh informasi penting dari orang-orang yang dijumpai saat menggelar program mingguan.

Komunitas Aleut dibentuk sejumlah mahasiswa jurusan Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran sejak 2006 di Kota Bandung. Mereka berkegiatan sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap Kota Bandung termasuk memahami segala permasalahannya.

Aleut berasal dari bahasa Sunda yang berarti berjalan beriringan. Dalam hal ini, mereka berjalan kaki atau ngaleut dari satu tempat ke tempat lain yang bernilai sejarah. Selain dilakukan dalam bentuk wisata jalan-jalan, para anggota pun dapat sekaligus menyalurkan hobinya masing-masing semacam fotografi dan menulis.

Menjelajahi Bandung ala Aleut ini digelar saban Minggu dengan rute dan tema berbeda. Kegiatan ngaleut rutin biasanya dimulai pagi hingga menjelang siang. Tak jarang, penjelajahan berakhir di jalanan kampung yang banjir atau di sudut-sudut jalan sempit di tengah kota.

"Dengan metode berjalan kaki, kami berusaha mengapresiasi dan memahami Bandung. Salah satunya soal sejarah. Yang dilakukan sejak dua tahun terakhir adalah fokus mengeksplor perkampungan-perkampungan yang ada di Bandung," kata Irfan Teguh Pribadi, Koordinator Literasi Komunitas Aleut, saat dijumpai di basecamp-nya di bilangan Jalan Solontongan.

Menurut pria lulusan Diploma III Administrasi Niaga itu, dalam menjalankan program mingguan para aleutian biasanya dibagi kelompok. Segala apa yang ditemukan kemudian di-share dan didiskusikan. Di samping itu, ada banyak kegiatan lain semisal menonton film-film menarik kemudian diapresiasi, membahas poster hingga belajar penulisan atau literasi.

Komunitas Aleut mengemas kegiatan edukatif secara sederhana dengan terjun langsung ke lapangan. Kegiatan dikemas secara lebih menarik dan fun sebagai media pembelajaran alternatif di samping studi formal.

"Setiap spot di Kota Bandung dan sekitarnya memiliki kisah dan sejarah yang berbeda-beda dan menarik untuk dipelajari," imbuh Teguh. Tentunya, hasil kegiatan yang mereka lakukan disampaikan kembali kepada masyarakat dalam bentuk tulisan dan disebarluaskan melalui media sosial yang dikelolanya.

Lantas, siapa saja mereka yang terhimpun di komunitas pencinta sejarah berbasis jalan-jalan ini? Selain generasi muda yang meliputi mahasiswa, banyak pula masyarakat yang turut bergiat di sana. Mereka datang dari berbagai kalangan dan profesi dengan minat yang sama dan kepedulian terhadap sejarah. Hingga sekarang, anggota yang tercatat sering ngaleut mencapai ribuan.

Dalam menjalankan roda komunitas, segenap warga Aleut bergerak dalam koridor komunitas yang mandiri. Program-program organisasi dijalankan secara swadaya dan nirlaba. Bagi anggota baru akan dikenakan biaya pendaftaran keanggotaan sebesar 15 ribu rupiah. Uang sebesar itu dipergunakan untuk mengganti pembuatan pin keanggotaan, dan iuran ini berlaku untuk satu tahun.

Selama 11 tahun ini, Komunitas Aleut sudah menyambangi ratusan objek atau tempat terutama di Kota Bandung dan sekitarnya. Sebut saja antara lain ke kawasan Braga, kuburan tua, taman-taman kota, menelusuri jejak sejarah peristiwa Bandung Lautan Api ataupun nama-nama jalan beserta cerita di baliknya. Namun tak hanya datang dan melihat, ada proses edukatif yang berlangsung pada setiap kunjungan, termasuk menjelajah kisah menarik di suatu perkampungan. (IA)*

Share this Post:
E-Magazine Nusae