Inilah Sepenggal Kisah Masjid Tertua di Bandung Utara
Peletakan batu pertama pembangunan Masjid Cipaganti dilakukan pada 7 Februari 1933 (11 Syawal 1351 Hijriah) oleh Bupati Bandung Raden Hassan Soemadiradja. Bangunan masjid terletak di atas lahan seluas 2.675 meter persegi di Nylandweg (saat zaman Belanda) yang kemudian berganti nama menjadi Jalan Cipaganti. Dulu, masjid mungil namun anggun ini dikenal dengan nama Masjid Kaum Cipaganti.
Bandung utara kala itu sudah menjadi een Western Enclave (kawasan permukiman elite bangsa Eropa) dan bangsawan pribumi. Pembangunan dimulai setelah ada bantuan biaya dari bupati Bandung saat itu dan sumbangan golongan bumiputra. Arsitektur Eropa dan Jawa berpadu pada masjid yang menjadi cikal bakal penyebaran dan pusat studi Islam di Bandung utara itu.
Schoemaker adalah arsitek yang membangun sebagian besar gedung bersejarah bergaya art deco di Kota Bandung. Ia juga dikenal sebagai ruhnya arsitektur Bandung tempo doeloe. Namun begitu, ada satu sosok lagi di balik pembangunan masjid.
Tak banyak yang tahu tentang Nyi Oerki, gadis pribumi yang dinikahi pengusaha Italia sekaligus seorang Katolik taat, Pietro Antonio Ursone. Sejatinya Nyi Oerki yang muslim punya peran yang sangat penting. Dialah yang mewakafkan tanah untuk Masjid Cipaganti.
Masjid Cipaganti berada di sisi sebelah kiri jalan raya dan mudah untuk menemukannya. Terlebih, jalan tersebut difungsikan hanya satu jalur yakni ke arah Jalan DR Setiabudhi. Posisi masjid terletak di "tusuk sate" atau pertigaan antara Jalan RAA Wiranatakusumah dan Jalan Sastra. Di sepanjang jalan ini terdapat pepohonan tinggi dan rindang sehingga sejuk dan asri.Desain arsitektur indah Masjid Cipaganti merupakan campuran antara gaya Eropa dan kebudayaan tradisional Jawa. Satu poin ini tergambar pada atap yang berbentuk tajug tumpang dua. Poin lainnya melekat pada seni kaligrafi pada mihrab dan mimbar utama, lampu gantung dan gerbang utama. Sedangkan gaya Eropa diaplikasikan pada penggunaan kuda-kuda segitiga penyangga atap. Ciri Eropa lainnya adalah bangunan bagian depan dengan dinding tinggi dan kokoh.
Bangunan asli masjid hanya bagian tengah, awalnya berukuran 15 meter x 9 meter. Bagian samping atau sayap adalah bangunan tambahan ketika diadakan renovasi sekira tahun 1979. Tak ada yang diubah pada masjid, hanya bagian depan karena mulai lapuk. Kini, Masjid CIpaganti dapat menampung sekira 1.500 jemaah termasuk di bagian serambi. (IA)*