Berburu Tas Koja Hingga Emping Labuan
Tas Koja
Pasar Lama di bilangan Jalan Maulana Hasanudin cukup lengkap menjajakan buah tangan khas Banten. Salah satunya adalah tas koja. Ya, tas tradisional ini terbuat dari bahan dasar yang diperoleh dari alam setempat. Namanya teureup atau benda. Pohon jenis ini masih kerabat pohon nangka dan banyak tumbuh subur di wilayah Baduy.Tas koja berasal dari kulit teureup yang kering. Belahan kecil-kecil kulit inilah yang kemudian dibentuk helaian benang sebagai bahan pembuatan tas. Warnanya cokelat natural. Hasilnya, dengan keterampilan dan keahlian pengrajin, tas anyam bertali selendang ini kuat dan artistik. Harganya sangat bersahabat di dompet mulai dari 30 ribu rupiah, bergantung ukuran dan rapatnya anyaman.
Tas koja khas Baduy sudah banyak dipakai pula oleh masyarakat luar Baduy untuk keperluan sehari-hari. Tas praktis dan unik ini tak hanya diminati orang dewasa, tetapi juga anak-anak. *
Tas Kaneron
Berbeda dengan tas koja, tas kaneron terbuat dari anyaman rotan. Tas tradisonal ini sebetulnya banyak juga diproduksi di berbagai daerah di Banten dan Jawa Barat seperti Tasikmalaya dan Sukabumi. Bahan yang digunakan berasal dari alam setempat dan sepenuhnya dibuat secara handmade oleh pengrajin alias tidak menggunakan mesin. Untuk berbagai model dan ukuran, tas kaneron dibanderol mulai 75 ribu rupiah. *Batik Baduy
Belum diperoleh informasi yang akurat sejak kapan batik Baduy pertama kali berkembang. Namun demikian, batik khas suku di Kabupaten Lebak ini telah menambah khazanah batik di nusantara. Motif-motifnya pun tercatat cukup banyak.Salah satu yang menjadi ciri kekhasan batik ini terletak pada warnanya. Hitam dan biru terang banyak dibuat sehingga lebih memasyarakat. Konon, warna tersebut punya makna dan arti bagi masyarakat Baduy sebagai bentuk kecintaannya kepada alam.
Dari catatan yang ada, terdapat belasan motif batik yang terus dikembangkan. Motif-motif tersebut antara lain motif merak, motif keong, motif belimbing hingga motif dayang sumbi. Tercanting pada helai kain, motif mencerminkan tentang alam dan kehidupan masyarakat Baduy yang kebanyakan bercocok tanam.
Batik Baduy, selain untuk pakaian, juga banyak didesain untuk iket atau ikat kepala. Masih di gerai yang sama, kain motif batik ukuran 100 centimeter persegi ini dijajakan mulai 30 ribu rupiah bergantung bahan kainnya. Itu batik cap, bukan batik tulis.
Iket yang dijual bentuknya segi empat, bukan segitiga yang juga banyak dijumpai. Karena itu, kocek yang mesti dikeluarkan agak lebih banyak, hampir dua kali lipat. Menurut penuturan sang penjual, model atau jenis iket cukup banyak. Para©kos nangka dan barangbang semplak adalah dua model ikat kepala yang relatif mudah dikenakan. *
Miniatur Badak
Banten, dalam hal ini Kabupaten Pandeglang, demikian erat dengan satwa langka Badak Jawa. Badak bercula satu ini telah menjadi ikon dan logo pemerintah kabupaten tersebut. Terlebih, Taman Nasional Ujung Kulon yang berada di Kabupaten Pandeglang sejauh ini menjadi satu-satunya habitat Rhinoceros sondaicus yang dilindungi.Tak heran jika miniatur badak bercula satu pun menjadi cenderamata khas. Sejumlah pengrajin lokal mengaplikasikannya pada rupa-rupa kerajinan tangan dari beragam material. Dari bahan kayu misalnya, badak dicipta dalam bentuk gantungan kunci unik dan dijual 10 ribu saja.
Sementara untuk pajangan, miniatur badak berbahan kayu mencapai 375 ribu rupiah. Ada yang satu, ada juga yang dua badak dalam satu ukiran. Selain mengedepankan detail dan penyelesaian akhir, miniatur ini memiliki tingkat kerumitan yang lebih tinggi. Miniatur badak dapat Anda peroleh di gerai kelompok UMKM di Jalan Lintas Timur AMD Cikole, Pandeglang. *
Gula Aren
Bentuknya bulat lonjong seukuran kepalan tangan orang dewasa. Tentu, gula aren (kawung) ini agak berbeda dengan gula merah biasa yang dijual di pasar atau swalayan. Strukturnya lebih padat, warnanya cokelat tua dan tahan lama. Satu keunggulan gula aren Pandeglang ini dibuat murni dari nira aren tanpa campuran dan masih dibuat secara tradisional.Di tempat oleh-oleh, gula aren ini dapat diperoleh dalam berbagai kemasan. Untuk kemasan isi 5 butir dijual 90 ribu rupiah. Sedangkan jika satuan dijual 18-20 ribu rupiah. Dengan aroma khasnya, gula aren dapat menambah nikmat suatu masakan.
Emping Labuan
Tak hanya kaum ibu, para bapak pun demikian asyik berburu oleh-oleh. Emping Labuan salah satunya yang menjadi target. Makanan berbahan melinjo atau tangkil ini telah menjadi buah tangan primadona bagi wisatawan yang menyambangi Banten.Emping gurih dan renyah ini diolah dari melinjo yang sudah dipisahkan dari kulitnya. Setelah disangrai kemudian dipipihkan dengan menggunakan batu dan dijemur hingga kering. Di gerai oleh-oleh, emping ini kebanyakan dijual mentah alias belum digoreng. Pembeli boleh memilih dan memilah emping sesuai kehendak atau membeli yang sudah dikemas. Per kilogramnya, emping Labuan dijual 50 ribu rupiah untuk ukuran paling kecil. Sedangkan ukuran lingkaran sedang ditawarkan 58 ribu rupiah. Agak berbeda dengan emping, ada pula keceprek. Bahannya sama dari melinjo, hanya agak tebal. (IA)*