Meriam Ki Amuk, Peninggalan Kesultanan Banten Lama
Menurut sumber yang tertera di sana, meriam Ki Amuk ditemukan di Karangantu, bekas pelabuhan Kesultanan Banten. Meriam Ki Amuk dibuat di Jawa Tengah abad 16 sekitar 1527 M sebagai hadiah kepada Kesultanan Banten dari Sultan Trenggono yang awalnya bernama Ki Jimat.
Pada tubuh bagian atas meriam terdapat tiga inskripsi bertuliskan huruf Arab dalam lingkaran medalion. Dua inskripsi memiliki tulisan yang sama dan satu inskripsi lagi memiliki tulisan yang berbeda.
Inskripsi tersebut berbunyi:
Aqibah al-khairi salamah al-imani, artinya buah kebaikan adalah keselamatan iman. La fata illa ali la saifa illa zu al-faqar isbir ala ahwaliha la mauta, artinya tidak ada pemuda kecuali Ali, tidak ada pedang kecuali Zulfaqar, sabarlah atas huru-hara (cobaan peperangan) tidak ada kematian kecuali karena ajal.
Ki Amuk terbuat dari perunggu dengan bobot mencapai 7 ton, panjang 3 meter, diameter luar terbesar 70 cm, dan diameter mulut dalam 34 cm. Meriam inipun mempunyai "kembaran" bernama Meriam Si Jagur yang kini berada di halaman Museum Fatahillah Jakarta. (IG)*