Mengingat Peristiwa Sejarah Ala Historia van Bandung

JELAJAH NUSA - Bagi sebagian orang, belajar sejarah dipandang sebagai sesuatu yang membosankan. Namun lain halnya di Historia van Bandung (HvB), mengingat sekaligus belajar sejarah dikemas dengan cara yang menyenangkan alias serius tapi santai. Satu yang menarik adalah mereka ulang sebuah peristiwa sejarah.

Mengumpulkan data dan literatur yang faktual memang tidak mudah. "Reka ulang sejarah itu seperti mengumpulkan puzzle. Terkadang menemukan data yang berbeda dengan literatur yang berlaku umum," kata Ganda Permana, salah seorang pegiat Historia van Bandung, beberapa waktu lalu. Tak dimungkiri, mereka kerap beroleh literatur yang berbeda sehingga lebih berhati-hati soal keotentikannya.

Komunitas pencinta sejarah yang dibentuk akhir tahun 2012 ini berawal dari hobi reenactor atau reka ulang sejarah Perang Dunia Kedua. Seringnya mereka bertemu dan berkumpul, ternyata jadi lebih berbuah diskusi dan berbagi wawasan tentang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia. Kini, anggota aktifnya lebih dari 50 orang.

Saat dijumpai di Museum Mandala Wangsit Siliwangi Kota Bandung yang juga menjadi basecamp-nya, kata Ganda, sejarah itu cerminan, kompas dan peta untuk melangkah ke depan. Yang ditekankan di HvB adalah peristiwa perjuangan dengan menampilkan kembali atmosfer yang terjadi saat itu melalui reka ulang.

Tak hanya literatur buku-buku sejarah, arsip-arsip atau dokumen, informasi yang dikumpulkan HvB juga bersumber dari para pelaku sejarah yang masih ada sehingga reka ulang yang ditampilkan tidak asal-asalan. Artinya, semua mesti dilakukan berdasarkan pada fakta termasuk mereplika senjata, uniform dan segala macam atribut yang digunakan.

Dalam mereka ulang, para anggota yang kebanyakan terdiri dari kalangan generasi muda dan pelajar di dalamnya tak cuma sekadar memahami sejarah tetapi juga dapat berperan sebagai "pelakunya". Kegiatan lainnya memperkenalkan Palagan Bandung Raya dan Jawa Barat serta kejuangan siliwangi bersama Bintaldam III/ Siliwangi kepada para pelajar di sekolah-sekolah.

Teatrikal atau reka ulang sejarah yang kerap ditampilkan HvB adalah sebagai bentuk menyampaikan kembali peristiwa dan perjuangan revolusi kemerdekaan. Menurut Ganda, di Bandung tak hanya terkenal dengan peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi 24 Maret 1946 saja. Masih banyak peristiwa atau pertempuran dahsyat dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

"Sebetulnya Bandung memiliki freedom fighting city yang begitu heroik. Tapi, entah kenapa seakan terlupakan atau dilupakan. Maka dari itu, kami berusaha memunculkan kembali nilai-nilai kepahlawanan dan nilai-nilai juang siliwangi terutama kepada generasi muda," katanya.

Cukup banyak reka ulang peristiwa sejarah yang telah ditampilkan. Pertempuran atau penghadangan tentara sekutu di Fokkerweg (kini Jalan Garuda, Kota Bandung) misalnya. HvB melakukan teatrikal peristiwa itu saat memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus dua tahun lalu di depan Gedung Sate.

Tak hanya di Bandung, pegiat HvB juga acapkali tampil dalam berbagai "pertempuran" bersama pencinta sejarah dari Jakarta, Yogyakarta hingga Surabaya. Dalam satu pertunjukan kolosal event tertentu, tak heran mereka menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk datang menyaksikan. Peristiwa sejarah apa lagi yang akan mereka reka ulang? Kita nantikan saja. (IA)*

Share this Post:
E-Magazine Nusae